Rabu, 28 Desember 2016

Solehuddin_Peran Organisasi Di Desa Cibogo, Kecamatan Cisauk, Tangerang, Banten Dalam Membangun Kesadaran Masyarakat Terhadap Pentingnya Pelestarian Lingkungan Bagi Kehidupan_PMI3

LAPORAN PENELITIAN

PERAN ORGANISASI DI DESA CIBOGO, KECAMATAN CISAUK, TANGERANG, BANTEN DALAM MEMBANGUN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PENTINGNYA PELESTARIAN LINGKUNGAN BAGI KEHIDUPAN

DIAJUKAN KEPADA DOSEN MATA KULIAH SOSIOLOGI PEDESAAN  UNTUK MEMENUHI TUGAS UAS

 

 

 

Oleh

Solehuddin 11150540000011

 

Dosen Pengampu

Dr. Tantan Hermansah, M.Si.

 

Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam 3

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016



KATA PENGANTAR

 

Segala puji bagi Allah SWT yang selalu menlimpahkan nikmat iman, islam dan kesehatan sehingga kita masih bisa menikmati keindahan alam ciptaan-Nya. Shalawat dan salam tak lupa semoga selalu tercurahkan kepada penyampai risalah islam, beliau Rasulullah SAW.

Laporan penelitian ini disusun sebagai bentuk tugas Ujian Akhir Semester jurusan Pengembangan Masyarakat Islam 3 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, proposal penelitian ini merupakan tahap akhir untuk melaksanakan tugas UAS berupa penelitian di lapangan. Laporan penelitian kali ini kami beri judul Peran Organisasi Di Desa Cibogo, Kecamatan Cisauk Tangerang Banten Dalam Membanguan Kesadaran Masyarakat Terhadap Pentingnya Fungsi Lingkungan Bagi Kehidupan.

Penyusun memohon maaf apabila dalam penulisan penelitian ini masih terdapat kesalahan ataupun terdapat kalimat yang kurang berkenan di hati pembaca. Mohon untuk dimaklumi karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran. Semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi penyusun dan pembaca. Amin.

Wallahu a'lam.

 

 

 

 

 

 

 

 

Ciputat, 12 Desember 2016

 

 

 

Penyusun

 

DAFTAR ISI

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang …………………………………………………………... 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………….…. 3

C. Metodologi Penelitian ……………………………………………….….. 3

D. Kajian Teori ……………………………………………………………... 3

 

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Profil Kecamatan Cisauk ………………………………………………... 4

B. Profil Desa Cibogo ……………………………………………………… 5

 

BAB III

PEMBAHASAN

1. Wilayah Cibogo ..........................……………………………………….. 8

2. Penduduk Cibogo ………………….……………………………………. 8

3. Program Desa Cibogo ………………………………………..…………. 9

4. Peran Organisasi-Organisasi Desa Cibogo Terhadap Kesadaran Lingkungan …………………………………………………………..…  9

5. Keterkaitan Teori "Evolusi Sosial" Dengan Kondisi Lingkungan Di Desa Cibogo ……………………………………………………………….… 11

 

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan …………………………………………………………………….. 13

 

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 14BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Masyarakat merupakan komponen utama dalam kajian ilmu sosiologi. Yang didalamnya mempelajari masyarakat dari berbagai sudut yang berbeda. Namun pada dasarnya, ilmu sosiologi hanya mencakup pada tiga aspek yaitu struktur sosial, proses sosial dan perubahan-perubahan sosial. Namun diluar itu, terdapat hubungan antara kehidupan sosial dengan sifat luar dari lingkungan fisik atau dengan kata lain terdapat hubungan antara kehidupan sosial dengan sifat alami dari badan atau tubuh manusia.

Dalam teori evolusioner, menekankan bahwa tubuh manusia berkembang sebagai adaptasi terhadap kondisi-kondisi lingkungan tertentu. Evolusionisme sosial menjabarkan argumen bahwa kelompok sosial harus beradaptasi dengan lingkungan mereka dan beradaptasi dengan sifat manusia agar mereka dapat bertahan. Proses adaptasi masyarakat pada lingkungan hidup secara luas diakui sebagai teknologi yang menjamin kebutuhan materi anggota dari sebuah masyarakat dan menyokong cara hidup mereka.

Masyarakat dan lingkungan merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Dalam ilmu sosiologi, meskipun fokus kajiannya pada masyarakat, namun lingkungan menjadi faktor penting yang dapat menunjang dalam bermasyarakat. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung, lingkungan membentuk pola interaksi masyarakat didalamnya sesuai dengan kondisi wilayahnya. Contoh kasusnya pola interaksi masyarakat pegunungan cenderung pelan dan lembut, karena lingkungan yang udaranya yang sejuk. Berbeda halnya dengan pola interaksi masyarakat pesisir yang cenderung keras dan kasar karena situasi lingkungannya yang panas.

Secara tidak langsung lingkungan membentuk pola interaksi masyarakat. dalam hal ini peran lingkungan tidak langsung mempengaruhi masyarakat, tetapi melalui proses-proses tertentu. Semisal lingkungan menyediakan lahan untuk penghidupan (pekerjaan). Karena setiap wilayah mempunyai kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Maka membentuk lahan pekerjaan yang berbeda-beda pula. Sehingga menuntut setiap masyarakat yang ada diwilayahnya membangun pola interaksi tertentu yang menunjang mereka untuk bisa menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang tersedia didalamnya.

Secara langsung atau tidak langsung lingkungan mempunyai peranannya sendiri dalam kajian sosiologi. Khususnya dalam kajian masyarakat desa, yang sebagian besar pola penghasilannya berasal dari lingkungan. Dalam masyarakat desa pada umumnya, sebagian besar masyarakat berpenghasilan dari hasil tanah seperti pertanian, perhutanan, perkebunan, perikanan, pertambangan, peternakan dan lain sebagainya.

Lingkungan menjadi faktor  penting dalam kajian sosiologi pedesaan. Namun kesadaran masyarakat desa pada umumnya masih kecil. Hal ini terbukti dari masih langkanya pengelolahan sampah yang baik di pedesaan, maraknya penggunaan pestisida pada sector pertanian, pembukaan hutan untuk lahan pertanian secara berlebihan dan lain sebagainya. Hal ini dapat mengakibatkan eksploitasi lingkungan secara berlebihan oleh masyarakat. sehingga bisa menjadi permasalahan lingkungan baru bagi generasi yang akan datang.

Kesadaran akan pentingnya lingkungan merupakan sesuatu yang penting bagi masyarakat khususnya di pedesaan. Agar dalam pemanfaatan lahan bisa lebih efektif dan efisien serta tidak berlebihan. Namun kesadaran ini tidak serta merta terbentuk dengan sendirinya. Untuk membangun kesadaran dan merubah pola perilaku kurang peduli lingkungan dari masyarakat yang sudah melekat diperlukan usaha yang tidak mudah serta perlu melibatkan banyak pihak, salah satunya adalah organisasi-organisasi desa. Organisasi-organisasi desa baik yang formal maupun tidak formal menempati posisi yang strategis, Karena bersentuhan langsung dengan setiap sendi masyarakat.

Oleh karena pemaparan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti kawasan Cisauk Tangerang dengan memfokuskan objek penelitian pada peran organisasi-organisasi desa dalam membangun kesadaran lingkungan. Dengan harapan bisa menganalisis untuk kemudian bisa dijadikan pelajaran bagi orang banyak pada umunya, dan penulis pada khususnya. Maka dari itu, pada penelitian kali ini, penulis akan mengangkat judul peran organisasi di desa Cibogo, Kecamatan Cisauk Tangerang Banten dalam membanguan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya fungsi lingkungan bagi kehidupan.

Adapun pada penelitian kali ini penulis melanjutkan penelitian serupa yang sudah pernah dilakukan yaitu Skripsi berjudul Industri dan Perubahan Sosial (Dampak Peralihan Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Industri Migas di Desa Gayam Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro), karya mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya bernama Ukhulu Fissilmi Kaafah dalam hal teori perubahan sosial.

 

B. Rumusan Masalah

Dengan mengangkat judul tersebut diatas, maka pertanyaan utama yang menjadi rumusan masalah ialah :

Bagaimana peran Organisasi di Desa Cibogo, Kecamatan Cisauk, Tangerang, Banten dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap pentinggnya fungsi lingkungan untuk kehidupan?

 

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian kali ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yang kemudian dijelaskan melelui pendekatan deskriptif.

 

D. Tinjauan Teori

Tinjauan teori merupakan landasan teori yang akan digunakan sebagai dasar perspektif dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini teori yang akan penulis gunakan ialah teori evolusi dari Herbert Spencer. Menurut pandangan Herbert Spencer masyarakat adalah system yang memelihara sebuah seseimbangan. Tapi ada saatnya tindakan dari individu-individu ketika mereka mengejar tujuannya menggerakan system mengarah pada dua pilihan. Yaitu keseimbangan atau ketidakseimbangan, hal ini terjadi menurut keadaan lingkungannya dan sifat-sifat biologis dan psikologis dari anggota-anggotanya. Ketika ketidakseimbangan terbentuk, maka kemudian menuntut individu-individu untuk beradaptasi pada lingkungannya sehingga membentuk kembali keseimbangan. Pada tahap adaptasi inilah kemudian menjadi sebuah proses yang mempengaruhi berubahnya sistem-sistem sosial. dan Spencer menggambarkan perubahan adptif ini sebagai "evolusi". Evolusi terjadi melalui proses integrasi dan diferensiasi.

Menurut Spancer Evolusi yang berlangsung dalam jangka waktu lama meningkatkan diferensiasi penduduk dan struktur-struktur yang mengorganisasi aktivitas sosial. Penyebabnya ialah pertumbuhan penduduk yang meningkatkan beban logistic dan fungsi sosial dasar baik produksi, reproduksi distribusi, maupun regulasi. Meningkatnya jumlah penduduk maka akan meningkat pula tekanan untuk menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan produksi, penjaminan agar redistribusi modal manusia tepat sasaran, dan pengaturan aktivitas manusia.

Dari berbagai macam penelitian yang sudah dilakukan oleh Spancer inilah kemudian mencetuskan teori "evolusi sosial" yang memiliki kesamaan dengan teori evolusionernya Darwin. Perubahan yang ada dalam "evolusi sosial" ini melalui serangkaian tahapan dari tahap kelompok suku yang homogeny dan sederhana menuju ke tahap masyarakat modern yang kompleks.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

GAMBARAN UMUM

 

A. Profil Umum

Kecamatan Cisauk

Cisauk adalah nama sebuah kecamatan satu dari 29 kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang, provinsi Banten. Kota kecamatannya ada di Kelurahan Cisauk, yang meningkat menjadi kelurahan ketika menjadi kecamatan. Kecamatan Cisauk ini ada seiring dengan pemekaran Kabupaten Tangerang menjadi 2 dengan Kota Tangerang Selatan. Kecamatan Serpong dipecah menjadi 2, Kecamatan Serpong dan Kecamatan Cisauk. Sementara wilayahnya perbatasan dengan 2 kabupaten/kota karena berada di pojok selatan timur Kabupaten Tangerang. Sebelah selatannya Kecamatan Setu,sebelah timur kecamatan Serpong yang masuk wilayah Kota Tangerang Selatan. Sementara di bagian selatan barat ada kecamatan Parung Panjang yang wilayahnya masuk Kabupaten Bogor.

Jumlah Desa dan kelurahan di kecamatan ini ada 5 desa dan 1 kelurahan. Detail keterangan tentang desa  dan kelurahan tersebut sebagian ada yang dimuat dalam blog  http://kecamatancisauk.blogspot.com/ akan tetapi belum semua desa/kelurahan.Detail rincian  sebagai berikut :

1. Desa Dandang, 

2. Desa Cibogo, 

3. Desa Suradita (http://desasuradita.blogspot.com/)

4. Desa Sampora, 

5. Desa Mekarwangi 

6. Kelurahan Cisauk.

Jumlah penduduk di kecamatan  Cisauk berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang tahun 2013 di http://tangerangkab.bps.go.id/webbeta/frontend/linkTabelStatis/view/id/9        ada 73.458 jiwa ( laki 47.463 dan perempuan 35.995).

 

B. Lokasi Kajian

 

 

Pada penelitian kali ini berlokasi di Desa Cibogo Terletak di Kecamatan Cisauk, kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dengan kode wilayah kelurahan 36.03.23.2011 merupakan pemekaran dari desa Sampora pada tahun 1985. Luas wilayah Desa cibogo adalah 411 Ha dengan jumlah 8 RW dibagi atas 42 RT yang jumlah penduduknya sekitar 14.232 jiwa dan untuk perbatasannya Desa Cibogo dibatasi oleh wilayah bagian :

- Utara : Desa Sampora

- Barat : Kelurahan Cisauk

- Selatan : Desa Suradita

- Timur : Serpong

 

Orbitasi untuk rata-rata jarak dan waktu tempuh :

- Desa ke Kecamatan sekitar 2 KM dengan waktu tempuh 0,2 jam

- Desa ke Kabupaten sekitar 26 KM dengan waktu tempuh 1,5 jam

 

 

C. ORGANISASI-ORGANISASI DI DESA CIBOGO

Secara harfiah, organisasi berarti sebagai suatu kesatuan orang-orang yang tersusun dengan teratur berdasarkan pembagian tugas tertentu. Organisasi merupakan elemen penting dalam suatu pemerintahan, untuk mengatur segala regulasi yang ada dalam meenjalankan roda pemerintahan. Di Desa Cibogo terdapat beberapa organisasi yang dikontrol oleh desa maupun daerah untuk menjalankan peran-perannya dalam desa. Diantaranya ialah PKK, Karang Taruna Desa Cibogo, LPM dan DPD.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

1. Wilayah Cibogo

Cibogo merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Cisauk Serpong Banten.  Letaknya tidak jauh dari kota BSD. Dan termasuk wilayah transisi yang meskipun letaknya masih desa, tapi kepadatan aktivitasnya hampir seperti kota dengan segala kesibukannya. Di desa Cibogo ini masih benyak terdapat tanah-tanah kosong, namun hanya menjadi tanah pasif yang tidak diberdayakan secara maksimal sebagai lahan pertanian atau perkebunan. Karena kebanyakan tanah-tanah tersebut dimiliki oleh orang luar wilayah yang akan membangun perumahan untuk investasi jangka panjang. Kalaupun ada pertanian atau perkebunan maka hanya untuk sampingan saja dan tidak maksimal pengelolaannya. Informasi tersebut didapatkan penulis dari sekertaris desa Cibogo yang peneliti ajak wawancara.

Di desa Cibogo terdapat tiga kampung, yaitu Kedokan, Rancamoyang dan Cibelut. Terdiri dari 42 Rukun Tetangga dan 8 Rukun Warga. Adapun jumlah penduduknya 4.728 Kepala Keluarga yang didalamnya menaungi 14.232 jiwa. Selain itu, di Desa Cibogo ini terdapat delapan perumahan yaitu Serpong Garden, Metro, Adipratama, Griya cibogo Letari, Grahapura, Ekomandiri, Bermis, dan Green Cibogo Lestari.

 

2. Penduduk Cibogo

Kebanyakan warga setempat bekerja sebagai buruh pasir, selebihnya ada yang membuka usaha warung, jadi karyawan, pembantu rumah tangga, supir dan lain sebagainya. Namun sisa tersebut hanya dalam skala kecil atau minimum. Adapun untuk buruh pasir yaitu para warga yang menjadi penambang pasir di Sungai Cisadane yang tidak jauh dari desa Cibogo. Sebagian besar merupakan penduduk lokal yang merupakan orang-orang sunda dan sisanya ialah pendatang.

 

 

 

3. Program Desa Cibogo

Setiap wilayah dari pusat sampai daerah dapat dipastikan mempunyai program kegiatan masing-masing, sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam mengembangkan wilayah tersebut. Begitupun program kegiatan desa yang ada di Desa Cibogo. Untuk program kegiatan di desa ini antaralain Kelompok tani. Meskipun pertanian dan perkebunan bukan merupakan pengahasilan utama, tapi pada program ini balai desa Cibogo sebagai pusat pemerintahan di desa juga sebagai perpanjangan dari pemerintah pusat memfasilitasi sebagian warga yang bercocok tani dalam bentuk subsidi pupuk dan palawija. Selain kelompok tani, ada juga budidaya ikan yang tempatnya di lubang-lubang bekas galian pasir, ada juga wacana penanaman pohon rambutan di pekarangan-pekarangan sekitar rumah warga yang masih kosong, dan yang paling gencar ialah program pembangunan infrastruktur.

Dari sekian program yang diadakan oleh pemerintah setempat, yang paling diutamakan ialah pembangunan infrastruktur, sehingga aliran dana yang masuk kebanyakan terserap untuk program ini. Adapun untuk sisanya seperti kelompok tani, budidaya ikan dan sebagainya mengguanakan dana yang minimum.

 

4. Peran Organisasi-Organisasi Desa Cibogo Terhadap Kesadaran Lingkungan

Lingkungan merupakan elemen yang tidak bisa dipisahkan dari makhluk hidup. Karena selain untuk mencari kehidupan dan penghidupan, didalamnya terjadi proses sosial yang terus berkembang sesuai dengan kondisi lingkungan tersebut. Organisasi desa merupakan tempat yang strategis untuk mengatur warganya. Baik mengatur administrasi, pembangunan, ekonomi begitupun dengan lingkungan.

Tanpa adanya dukungan kebijakan dari pemerintah tentang lingkungan maka, kondisi lingkungan di sekitar wilayahnya akan menjadi buruk. Imbasnya pada kesadaran kolektif yang buruk, sehingga buruk pula pemahaman pentingnya kelestarian lingkungan dari setiap individu yang ada didalamnya dan akhirnya terbentuk karakter individu-individu yang acuh terhadap lingkungan. Pola kesadaran kolektif semacam ini sesuai dengan apa yang disampaikan Emile Durkheim dalam teorinya tentang "jiwa kelompok". Durkheim beranggapan bahwa tingkah laku hidup seseorang adalah akibat adanya "pemaksaan," aturan perilaku yang datang dari luar individu dan mempengarh pribadinya. Jika kemuian seseorang menentang (dalam bentuk tingkah laku) dan berlawanan dengan tingkah laku kolektif, maka kesepakatan kolektif itulah yang menantangnya. Dengan begitu, maka suatu kelompok manusia yang semula tidak bersifat agresif, kemudian bisa menjadi agresif setelah menjadi bagian dari suatu kerumunan (kelompok) seperti pada kasus demonstrasi anarkis.

Peran organisasi desa inilah yang kemudian membawa suatu wilayah pro atau kontra terhadap lingkungan. Di desa Cibogo, kesadaran warganya terhadap pentingnya lingkunga termasuk kurang, hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh salah satu pengurus desa yaitu pak Dede, begitupun sesuai apa yang peneliti dan kebanyakan orang amati bahwasannya wilayah Cisauk terkhusus desa Cibogo merupakan wilayah dengan suhu yang tinggi pada waktu siang hari. Hal ini terjadi karena salah satunya merupakan indikasi dari kurangnya lahan hijau yang berfungsi sebagai penghasil oksigen sebagai udara bersih, sehingga banyak zat polusi seperti karbondioksida dari limbah kendaraan yang tidak terserap secara maksimal.

Dari setiap organisasi yang ada seperti balai desa, PKK, Karang Taruna, LPM dan DPD. Hampir tidak ada satupun program kegiatan yang bergerak di bidang lingkungan. Kalaupun ada masih baru wacana yaitu dari program penanaman pohon rambutan dari desa itu sendiri. Sedangkan sisanya belum ada kegiatan di bidang lingkungan. Hampir sebagian besar anggaran dialokasikan ke infrastruktur tanpa adanya penyeimbangan terhadap lingkungan.

Karang Taruna yang seharusnya bisa diandalkan dalam kegiatan-kegiatan lingkungan justru mengalami kelumpuhan, karena belum adanya program yang signifikan. Adapun untuk program kelompok tani sudah termasuk dalam kategori kegiatan kampanye lingkungan secara tidak langsung, namun dengan sekala kecil yang imbasnya tidak terlalu signifikan terhadap kondisi lingkungan di desa Cibogo.

 

5. Keterkaitan Teori "Evolusi Sosial" Dengan Kondisi Lingkungan Di Desa Cibogo

Teori evolusi sosial yang dicetuskan oleh Herbert Spencer adalah serangkaian perubahan sosial dalam masyarakat yang berlagsung dalam waktu lama, yang berawal dari kelompok suku atau masyarakat yang masih sederhana dan homogen, kemudian secara bertahap menjadi kelompok suku atau masyarakat yang lebih maju, dan akhirnya menjadi masyarakat modern yang kompleks. Dalam seriap rangkaian perubahan-perubahan yang terjadi, tentunya ada faktor-faktor atau penyebab-penyeban yang mempengaruhinya, selain kondisi sosial sebagaimana yang dipaparkan oleh saindung Haryanto "Penyebab perubahan dalam evolusi sosial ialah pertumbuhan penduduk yang meningkatkan beban logistic dan fungsi sosial dasar baik produksi, reproduksi distribusi, maupun regulasi. Meningkatnya jumlah penduduk maka akan meningkat pula tekanan untuk menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan produksi, penjaminan agar redistribusi modal manusia tepat sasaran, dan pengaturan aktivitas manusia." 

Namun kondisi lingkungan juga termasuk penyebab dari perubahan itu sendiri karena setiap lingkungan yang berbeda akan menghasilkan kondisi sosial yang berbeda pula. Kondisi sosial orang-orang yang hidup di pesisir dengan kondisi lingkungan yang panas, tentu sangat berbeda dengan kondisi sosial orang-orang yang hidup di lingkungan pegunungan. Begitupun ketika kondisi lingkungan dalam suatu tempat berbeda, maka setiap individu yang berada di dalamnya harus menyesuaikan diri untuk bisa bertahan.

Spencer berpandangan bahwa dalam suatu proses, yang kuatlah yang akan bertahan. Yang dapat beradaptasilah yang akan bertahan. Maka pandangan ini akan mengarahkan individu untuk bisa beradaptasi agar mampu bertahan dalam suatu lingkungan sosial. tapi kemudian Spencer berpendapat lagi bahwa masyarakat adalah organisme yang berdiri sendiri dan berevolusi sendiri lepas dari kemauan dan tanggung jawab anggotanya, dan dibawah kuasa suatu hukum. Latar belakang dari adanya gerak evolusi ini ialah lemahnya semua benda yang serba sama. Misalnya, dalam keadaan sendirian atau sebagai perorangan saja manusia tidak mungkin bertahan. Maka ia merasa diri didorong dari dalam untuk bergabung dengan orang lain, supaya dengan berbuat demikian ia akan dapat melengkapi kekurangannya.

Realitas yang terjadi di desa Cibogo merupakan gambaran dari gerak evolusi dimana rasa kurang pedulian lingkungan merupakan rasa yang terdorong dari bentuk penyesuaian diri dari masyarakatnya secara organis, yang berjalan  secara reflex tanpa adanya kemauan secara sepenuhnya sadar dari masyarakat itu sendiri. Dengan begitu, masyarakat dapat bertahan dan tinggal di desa Cibogo ini. Namun efek domino dari kurang peduliannya masyarakat terhadap lingkungan dapat berakibat pada semakin parahnya kerusakan lingkungan sehingga mengancam kehidupan generasi mereka yang akan datang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

Kesimpulan

Lingkungan merupakan elemen terpenting, yang tanggung jawab pelestariannya berada di tangan semua pihak, baik pemerintah maupun warga sipil. Tanpa adanya timbal balik dari kedua pihak tersebut maka tidak akan tercapai kondisi ligkungan yang ideal dan layak untuk ditempati.

Permasalahan lingkungan merupakan permasalahan yang kompleks, mulai dari kesadaran secara penuh setiap individu di dalamnya dan terutama peraturan pemerintah yang berperan sangat besar dalam pelestarian lingkungan. Belum juga faktor kepentingan ekonomi yang seringkali kurang peduli terhadap lingkungan.

Organisasi-organisasi di desa merupakan mobilisator yang setrategis dalam pelestarian lingkungan. Tapi pada kenyataannya kesadaran pelestarian lingkungan dalam organisasi-organisasi ini masih kurang dan bahkan belum ada. Hal inilah yang kemudian berimbas pada kurangnya kesadaran setiap individu yang ada didalamnya. Dan efek dominonya, lingkungan menjadi semakin rusak.

Teori Emile Durkheim sedikitnya dapat menjelaskan bagaimana pentingnya organisasi-organisasi dapat menjadi motor dari "jiwa kelompok" yang akan mempengaruhi individu-individu yang terlibat didalamnya. Begitupun teori "evolusi sosial"nya Herbert Spencer sedikitnya dapat menjelaskan tentang pola perilaku suatu masyarakat terhadap lingkungan dalam bentuk suatu penyesuaian untuk tetap bertahan dalam proses sosial. Yang akibatnya bisa baik untuk kelestarian lingkungan ataupun sebaliknya, yaitu buruk untuk kelestarian lingkungan. Hal ini tergantung dari bagaimana proses sosial ini berlangasung. Wallahu A'lam

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abdulsyani, SOSIOLOGI, Skematika, Teori dan terapan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, Cet. Ke-4.

Haryanto. Sindung, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2015.

Kaafah. Ukhulu Fissilmi, Industri dan Perubahan Sosial (Dampak Peralihan Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Industri Migas di Desa Gayam Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro), Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016.

Scott. John, Teori Sosial, Masalah-Masalah Pokok Dalam Sosiologi, Ahmad lintang lazuardi Terj. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, Jakarta: Kencana, 2013, Cet. 2.

http://cibogocisauk.blogspot.co.id/p/data-demografi.html (Diakses pada tanggal 2/11/2016 pukul 03.53 WIB).

http://cisaukserpong.blogspot.co.id/2015/08/kematan-cisauk.html (Diaakses pada tanggal 2/11/2016, pukul 04.30 WIB).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini