Rabu, 28 Desember 2016

Cici Nanda F_Pengetahuan Para Petani Terhadap Menurunnya Tingkat Produktivitas pada Tanaman Padi Akibat Gagal Panen_PMI 3

PENGETAHUAN PARA PETANI TERHADAP MENURUNNYA TINGKAT PRODUKTIVITAS PARA PETANI AKIBAT GAGAL PANEN DI DESA SUKARESMI KECAMATAN SUKAMAKMUR
 
Description: E:\TUGAS FAHRI UIN\logo uin.jpg
 
 
Dosen Pembimbing:
Tantan Hermansah M.Si
 
Disusun Oleh:
Cici Nanda Fitrotul Izzah 11150540000017
 
 
 
 
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Assalaamu'alaikumWR. WB
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu menlimpahkan nikmat iman, islam dan kesehatan sehingga kita masih bisa menikmati keindahan alam ciptaan-Nya. Shalawat dan salam tak lupa semoga selalu tercurahkan kepada penyampai risalah islam, beliau Rasulullah SAW.
Dengan rasa syukur yang sebesar-besarnya Alhamdulillah Kami telah dapat menyelesaikan penelitian ini, sebagai tugas pada mata pelajaran "Sosiologi Pedesaan". Rasa terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen mata pelajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga dengan adanya tugas ini, Kami jadi lebih kreatif dan lebih memahami tentang pembahasan penelitianini  yaitu tentang "Pengetahuan Para Petani Terhadap Menurunnya Tingkat Produktivitas Para Petani Akibat Gagal Panen Di Desa SukaresmiKecamatan Sukamakmur".
Penyusun memohon maaf apabila dalam penulisan penelitian ini masih terdapat kesalahan ataupun terdapat kalimat yang kurang berkenan di hati pembaca.Mohon untuk dimaklumi karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran.Semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.Amin.
 
Wassalamu'alaikumWR. WB
 
Ciputat, 29 Desember 2016
       Cici Nanda Fitrotul Izzah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
DAFTAR ISI
 
Kata Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar isi.............................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan
a.       Latar belakang ........................................................................................................ 1
b.      Pertanyaan penelitian .............................................................................................. 5
c.       Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
d.      Metode Penelitian ................................................................................................... 5
e.       Tinjauan Teoritis  .................................................................................................... 8
BAB II GAMBARAN UMUM SUBYEK/OBYEK
a.       Profil Umum Subyek/Obyek ....................................................................................9
b.      Lokasi Kajian ............................................................................................................9
BAB III ANALISA HASIL ...............................................................................................12
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 20
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................................. 21
 
 

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Permasalahan
Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya merupakan petani. Tanaman yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia adalah padi. Padi yang menghasilkan beras merupakan bahan pangan pokok sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, padi sebagai penghasil beras harus mendapat perhatian baik mengenai lahan, benih, cara budidaya maupun pasca panen (Suparyono, 1997). Banyak permasalahan yang dihadapi petani padi saat ini, diantaranya adalah : rendahnya harga gabah, langka dan mahalnya harga pupuk, perubahan cuaca yang mulai tidak bisa diprediksi yang menyebabkan petani sulit untuk menentukan masa tanam, serangan hama dan penyakit, dan lain-lain, sehingga contoh kasus-kasus ini calon terjadinya gagal panen. Terkadang, petani tidak berdaya untuk mengahadapi permasalahan tersebut, terkhusus masalah harga gabah dan pupuk karena oknum tertentu yang menentukan harga. Cuaca yang kurang menentu juga tidak bisa dihindari karena Tuhan Yang Maha Kuasa yang menetapkan. Petani hanya bisa melakukan perawatan dan pemeliharaan yang maksimal terhadap lahan padi yang dimiliki.[1]Sehingga terjadinya penurunan produktivitas para petani. Salah satunya adalah dalam mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi melalui pengetahuan dan pengalaman petani selama bertani, yang bertujuan untuk tidak terjadinya penurunan produktivitas petani.
pengetahuan petani dalam memproduksi merupakan modal utama yang sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Tanpa pengetahuan tentu saja petani tidak akan dapat mengerjakan lahannya dengan baik. Oleh sebab itu, maka pengetahuan sangat berperan dalam kehidupan masyarakat petani karena sistem pengetahuan dalam mengelola suatu produksi sangat mempengaruhi baik tidaknya hasil yang diperoleh (Baramuli 1997 :38-39). Semakin banyak pengalaman seseorang dalam bertani maka semakin luas pengetahuannya untuk memproduksi.
Hama dan penyakit tanaman merupakan masalah yang cukup serius yang dihadapi petani padi akhir-akhir ini disamping permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan di atas. Oleh karena itu, tulisan ini berfokus pada pengetahuan beberapa petani mengenai pengetahuan cara penanggulan para petani padi jika terjadinya gagal panen, dan pengetahuan tingkat produktivitas para petani dari tahun ke tahun. Pengetahuan petani tentang hama dan penyakit ini sangat besar artinya karena atas pengetahuan yang mereka miliki maka petani dapat bertindak untuk melakukan cara-cara pengendalian. Hal tersebut sangat penting karena hama dan penyakit tanaman merupakan masalah yang cukup menonjol yang dihadapi petani sejak awal masa pertumbuhan padi sampai dengan menjelang panen. Hama yang biasanya menyerang tanaman padi adalah hama perusak persemaian (tikus, ulat tanah), hama perusak akar, (nematoda, anjing tanah), hama perusak batang (tikus, penggerek batang), hama pemakan daun (tikus, burung) dan hama di penyimpanan (ulat, tikus). Selain itu, penyakit yang sering mengganggu tanaman padi yaitu : penyakit kresek, bercak daun, penyakit gosong, penyakit busuk batang dan penyakit virus (Tjahjadi1989).[2]
Periode prapanen (preharvest period), periode lapangan (field period), atau fase I adalah rentang waktu antara benih disebar sampai saat hasil tanaman dipanen, meliputi beberapa tahap yang jumlah dan macamnya sangat dipengaruhi oleh komoditasnya.Periode pascapanen adalah rentang waktu antara saat dipanennya hasil tanaman sampai hasil tanaman tersebut dikonsumsi.Periode pascapanen secara umum mencakup beberapa tahap, seperti panen, pengangkutan, pemilihan, pemilahan, pemasakan, penyimpanan, pengolahan, pengepakan, penyebaran, dan pemasaran.
Petani yang dikaji dalam penelitian ini adalah petani di desa Sukaresmi, RT 02/RW 02 Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.Jln. Raya Menteng Nomor 1 Sukaresmi-Sukamakmur-Bogor.Tanaman utama yang ditanami sawah ini adalah tanaman padi.Selain itu disamping petani menanam tanaman padi, adakalanya petani juga menanam tanaman cabai, singkong, dan sayur-sayuran lainnya.Jenis-jenis padi yang sering ditanam di desa tersebut adalah IR 36, Raja Lele, dan Padi Merah.Petani biasanya panen padi 3 kali dalam setahun.Para petani mayoritas penduduk asli.Diantara petani tersebut hanya beberapa memiliki lahan sendiri dan selebihnya penyewa lahan. Rata-rata petani mengolah sawah  0.5-3 Ha.
Pengetahuan petani dalam memproduksi merupakan modal utama yang sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Tanpa pengetahuan tentu saja petani tidak akandapat mengerjakan lahannya dengan baik. Oleh sebab itu, maka pengetahuan sangat berperan dalam kehidupan masyarakat petani karena sistem pengetahuan dalam mengelola suatu produksi sangat mempengaruhi baik tidaknya hasil yang diperoleh (Baramuli 1997 :38-39). Semakin banyak pengalaman seseorang dalam bertani maka semakin luas pengetahuannya untuk  memproduksi.
Penyakit pascapanen adalah penyakit yang muncul dan berkembang selama periode
pascapanen, tanpa mempedulikan kapan terjadinya inokulasi, penetrasi, dan infeksinya. Ternyata tidak semua penyakit pascapanen yang inoklusi, penetrasi, dan infeksinyaterjadi dalam periode pascapanen.Penyakit pascapanen yang inoklusi, penetrasinya suda terjadi sejak benih dipanen dari induknya, yaitu penyakit bercak cokelat pada padi yang disebabkan oleh Drechslera oryzae yang dahulu disebut Heliminthosporium oryzae.[3]
Masalah hama dan penyakit tanaman padi mengalami perkembangan yang pesat akhir-akhir ini. Serangan hama dan penyakit tanaman padi menyebar di seluruh daerah pertanian padi di Indonesia. Berdasarkan data di daerah Jonggol, kabupaten bogor. Pada Tahun 2015 menurut Kepala UPT Pengembangan Teknologi dan Peredaran Hasil XV Wilayah Jonggol, Priyono, "data pertanaman padi dimakan habis oleh hama wereng di Desa Sukaresmi Kecamatan sukaresmi seluas 135 ha, sehingga hamper semua petani yang ada di desa tersebut mengalami gagal panen sehingga tidak membuahi hasil dan mendapatkan kerugian yang cukup besar. Kondisi ini sangat diperihatinkan. Petani hanya bisa pasrah jika petani telah dimakan oleh hama.[4]
Di kampung menteng, desa sukaresmi ini mengalami gagal panen  tahun ke tahun dari 2010 – 2015, sehingga produktivitas para petani mengalami penurunan. Di desa tersebut terjadinya gagal panen disebabkan hama dan penyakit. Beberapa jenis hama dan Penyakit yang ditemukan antara lain, Burung, Ulat, Wereng, Tikus, Hujan Malam dan walang sangit. Yang paling dominan adalah Wereng.Wereng ini salah satu penyebab terjadinya gagal panen pada tanaman padi yang sulit diberantas.
Hama wereng merupakan hama yang sangat merugikan petani bahkan sering membuat petani gagal panen atau hasil produksi padinya kurang maksimal. Namun, lima tahun hingga sekarang ini kehadiran hama wereng selalu mengkhawatirkan petani karena sangat berpengaruh besar terhadap produksi padi. Hama wereng ini menyebabkan batang padi busuk hingga padi tampak gosong dan padi tidak berbuah (kosong). Selain itu, sejumlah petani di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Jonggol mengalami gagal panen yang disebabkan oleh serangan wereng dan hama lainnya. Hal ini menyebabkan penghasilan panen petani di  Kp. Menteng menurun hingga 70 %. Selain hama wereng yang paling ditakuti oleh para petani, anjang (keong kecil) pun ditakuti jika tanaman padi dalam kondisi belum meninggi. Tetapi anjang ini tidak terlalu dikhawatirkan, karena tidak terlalu menimbulkan risiko gagal panen. Kehadiran hama tersebut tidak bisa ditebak atau diprediksi oleh petani. Beberapa petani mengatakan bahwa wereng sering menyerang tanaman padi di setiap waktunya pagi hingga malam. Tetapi yang paling sering muncul hama wereng ini pada waktu malam hari. Jenis wereng ini adalah wereng coklat. Menurut pengakuan salah seorang petani, pada tahun 2011 hingga terakhir 2015 bahwa ia mengalami gagal panen, karena hamper seluruh padinya dimakan wereng. Pada tahun 2011 dimana pada menjelang hasil panennya, beberapa padinya sebagian gagal dan sebagian menghasilkan produknya.Produknya itu menghasilkan sekitar 5 kwintal.Pada tahun 2012 penghasilan produk pada tanaman padi menaik sedikit yaitu menghasilkan hanya 8 kwintal.  Tetapi pada tahun 2014 dan 2015 bahkan penghasilan produk petani sangat menurun hingga tidak ada penghasilan dalam membuat produktivitas petani dari tanaman padi. Hal ini disebabkan oleh wereng dan dimakan habis olehnya.Bukan hanya salah seorang petani, tetapi hamper seluruh petani yang ada di desa tersebut.
Banyak cara yang dilakukan oleh petani untuk mengatasi masalah hama dan penyakit sekalipun cara yang mereka lakukan belum memberikan hasil yang maksimal. Cara-cara yang dilakukan oleh petani biasanya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Untuk mengatasi serangan wereng, petani di desa sukaresmi melakukan bibit penanam yang akan ditanam kemudian disemprot dengan obat hama. Jenis Obat yang sering digunakan seperti matriks dan tusban.Saat melakukan penanaman, petani rutin menyemprot dan melihat perkembangan pada tanaman padi. Biasanya para petani melakukan  penyemprotan 2 hari sekali atau 3 hari sekali.  Sementara itu, untuk mengatasi hama wereng petani di desa tersebut adalah dengan memilih dan memilah obat hama penyemprotan untuk tanaman padi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani pada saat peneliti melakukan penelitian, petani mengatakan bahwa peningkatan produktivitas di desa sukaresmi ini dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang disebabkan karena terjadinya gagal panen.Sehingga petani sangat bingung jika penghasilan produk tidak membuahi hasil.Petani ini hanya mengandalkan mata pencahariannya itu dari hasil panennya. Berdasarkan hal di atas dapat dilihat bahwa beragamnya hama dan penyakit tanaman yang dihadapi petani juga dibarengi dengan beragamnya pengetahuan dan cara pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani Kampung Menteng. Hal ini disebabkan karena petani memiliki pengetahuan dan pengalaman masing-masing dalam menghadapi hama dan penyakit selama bertani. Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan petani di Kampung Menteng tentang hama dan penyakit tanaman padi serta cara pengendaliannya.
 
B.       Pertanyaan Penelitian
1.        Apa saja Faktor-faktor para petani jika terjadinya gagal panen?
2.        Bagaimana cara penanggulangan petani agar padi tidak terjadinya gagal panen
C.      Tujuan Penelitian
Dengan adanya pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui faktor-faktor para petani jika terjadinya gagal panen.
2.        Untuk mengetahui tingkat produktivitas para petani dari tahun ke tahun.
3.        Untuk mengetahui cara penanggulangan petani terhadap gagal panen.
D.      Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, metode ini merupakan metode penelitian yang lebih ditekankan kepada pendekatan terhadap masyarakat dengan memahamo fenomena-fenomena sosial yang terjadi.Dalam penelitian sosiologi, metode kualitatif telah banyak digunakan karena metode ini memiliki objek kajian yaitu masyarakat dan individu sendiri.
       Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi. Metode penelitian kualitatif ini merupakan sebuah cara yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu permasalahan. 
1.        Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi analisis dengan pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis., dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Penelitian kualitatif yang berakar dari paradigma interperatif pada awalnya muncul dari ketidakpuasan atau reaksi terhadap paradigma positivis yang menjadi akar penelitian kualitatif.[5]penelitian kualitatif bertumpu pada berbagai aliran, tradisi atau orientasi yang kesemuanya menekankan pentingnya pengembangan dan penyusunan teori yang ditandai oleh strategi induktif empiris. Hal ini berbeda dengan rancangan yang bertumpukan pada deduksi logis berdasarkan asumsi-asumsi apriori.Rancangan kualitatif senantiasa berakar pada kenyataan empiris, walaupun dapat saja dipahami oleh berbagai tradisi dan orientasi pemikiran yang berbeda-beda.[6]
Metode kualitatif bersifat naturalistis karena peneliti tidak berusaha memanipulasi atau bahkan menyimulasi suasana penelitian.Hal yang dikaji adalah situaso dunia nyata sebagaimana terjadi secara wajar.
2.        Macam dan sumber data
Adapun sebagai macam dan sumber data, penulis membaginya menjadi dua yaitu:
a.        Data Primer
Data primer adalah data yang peneliti peroleh dari wawancara langsung dengan petani-petani dan keluarga dari petani dan beberapa masyarakat Desa, yang berkaitan dengan pengetahuan petani tentang tingkat produktivitas di Desa Sukaresmi, Kp Menteng.
b.        Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang penulis dikumpulkan dari catatan-catatan lapangan, buku, jurnal serta media elektronik yang berkaitan dengan pembahasan tentang masalah sosial para petani yaitu gagal panen.
 
 
3.        Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran dalam suatu penelitian terhadap hasil yang diperoleh. Ada tiga macam pengumpulan data secara kualitatif.
Pertama, adalah wawancara mendalam dan terbuka.Data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuannya. Wawancara merupakan cara yang digunakan dengan tujuan mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari responden.[7]Dalam melakukan wawancara ini bentuknya adalah wawancara bebas, namun tetap menggunakan daftar pertanyaan yang disediakan, supaya wawancara terfokus pada tujuan penelitian.[8]
Kedua, adalah observasi langsung. Data yang didapat melalui observasi langsung terdiri dari pemberian rinci tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang, serta juga keselurhan kemungkinan interaksi interpersonal, dan proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati.
Ketiga, adalah penelaahan terhadap dokumen tertulis. Data yang diperoleh dari metode ini berupa cuplikan, kutipan, atau penggalan-penggalan dari catatan organisasi, klinis atau program, memorandum-memorandum dan korespodensi, terbitan dan laporan resmi, buku harian pribadi, dan jawaban tertulis yang tertulis yang terbuka terhadap kuesioner dan survei.
Validitas dan reliabilitas data kualitatif banyak tergantung pada keterampilan metodologis, kepekaan, dan integritas peneliti, observasi yang sistematis dan ketat (rigorous) melibatkan peneliti jauh lebih dari hanya berada di suatu tempat dan melihat-lihat sekelilingnya.[9]
4.        Teknik Analisis Data
Analisis data menurut patton, adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.[10]
       Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik analisa data adalah sebagai berikut:
a.         Mengembangkan deskripsi yang kompherensif dan teliti dari hasil penelitian.
b.        Klasifikasi data
c.         Menemukan focus
d.        Mengelola data
e.         Membaca dan menganotasi
f.         Menciptakan kategori
g.        Pemisahan/pemotongan data sehingga terjadi identifikasi data.[11]
E.       Tinjauan Teoritis
Teori yang dipakai dalam penelitian kali ini adalah menggunakan teori seseorang tokoh sosiologi yang bernama Emile Durkheim yang memfokuskan tentang fakta-fakta sosial.Melalui gagasan ini dia ingin memajukan ide tentang masyarakat.Para penulis ini tidak mengingkari subjetivitas dari tindakan manusia atau karakter penuh makna dari kehidupan sosial.Mereka berpandangan bahwa sejauh individu bertindak secara rasional dalam mengejar kepentingan pribadi seperti yang mereka lakukan dalam aktivitas ekonomi mereka maka konsekuensi tertentu yang bersifat menentukan secara otomatis mengikuti.Konsekuensi ini dapat dimodelkan, dan barang kali diprediksi, tanpa keharusan untuk melakukan penyelidikan langsung tentang makna kebudayaan yang mewarnai tindakan masyarakat.[12]kebudayaan dianggap sebagai seperangkat pengetahuan yang diperoleh manusia yang dipergunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan menghasilkan tingkah laku. Sebagaimana kebudayaan yang mewarnai tindakan masyarakat sama seperti halnya kehidupan petani dalam sehari-hari yang tiap harinya mengendalikan hama dan penyakit dan menghasilkan produktivitasnya pada tanaman padi.
Asumsi umum yang paling fundamental yang mendasari pendekatan emile Durkheim terhadap individu serta perilakunya adalah bahwa fakta-fakta sosial itu riil dan mempengaruhi kesadaran individu serta perilakunya yang berbeda dari karakteristik psikologis biologis atau karakteristik individu lainnya. Selain itu fakta-fakta sosial dapat dipelajari dengan metode-metode empiric karena fakta-fakta sosial merupakan benda.
 
BAB II
GAMBARAN UMUM SUBYEK/OBYEK
1.        Profil Umum Subyek/Obyek
Masyarakat di Desa Sukaresmi ini memiliki kehidupan yang sederhana dalam gaya hidupnya. Rata-rata masyarakat disana bekerja sebagai petani, Buruh Tani, Pedagang, Wiraswasta, Karyawan dan lain-lain. Dan Kondisi sosial ekonomi menunjukkan, pekerjaan penduduk kebanyakan menjadi petani (33,05%), pedagang (11,32%) dan buruh tani (13,10%), yang bekerja pada sektor jasa dan industri masih sangat sedikit.[13] Di desa ini merupakan salah satu desa yang mengalami gagal panen dalam tahun ke tahun sehingga menghasilkan produk dalam tanaman padinya menurun akibat di makan oleh hama dan penyakit.
Letak Geografisnya desa ini terletak di dataran rendah dan dekat dengan daerah pegunungan dan terdapat sungai cipamingkis.Yang biasanya sungai cipamingkis ini dimanfaatkan oleh para ptani untuk pengairan persawahan.Keadaan udara di desa ini masih terasa sejuk.Dalam perjalanan, jalan lokasi tersebut masih tidak rata, dan bentuknya terjang dan penuh dengan batu-batu kerikil yang bisa membahayakan orang jika mengendarai motornya tidak hati-hati.
       Di desa ini banyak warga yang mempunyai kepribadian berwirausaha seperti memanfaatkan suatu bahan mentah seperti rebung yang diolah menjadi makanan atau dijual. Bahan mentah tersebut dihasilkan dari perkebunan sendiri.Ibu-ibu lain juga ikut berpartisipasi dalam membuatnya.Desa ini juga Rumahnya terdapat rumah panggung, rumah bilik serta rumah tembok.
2.        Lokasi Kajian
Desa Sukaresmi Kecamatan Sukamakmur terletak disebelah barat wilayah Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Bogor, luas wilayahnya tercatat ± 9.930 Ha, dengan batas-batasnya: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Balekambang Kecamatan Jonggol, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukadamai Kecamatan Sukamakmur, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukanegara Kecamatan Jonggol, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukadamai Kecamatan Sukamakmur.
Penelitian Dilakukan pada hari Sabtu, 12 November 2016, saya berangkat pagi dari rumah pada pukul 08.30 WIB kemudian sampai ke cibarusah pada pukul 09..30 WIB. Saya pergi ke cibarusah dengan Bapak saya dengan mengandarai motor.Kemudian setelah sampai disana, kami menunggu teman saya untuk lokasi tujuan observasi. Saya dan teman saya melakukan observasi dalam satu tempat yang sama. Untuk menuju ke Desa Sukaresmi butuh waktu kurang lebih 2 jam (±90 KM ) dengan mengandarai motor. Saya pergi dengan teman saya, bapak saya, dan ditemani oleh satu teman lelaki teman saya yang bernama Asep Aryanto Sazili sebagai warga asli desa tersebut.
Perasaan ketika menuju desa tersebut cukup menyenangkan, mengasyikan dan adapun juga cukup menyedihkan.Yang menyenangkan bagi saya karena melihat pemandangan desa yang dekat pegunungan sangat bagus, dan udaranya sangat sejuk dan masih alami belum ada polusi-polusi yang tercemar di desa tersebut.Ketika sesampai di Desa Sukaresmi, saya dan teman saya meminta izin terlebih dahulu kepada kepala Desa Sukaresmi untuk melakukan penelitian kepada secretariat kelurahan/ Camat (Nama) tersebut.
Setelah mendapatkan Izin, saya langsung ke rumah Pak RT untuk meminta petunjuk letak rumah warga yang berpofesi petani  yang akan saya datangi dan untuk diwawancarai. Saya melakukan penelitian dengan 2 Narasumber di desa tersebut.Ketika saya memulai mengunjungi rumah narasumber I yaitu yang bernama Ibu Raica Istri dari seorang Petani.Saya berbincang-bincang dengan ibu Raica kemudian berfoto sebagai dokumentasi. Tadinya saya ingin wawancara suaminya yang sebagai petani, tetapi berhubung suaminya lagi di sawah dan sawahnya  letaknya cukup jauh jadinya saya berbincang-bincang dengan istrinya. Saya wawancara kira-kira 2 Jam.
Kemudian setelah selesai mengunjungi dan wawancara, saya lanjut ke rumah narasumber yang ke II yaitu Rumahnya Bapak Kholil (petani) untuk di wawancarai tentang pengetahuan dan seputar petani.Bapak Kholil ini sebagai petani dari sejak kecil. Setelah saya mewawancarai narasumber ke II ini saya sangat menyentuh dan terharu dalam kebebanannya sebagai petani yang hasilnya tidak sesuai dengan proses dalam bertaninya. setelah selesai wawancara saya melihat dan mengamati sawah yang dimiliki bapak kholil. Saya melakukan wawancara sekaligus observasi 2 Jam. Setelah selesai melakukan wawancara kepada kedua narasumber.Kemudian saya menanyakan dan meminta pendapat dari salah seorang masyarakat yang ada didesa tersebut tentang perkembangan petani di desa ini.
Pada pukul 15.30 saya kembali kerumah Asep temannya teman saya dan beristirahat sekaligus menunggu hujan berhenti. Pada pukul 16.00  hujan sudah mulai mereda saya dan teman saya berpamitan untuk pulang. Pukul 16.15 saya pun langsung pulang ke rumah bersama teman saya dan diantar oleh temannya sampai jalan raya.
Kemudian saya melakukan penelitian ke dua yaitu pada tanggal 24 Desember 2016.Saya mencari data-data yang kurang dari narasumber-narasumber dan sekaligus meminta data tentang penduduk seputar Desa Sukaresmi ke kepala desa.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB III
ANALISA HASIL
1.      Hasil Penelitian Data
Pertanian merupakan kebudayan yang pertama kali dikembangkan manusia sebagai respons terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber pangan di alam bebas akibat laju pertambahan manusia. Ilmu pertanian adalah kelompok ilmu pengethauan terapan yang mempelajari segala aspek biologis, sosiobudaya, dan bisnis yang berkaitan dengan kegiatan usaha manusia dalam rangka meningkatkan pemanfaatan kekayaan alam hayati melalui proses produksi atau usaha ekstraksi selektif, untuk memenuhi perkembangan kebutuhan manusia dengan memperhatikan keseimbangan ekologi dan kelestarian produktivitas alam,
          Budidaya tanaman adalah pengelolaan hamparan tanaman (pertanaman) memadukan faktor-faktor produksi secara sinergi dengan tujuan meningkatkan produksi bahan organic secara optimal baik kuantitatif maupun kualitatif, atau bertujuan meningkatkan peningkatan penampilan tanaman menurut selera konsumen (tanaman ornament dan tanaman bunga).[14]
       Dalam menghasilkan produksi pertanian yang optimal, manusia selalu harus berkompetisi dengan organisme penganggu tanaman (OPT). Hasil pertanian di lapangan tidak semulus apa yang diharapkan seiring dengan proses pertumbuhan dan hasil dalam kurun waktu tertentu memungkinkan adanya gangguan baik disebabkan oleh faktor abiotik terutama pengaruh faktor iklim dan media tumbuh (tanah dan lahan) yang kurang menguntungkan misalnya adanya banjir, kekeringan, anomaly iklim dan alam dan lain-lain. Atau disebabkan oleh faktor biotik terutama gangguan hama-penyakit dan gulma di lapangan. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh gangguan OPT bisa mencapai 40%, bahkan lebih dari itu.[15]
       Desa Sukaresmi ini jumlah penduduk Desa Sukaresmi Kecamatan Sukamakmur hingga akhir bulan Desember 2015 tercatat berjumlah 7.286 jiwa, terdiri dari pria sebanyak 3.193 jiwa (50,80%) dan wanita sebanyak 4.093 jiwa (49,20%), seks rasio pria dengan wanita 101:99. Banyaknya rumah tangga 1.855 keluarga, dan jumlah rata-rata anggota keluarga 3 jiwa/keluarga. Kepadatan penduduk yaitu 1,57 jiwa/Ha. Dan pekerjaan mayoritas di sana adalah petani. Desa Sukaresmi ini terdapat sungai Cipamingkis, para petani-petani di desa ini rata-rata dimanfaatkan untuk sumber pengairan bagi sawah.Kelebihan dari desa ini petani tidak pernah mengalami kekeringan.Karena sungai Cipamingkis ini sebagai sumber mata air.
       Petani di Indonesia mengalami masalah dan kerugian terhadap tanamannya, terutama tanaman padi.Masalah dan kerugian ini disebabkan karena faktor-faktor yang terjadinya gagal panen sehingga tanaman hasil panen menjadi tidak membuahi hasil (gagal panen).Kerugian di sini adalah bahwa petani tidak dapat memperoleh penghasilan jika tanaman padinya mengalami gagal panen.Kerugian ini disebabkan oleh pathogen dapat terjadi sebelum panen (prapanen) atau dapat terjadi sesudah panen (pascapanen), bahkan dapat terjadi baik sebelum panen maupun sesudah panen.[16] Gagal panen ini timbul adanya beberapa Faktor.Faktor yang paling utama adalah Hama dan penyakit. Ada beberapa hama dan penyakit yang ditemukan di desa sukaresmi yaitu burung, wereng, tikus, hujan malam, kupu-kupu, dan walang sangit. Penyakit di sini yang ditemukan penyakit bercak cokelat pada padi. Yang disebabkan oleh hama walang sangit. Pada awal serangan atau serangan ringan gejalanya berupa bercak-bercak kecil yang memanjang warna cokelat.Bercak yang disebabkan walang sangit di tengahnya terdapat terdapat seperti tepung yang berwarna putih atau kelabu.  Apabila lingkungan luar mendukung bercak kecil tadi akan meluas dan bahkan menutup seluruh pemukaan gabah sehingga gabah menjadi mula-mula putih., selanjutnya menjadi cokelat atau hitam. Tanaman padi yang diserang walangsangit ini bisa menjamur karena walangsangit dapat menyerang sendiri-sendiri tetapi dapat pula menyerang bersama-sama, umumnya dimulai oleh walangsangit lalu diikuti oleh jamurnya, hingga gejalanya sukar dicirikan, sebab merupakan gejala gabungan.
       Menurut salah seorang warga di desa Sukaresmi mengatakan bahwa " di desa ini rata-rata mengalami gagal panen dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh hama wereng. Hama ini merupakan salah satu hama utama tanaman padi di Indonesia sejak tahun 1970-an. Awal mula terjadinya serangan hama wereng secara eksplosif adalah sebagai konsekuensi dari penerapan system intensifikasi dalam program Bimas Nasional, dengan menerapkan penggunaan varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi, penanaman IP 200, penggunaan insektisida yang tidak tepat dosis, jenis dan waktu aplikasi. Hal ini memungkinkan terjadinya resurgensi hama wereng coklat, dan ditunjang dengan pengetahuan petani mengenai teknik pengendalian hama-penyakit masih kurang. Kebiasaan petani pada umumnya mencampur 2-3 macam pestisida. Waktu penyemprotan yang tidak tepat, dan cara penyemprotan diatas kanopi daun pada tanaman padi dan dilakukan pada waktu masih pagi sekali dimana embunnya masih tebal sehingga mengurangi tingkat efikasi pestisida.[17]
Hama wereng ini bisa menyebabkan tanaman padi menjadi mengering dan membusuk sehingga terjadinya gagal panen". Hama wereng ini sangat dikhawatirkan oleh para petani di desa ini, karena hama wereng ini sulit untuk diberantaskan. Meskipun petani-petani sudah mencoba melakukan penanggulangannya dengan memberikan berbagai macam obat semprotan tetapi hama wereng ini tetap saja masih muncul dan memakannya. Wereng ini datangnya tidak menentu, terkadang dalam sehari tiap pagi, siang, maupun malam.Tetapi lebih seringnya pada malam hari.Jenis wereng yang sering ditemukan adalah wereng coklat. Wereng coklat ini selain makan batang atau daun padi, dapat membawa virus yang merusak tanaman padi. Jenis virusnya adalah Famili : Delphacidae, dan Ordo : Homoptera. Kerugian yang ditimbulkan adalah Nimfa dan Wereng Coklat dewasa sangat banyak mengisap cairan sebagai makanannya. Karena wereng coklat ini mengisap cairan lebih banyak daripada mencernakan makanan, maka wereng ini mengeluarkan embun madu yang menyebabkan bercak hitam yang disebabkan cendawan jelaga, keadaan ini merugikan fotosintesis dan pernapasan. Kombinasi mengisap cairan yang banyak dan menyuntikkan air liur yang beracun menimbulkan bercak-bercak coklat kering yang hasilnya simtom "terbakar wereng". Wereng juga membawa penyakit virus penyakit kerdil rumput.[18]
Selain hama wereng, karena faktor hujan malam yang menyebabkan tanaman padinya menjadi kelopong tetapi hujan malam ini tidak terlalu parah dengan hama wereng. Dan tidak terlalu dikhawatirkan.Kemudian karena faktor kekurangan ekonomi yang dihasilkannya sehingga sulit untuk membeli bibit dan pupuk yang semakin sini semakin mahal. Menurut pengakuan salah satu warga di desa sukaresmi ini bahwa di desa ini mengalami gagal panen berturut-turut dari sejak tahun 2011 hingga 2015 sehingga produktivitas menjadi menurun, menurun dan menurun, tidak ada tingkatannya. Para petani kebingungan dan pasrah jika tanaman padinya sudah mengalami gagal panen.
       Adapun Jenis-jenis tanaman padi yang sering digunakan dari desa ini dalam menghasilkan produknya  adalah IR, Padi Merah, dan Raja Lele. Tetapi yang lebih dominan yaitu IR.Karena IR dikenal kualitasnya bagus dan harganya terjangkau.Petani dalam menghasilkan produknya dari tahun ke tahun mengalami penurunan.Dan rata-rata petani di desa tersebut menghasilkan rata-rata 21 kwintal dalam setahun karena tanaman padi di desa sukaresmi ini sering mengalami gagal dalam memproduksinya. Adapun pengetahuan petani dalam memproduksi dari hasil panen ini masih menggunakan cara-cara manual dimulai dari proses pengangkutan, pemilihan, pemilahan, penyimpanan, pengolahan, pengepakan, penyebaran hingga pemasaran. Prosesnya sama dengan petani-petani lain, tetapi bedanya di desa ini meskipun zamannya semakin maju tetapi desa ini masih menggunakan manual yaitu dengan tenaga kerja diri sendiri dan  tidak menggunakan mesin.
       Pengetahuan petani dalam memproduksi merupakan modal utama yang sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Tanpa pengetahuan tentu saja petani tidak akan dapat mengerjakan lahannya dengan baik. Oleh sebab itu, maka pengetahuan sangat berperan dalam kehidupan masyarakat petani karena sistem pengetahuan dalam mengelola suatu produksi sangat mempengaruhi baik tidaknya hasil yang diperoleh (Baramuli 1997 :38-39). Semakin banyak pengalaman seseorang dalam bertani maka semakin luas pengetahuannya untuk  memproduksi.Pengetahuan petani dalam memilih bibit unggul yaitu dengan melihat kualitas dari bibitnya dan harganya terjangkau.
 Pengetahuan petani dalam menghasilkan produktivitasnya dengan kualitas dengan baik adalah
1.        Memilih bibit unggul yang beranaknya banyak, kemudian bibit tersebut di keringkan dengan sinar matahari, agar bibit unggulnya menghasilkan dengan kualitas baik.
2.        Jika terjadinya musim hujan, para petani membuat dan menyiapkan bendengan. Bendengan merupakan tempat pinihan. Kemudian ditaburi bibit, jika bibit sudah berumur satu bulan kemudian bibit tersebut di cabut, kemudian mulailah melakukan penanaman.
3.        Kemudian Jika tanaman sudah berumur 20 hari. Kemudian tanaman padi tersebut sudah memulai diberi pupuk dan setelah berumur 2 bulan kemudian tanaman padi ditaburi pupuk lagi, agar tanaman padinya menghasilkan produknya dengan kualitas baik.
4.        Pada saat memulai menanam, pasti tanaman padinya sudah memulai diserang hama dan penyakit. Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor utama yang membuat petani ini menjadi gagal panen. Adapun pengendaliannya yaitu dengan diberi penyemprotan yang telah dicampuri obat. Melakukan penyemprotannya sampai padi sudah memulai tua. Melakukan penyemprotan ini cukup dengan 3 hari/ 2 hari sekali.
5.        Jika tanaman padi sudah panen. Kemudian padi tersebut dibabat dan melakukan pemisahan pada padi untuk melihat kualitasnya pada padi. Jika sudah melakukan pemisahan kemudian dikeringkan hingga kering. Agar padinya berwarna putih dan tidak berwarna kuning.
Hal yang di atas merupakan pengetahuan petani tentang membuat dan menghasilkan produk dengan baik.Tetapi di desa ini jika panen telah tiba.Hasil panennya ini tidak untuk dijualkan tetapi untuk kebutuhan sehari-hari.Jika para petani ini dalam keadaan butuh atau darurat.Kemudian hasil panennya sebagian dijual kepada seseorang yang ingin membelinya.
       Selain pengetahuan petani dalam menghasilkan produksinya.adapun juga pengetahuan petani dalam mengendalikan hama dan penyakit di desa sukaresmi adalah
1.        Jika tanaman padi dimakan dengan hama wereng, maka petani melakukan penyemprotan secara teratur dan rutin yang telah dicampuri dengan  obat-obatan kimiawi merk  yang biasanya para petani gunakan di desa sukaresmi. Meskipun hama wereng ini tidak bisa diberantaskan tetapi hama wereng ini hanya bisa dicegah. Sawah yang tergenang air sebaiknya segera dikeringkan selama 3-4 hari. Sawah yang tergenang air terus-menerus akan menjadi tempat berkembang biak wereng coklat. Sawah sebaiknya dibersihkan dari gulma, rumput liar, dan lain-lain. Pemupukan nitrogen harus hati-hati sebab bila pemupukan nitrogen tinggi akan mendorong perkembangan populasi wereng coklat.  Sebelum semai padi ditanam di sawah, akar direndam lebih dulu selama 24 jam dalam ekstrak biji nimbi 5% atau emulsi minyak nimbi 2% untuk mengurangi telur dan menetesnya nimfa wereng.
2.        Jika tanaman padi dimakan dengan hama walangsangit. Petani melakukan berbagai cara yaitu dengan bau yang harum dari bunga rumput dapat mengusir walang sangit, baik yang dewasa maupun nimfa. Bunga rumput dipotong menjadi 5-10 bagian, kemudian diikat dengan tongkat kayu atau bambu dan diletakkan di semua penjuru sawah sebanyak 15-20 tempat. Kemudian kulit pohon asasia sebanyak banyak 1 kg dan tepung akar Andaliman tumbuhan  khas Sulawesi. Sebanyak 1 kg dicampur secara merata, kemudian dihembuskan pada tanaman padi, jumlah ini cukup untuk 0,4 ha sawah dan efektif mengusir walang sangit.
3.        Jika tanaman padi dimakan dengan hama tikus. Petani melakukan dengan membongkarkan rumah yang terdapat tikus atau dengan cara memberikan racun pada tikus. Agar tikus tidak memakan tanaman padi. Tetapi hama tikus ini tidak selalu ada. 
Hal di atas merupakan cara menghasilkan produktivitas dengan kualitas baik serta cara pengendalian terhadap hama dan penyakit berdasarkan pengetahuan para petani dan pengalaman para petani selama bertani di desa Sukaresmi.
       Menurut pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, akan membangun enam cekungan penampung air dan satu waduk untuk mengantisipasi bencana kekeringan yang melanda 18 kecamatan dan 59 desa di kabupaten ini. Ia mengatakan akibat kekeringan tahun ini 2.300 hektare sawah mengalami gagal panen 7000 hektare terancam gagal panen.

 
BAB IV
KESIMPULAN
Ditinjau dari maksud dan tujuan yang dipaparkan pada BAB I penulis untuk mengetahui Faktor-faktor penyebab terjadinya gagal panen, pengetahuan petani tingkat produktivitas dari tahun ke tahun, serta pengetahuan petani cara penanggulan dari faktor-faktor penyebab terjadinya gagal panen terutama focus pada Hama dan Penyakit. Kemudian berdasarkan temuan teori-teori yang dipaparkan pada BAB II dan berdasarkan temuan-temuan di lapangan dan hasil wawancara dengan beberapa petani.
Desa Sukaresmi Kecamatan Sukamakmur terletak disebelah barat wilayah Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Bogor, luas wilayahnya tercatat ± 9.930 Ha, dengan batas-batasnya: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Balekambang Kecamatan Jonggol, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukadamai Kecamatan Sukamakmur, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukanegara Kecamatan Jonggol, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukadamai Kecamatan Sukamakmur.
Di desa ini sering mengalami terjadinya gagal panen. Sehingga gagal panen terus meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor yang terjadinya gagal panen seperti menghambatnya dana pembelian bibit unggul dan pupuk yang semakin sini semakin mahal, kurangnya pengalaman pengetahuan petani selama bertani, karena hama dan penyakit. Di desa ini menurut pengetahuan beberapa warga sebagai petani, ada beberapa faktor-faktor yang penyebab terjadinya gagal panen yang ditemukan adalah karena adanya faktor Hama dan penyakit.Seperti halnya Hama wereng. Hama wereng ini sering ditemukan dan banyak tanaman padi yang dimakan oleh hama wereng. Jenis hama wereng ini yang ditemukan adalah wereng coklat. Sehingga tingkat produktivitas petani ini menurun dari tahun ke tahun dalam 5 tahun berturut-turut.
Adapun penanggulangan petani menurut pengetahuan para petani berdasarkan pengalaman petani selama bertani.
1.        jika tanaman padi dimakan dengan hama wereng, maka petani melakukan penyemprotan secara teratur dan rutin yang telah dicampuri dengan  obat-obatan kimiawi merk  yang biasanya para petani gunakan di desa sukaresmi. Meskipun hama wereng ini tidak bisa diberantaskan tetapi hama wereng ini hanya bisa dicegah. Sawah yang tergenang air sebaiknya segera dikeringkan selama 3-4 hari. Sawah yang tergenang air terus-menerus akan menjadi tempat berkembang biak wereng coklat. Sawah sebaiknya dibersihkan dari gulma, rumput liar, dan lain-lain. Pemupukan nitrogen harus hati-hati sebab bila pemupukan nitrogen tinggi akan mendorong perkembangan populasi wereng coklat.  Sebelum semai padi ditanam di sawah, akar direndam lebih dulu selama 24 jam dalam ekstrak biji nimbi 5% atau emulsi minyak nimbi 2% untuk mengurangi telur dan menetesnya nimfa wereng.
2.        Jika tanaman padi dimakan dengan hama walangsangit. Petani melakukan berbagai cara yaitu dengan bau yang harum dari bunga rumput dapat mengusir walang sangit, baik yang dewasa maupun nimfa. Bunga rumput dipotong menjadi 5-10 bagian, kemudian diikat dengan tongkat kayu atau bambu dan diletakkan di semua penjuru sawah sebanyak 15-20 tempat. Kemudian kulit pohon asasia sebanyak banyak 1 kg dan tepung akar Andaliman tumbuhan  khas Sulawesi. Sebanyak 1 kg dicampur secara merata, kemudian dihembuskan pada tanaman padi, jumlah ini cukup untuk 0,4 ha sawah dan efektif mengusir walang sangit.
3.        Jika tanaman padi dimakan dengan hama tikus. Petani melakukan dengan membongkarkan rumah yang terdapat tikus atau dengan cara memberikan racun pada tikus. Agar tikus tidak memakan tanaman padi. Tetapi hama tikus ini tidak selalu ada. 
Hal di atas merupakan cara menghasilkan produktivitas dengan kualitas baik serta cara pengendalian terhadap hama dan penyakit berdasarkan pengetahuan para petani dan pengalaman para petani selama bertani di desa Sukaresmi.
      

 
DAFTAR PUSTAKA
http.//repository.usu.ac.id/.../Chapter%201.pdf dilihat pada tanggal 01-11-2016, pukul 08.00 WIB
Tjahjadi. 1989. Hama dan penyakit. Yogyakarta: kasinius
Martoredjo, Toekidjo. 2012. Ilmu Penyakit Pascapanen.     Jakarta: Pustaka Pelajar
https://bogorkab.go.id/ dilihat pada tanggal 23 Desember 2016 pada pukul 21.00 Wib
Sutinah, dkk. 2010. Metode Penelitian Sosial berbagai Alternative pendekatan. Jakarta: Pustaka Pelajar
Koentjoroningrat. 2011. Metode-metode Penelitian dalam Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu
Nadzir, Moh. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Bungin, Burhan. 2006.  Analisis data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Scoot, Jhon. 2012. Teori Sosial Masalah-masalah pokok dalam sosiologi. Yogyakarta
Nurmala, Tati. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu
Pracaya. 2012. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Organik. Yogyakarta: Kanisius

 
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Foto Foto kegiatan Penelitian Di Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukamakmur RT 02/RW 02
          

 Jadikan gambar sebaris Jadikan gambar sebarisJadikan gambar sebaris Jadikan gambar sebaris
                                                              Jadikan gambar sebaris
   Jadikan gambar sebaris

                                                                                                                                                                          


[1]http.//repository.usu.ac.id/.../Chapter%201.pdf (diakses pada tanggal 01/11/2016, pukul 08-00 WIB)
[2]Tjahjadi, Hama dan penyakit, (Yogyakarta: kasinius, 1989), h. 3
[3] Ir. H. toekidjo martoredjo, m,sc, ilmu penyakit pascapanen h. 2-4
[4]https://bogorkab.go.id/ dilihat pada tanggal 23 Desember 2016 pada pukul 21.00 Wib
[5]Taylor dan Bogdan dan sutinah, metode penelitian sosial-berbagai alternative pendekatan. H. 166
[6] IBID h. 177-178
[7] Koentjoroningrat, metode-metode penelitian dalam Masyarakat, h. 129
[8]Moh. Nadzir, metodologi penelitian, h. 234
[9] Bagong suyanto dan sutinah, h. 186
[10] Burhan Bungin, Analisis data penelitian kualitatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006). H. 45
[11] IBID h. 57
[12] Jhon Scott, Teori Sosial Masalah-masalah pokok dalam sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Cet I, h. 84-85 
[13]  Data Laporan Penyelenggaraan pemerintah Desa Sukaresmi, Kecamatan Desa Sukamakmur
[14] Tati Nurmala, Pengantar Ilmu Pertanian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet I. h. 1&2
[15] IBID h. 39
[16]Ir. H. Toekidjo martoredjo. Ilmu penyakit pascapanen (Jakarta: Pustaka Pelajar), H. 13
[17] Tati Nurmala, Pengantar Ilmu Pertanian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012). H. 41
[18] Ir. Pracaya, Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Organik, (Yogyakarta: Kanisius, 2012), Cet V, h. 26-27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini