Rabu, 28 Desember 2016

Fajar Setiawan dan Rizki Dalina_Peran Pak Sutandi Dalam Membangun Pendidikan Usia Dini Melalui TPA/TPQ Allahu Ghoyatuna Di Kelurahan Pondok Pinang, Jakarta Selatan_PMI 3

Peran Pak Sutandi Dalam Membangun Pendidikan Usia Dini Melalui TPA/TPQ Allahu Ghoyatuna Di Kelurahan Pondok Pinang, Jakarta Selatan

Penelitian ini dibuat untuk memenuhi

tugas akhir mata kuliah Sosiologi Klasik & Modern

Dosen Pengampu : Dr. Tantan Hermansyah, M.Si.




Disusun oleh:

FAJAR SETIAWAN           11150540000023

RIZKI DALINA                   11150540000018

 

 

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

PENGEMBANGANGAN MASYARAKAT ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA








KATA PENGANTAR

 

Bismillahirrahmanirrahim…

            Segala puji bagi Allah SWT, tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul "Peran Pak Sutandi dalam Membangun Pendidikan Usia Dini melalui TPA/TPQ Allahu Ghoyatuna di Kelurahan Pondok Pinang, Jakarta Selatan".

            Harapan saya semoga penelitian ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya. Saya menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saya memerlukan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk melengkapi kekurangan dari penelitian ini, agar saya dapat memperbaiki isi maupun bentuk dalam penelitian ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.

            Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan penelitian ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha yang telah kita lakukan. Aamiin ya rabbal 'alamin.

 

Ciputat, 29 Desember 2016

 






 

KATA PENGANTAR

 

Bismillahirrahmanirrahim…

            Segala puji bagi Allah SWT, tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul "Peran Pak Sutandi dalam Membangun Pendidikan Usia Dini melalui TPA/TPQ Allahu Ghoyatuna di Kelurahan Pondok Pinang, Jakarta Selatan".

            Harapan saya semoga penelitian ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya. Saya menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saya memerlukan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk melengkapi kekurangan dari penelitian ini, agar saya dapat memperbaiki isi maupun bentuk dalam penelitian ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.

            Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan penelitian ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha yang telah kita lakukan. Aamiin ya rabbal 'alamin.

 

Ciputat, 29 Desember 2016

 

 





BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan amanah dari Allah SWT yang harus kita jaga dan kita didik dengan baik. Allah SWT telah menanamkan fitrah suci pada anak-anak, yang dengan fitrah tersebutlah ia akan menjadi permata yang sangat berharga. Namun Allah SWT juga telah membekalinya dengan rasa, potensi diri dan panca indera. Dan kitalah yang bertanggung jawab untuk mengembangkan segala rasa dan potensi diri yang dimiliki pada tiap anak.

Sesungguhnya masa kanak-kanak merupakan fase yang paling subur, paling panjang, dan paling dominan bagi seorang murabbi untuk menanamkan norma-norma yang mapan dan arahan yang bersih ke dalam jiwa dan sepak terjang anak-anak didiknya. Berbagai kesempatan terbuka lebar, dan semua potensi tersedia secara berlimpah dalam fase ini dengan adanya fitrah yang bersih, masa kanak-kanak yang masih lugu, kepolosan yang begitu jernih, kelembutan dan kelenturan jasmaninya, kalbu yang masih belum tercemari, dan jiwa yang masih belum terkontaminasi.

Apabila masa ini dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan sebaik-baiknya, tentu harapan yang besar untuk berhasil akan mudah diraih pada masa mendatang, sehingga kelak sang anak akan tumbuh menjadi seorang pemuda yang tahan dalam menghadapi berbagai macam tantangan, beriman, kuat, kokoh, lagi tegar.

Pendidikan terhadap anak-anak sangat diperhatikan dalam Islam, karena Islam memandang bahwa setiap anak dilahirkan dengan membawa fitrah yang di kembangkan melalui pendidikan. Pendidikan Agama mempunyai fungsi dan peran yang lebih besar daripada pendidikan umumnya.

Di Indonesia pendidikan agama adalah bagian integral dari pendidikan nasional sebagai satu kesatuan. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa: "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Dari tujuan pendidikan nasional tersebut dapat dipahami bahwa salah satu ciri manusia Indonesia adalah beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. Tujuan ini hanya dapat dicapai melalui Pendidikan Agama yang intensif dan efektif.  Untuk hal ini pemerintah juga telah menetapkan peraturan tentang pendidikan keagamaan yaitu pada pasal 30 Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Pada ayat 3 dan 4 pasal 30 Undang-Undang tersebut di jelaskan bahwa: "Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan Keagamaan berbentuk pendidikan Diniyah, Pesantren, dan bentuk lain yang sejenis.

Tantangan yang sedang dihadapi umat Islam di Indonesia saat ini terutama pada bidang Pendidikan dan moral keagamaan antara lain meningkatnya angka kebodohan umat Islam (terutama generasi mudanya) dalam membaca Al Qur'an. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya lemahnya perhatian orang tua dalam membimbing putra-putrinya secara langsung, khususnya dalam pengajaran baca tulis Al Qur'an. Lemahnya sistem pendidikan agama pada jalur formal. Hal ini antara lain disebabkan karena sempitnya jam pelajaran agama sementara bahan pengajaran cukup luas.

Berangkat dari realita ini, maka diperlukan satu wadah yang dapat membina dan mendidik secara tepat untuk usia kanak-kanak, yaitu dengan mendirikan Taman Pendidikan Al Qur'an (TPA). TPA ini sendiri merupakan sebuah jenjang pendidikan yang sangat penting dan strategis dalam upaya mencetak dan membina sumber daya yang berkualitas dari segi keimanan, akhlak, dan intelektualitasnya sejak usia dini. Hal ini sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran, yaitu membangun generasi ideal masa depan yang memiliki kemurnian tauhid, akhlak mulia, cerdas dan mandiri.

 

B.  Pertanyaan Penelitian

Merujuk pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, perumusan masalah yang akan ditelaah lebih lanjut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.     Bagaimana peran Pak Sutandi dalam membangun dan mengelola TPA Allahu Ghoyatuna?

2.     Bagaimana hasil dari pembelajaran terhadap anak-anak yang belajar di TPA Allahu Ghoyatuna?

 

C. Metode Penelitan

Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi, waktu dan lokasi. Penelitian ini ditujukan kepada seorang tokoh masyarakat yang membawa perubahan pada kualitas masyarakat yang lebih baik, sasaran ini sebagai narasumber penelitian. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang permasalahan penelitian. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat menggambarkan kompleksitas permasalahan penelitian dan untuk menghindari keterbatasan pembentukan pemahaman yang diikat oleh suatu teori tertentu dan yang hanya berdasar pada penafsiran peneliti. Melalui metode studi kasus, peneliti berusaha menangkap realitas sosial secara holistik dan mendalam tentang permasalahan penelitian.

 

D. Tinjauan Teoritis

Penelitian ini menggunakan teori perilaku sosial atau tindakan sosial Max Weber (Teori Sosiologi Klasik) :

Mengenai teori perilaku sosial Max Weber atau sering kita dengar dengan tindakan sosial, sebelumnya kita melihat apa yang disebut dengan sosiologi menurut Max Weber. Max Weber mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu tentang institusi-institusi sosial, sosiologi Weber adalah ilmu tentang perilaku sosial. Menurutnya terjadi suatu pergeseran tekanan ke arah keyakinan, motivasi, dan tujuan pada diri anggota masyarakat, yang semuanya memberi isi dan bentuk kepada kelakuannya.

Weber melihat sosiologi sebagai sebuah studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Tindakan manusia dianggap sebagai sebuah bentuk tindakan sosial manakala tindakan itu ditujukan pada orang lain.

Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Weber dalam Ritzer 1975). Suatu tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan sosial. Suatu tindakan akan dikatakan sebagai tindakan sosial ketika tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada orang lain (individu lainnya). Meski tak jarang tindakan sosial dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu (Weber dalam Turner 2000).

Weber berpendapat bahwa studi kehidupan sosial yang mempelajari pranata dan struktur sosial dari luar saja, seakan-akan tidak ada inside-story, dan karena itu mengesampingkan pengarahan diri oleh individu, tidak menjangkau unsur utama dan pokok dari kehidupan sosial itu.

Sosiologi sendiri haruslah berusaha menjelaskan dan menerangkan kelakuan manusia dengan menyelami dan memahami seluruh arti sistem subyektif. Weber membuat klasifikasi mengenai perilaku sosial atau tindakan sosial menjadi 4 yaitu :

1.      Kelakuan yang diarahkan secara rasional kepada tercapainya suatu tujuan. Dengan kata lain dapat dikatakan sebagai kesesuaian antara cara dan tujuan. Contohnya bekerja keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup.

2.      Kelakuan yang berorientasi kepada nilai. Berkaitan dengan nilai-nilai dasar dalam masyarakat, nilai disini seperti keindahan, kemerdekaan, persaudaraan, dll. Misalnya ketika kita melihat warga suatu negara yang berasal dari berbagai kalangan berbaur bersama tanpa membeda-bedakan.

3.      Kelakuan yang menerima orientasi dari perasaan atau emosi atau afektif. Contohnya seperti orang yang melampiaskan nafsu mereka.

4.      Kelakuan tradisional bisa dikatakan sebagai tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan rasional. Contohnya berbagai macam upacara atau tradisi yang dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan leluhur.

 

Ada 5 ciri pokok tindakan sosial menurut Max Weber sebagai berikut:

1)      Jika tindakan manusia itu menurut aktornya mengandung makna subjektif dan hal ini bisa meliputi berbagai tindakan nyata.

2)      Tindakan nyata itu bisa bersifat membatin sepenuhnya.

3)      Tindakan itu bisa berasal dari akibat pengaruh positif atas suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang, atau tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam dari pihak manapun.

4)      Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

5)      Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.

 



BAB II

GAMBARAN UMUM

A.    Profil Umum Subyek/ Obyek

Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) adalah sebuah lembaga yang bergerak di bidang kegiatan-kegiatan agamis. TPA dapat dikatakan sebagai salah satu metode dakwah Islam. Taman Pendidkan Al Quran (TPA) ini merupakan suatu wadah untuk memberikan pendidikan agama kepada santri-santrinya. TPA adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Agama Islam di luar sekolah untuk anak-anak SD (7-12 tahun).

TPA Allahu Ghoyatuna berdiri pada tahun 2002, bertempat di musholla Al Istiqomah RT 11/02 Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Sejak awal berdiri TPA Allahu Ghoyatuna mengalami pasang surut. Pak Sutandi yang menjadi kepala TPA menggantikan Kepala TPA yang sebelumnya, berusaha untuk tetap terus mempertahankan keberlangsungan TPA Allhu Ghoyatuna. Sejak awal berdiri TPA Allahu Ghoyatuna sudah banyak meluluskan santri-santri berprestasi. Saat ini santri yang belajar di TPA Allahu Ghoyatuna ada 100 orang santri, sedangkan tenaga pengajarnya ada 5 orang. Untuk tenaga pengajar, Pak Sutandi mengakui memang ada kesulitan dalam mendapatkan tenaga pengajar. Sejak dulu sudah banyak tenaga pengajar yang keluar masuk silih berganti. Peserta didik yang belajar di TPA Allahu Ghoyatuna bertempat tinggal di dekat TPA, namun bahkan tidak sedikit peserta didik yang bertempat tinggal lumayan jauh dari TPA. Mereka sangat antusias untuk belajar di TPA Allahu Ghoyatuna ini. Mengenai pelaksanaannya, kegiatan di TPA tersebut dibagi menjadi tiga kloter, yaitu pagi, sore, dan malam. Pembagian kloter tersebut dimaksudkan agar santri tetap bisa mengikuti kegiatan belajar jika santri tersebut tidak bisa mengikuti pelajaran di waktu pagi dapat digantikan pada sore hari, dan begitu seterusnya sehingga tidak mengganggu aktivitas santri bersekolah di sekolah umum.

.Di TPA Allahu Ghoyatuna ini terbagi menjadi beberapa kelasifikasi peserta didik yaitu: Play Group (2-3 tahun), TK (4-6 tahun), SD (7-12 tahun), dan remaja (12 tahun ke atas) yang keseluruhan santri-santrinya berjumlah 100 orang dengan tenaga pendidik berjumlah 5 orang. Kegiatan-kegiatan yang ada di TPA tersebut yaitu: baca Iqra/Al-Quran, tahsinul kitabah/imla (bacaan salat, asmaul husna, hapalan, ilmu tajwid, hadits Nabi, bahasa inggris, dan ulumul Quran.

Pak Sutandi sebagai salah satu pendiri, tentu mempunyai andil yang sangat besar. Nama lengkap beliau adalah Sutandi. Kelahiran Jakarta, 21 April 1983. Riwayat pendidikan beliau yaitu MI Al-Ikhlas, kemudian melanjutkan pendidikan tingkat pertama di SMP N 87, dan melanjutkan di pendidikan tingkat atas kejuruan di SMK 18. Beliau kiliah D1di Bina Amanah (2004), kemudian melanjutkan di PDU MUI Jaksel (2011), dan menyelesaikan kuliahnya dan mendapatkan gelar sarjana di STID DI Al-Hikmah (2012). Beliau ini adalah saksi hidup sekaligus orang yang berjuang dalam membangun yayasan ini. Bersama teman-temannya, beliau diamahkan untuk memegang kendali TPA ini. Sejak awal berdiri terhitung TPA Allahu Ghoyatuna sudah berjalan 14 tahun, dan saat ini pelaksanaan kegiatan pembelajaran sudah semakin baik.

 

B.     Lokasi Kajian

Lokasi penelitian yaitu di Jl. Ciputat Raya, Pondok Pinang IV, RT 011/02 (Musholla Al Istiqomah) Jakarta Selatan.

 

 

 

 

BAB III

ANALISIS HASIL

A.    Definisi Pendidikan

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani "paedagogiek" (pais=anak, gogos=membimbing/menuntun, iek=ilmu) adalah ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan bimbingan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi 'education' (Yunani, educare) yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.

Dalam bahasa Indonesia, pendidikan berarti proses mendidik atau melakukan suatu kegiatan yang mengandung proses komunikasi pendidikan antara yang mendidik dan yang dididik. Melalui masukan-masukan kepada peserta didik yang secara sadar akan dicerna oleh jiwa, akal maupun raganya sehingga pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif) sesuai dengan yang dituju oleh pendidikan tersebut.

 

B.     Definisi Pendidikan Agama

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

Taman pendidikan Al-Quran (TPA) adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan non-formal jenis keagamaan islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran Al-Quran, serta memahami dasar-dasar dinul Islam pada anak usia sekolah dasar dan atau madrasah ibtidaiyah (SD/MI). Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) adalah unit pendidikan non-formal jenis keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan Al-Quran sebagai materi utamanya, dan diselenggararakan dalam suasana yang indah, bersih, rapi, nyaman, dan  menyenangkan sebagai cerminan nilai simbolis dan filosofi dari kata taman yang dipergunakan. TPA bertujuan menyiapkan terbentuknya generasi Qurani, yaitu generasi yang memiliki komitmen terhadap Al Quran sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan kecintaan yang mendalam terhadap Al Quran, mampu dan rajin membacanya, terus menerus mempelajari isi kandungannya, dan memiliki kemauan yang kuat untuk mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari. TPA berfungsi dan juga memiliki peran mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta bertanggung jawab.

Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Kesembilan pilar karakter tersebut dalam terimplementasikan dalam proses kegiatan belajar mengajar di TPA. Pendidikan yang dilakukan di TPA merupakan pendidikan informal dan lebih dominan berorientasi kepada aspek afektif-implementatif dibandingkan aspek kognitif. Pengajar TPA dalam menyampaikan materi sebisa mungkin dengan penuh pemahaman dan kekeluargaan, jauh berbeda dengan pendidikan formal di sekolah yang hanya menekankan ketuntasan standar nilai tertentu. Pendidikan di TPA lebih menekankan pada dimensi akhlak meskipun tidak pula menafikan dimensi intelektual. Peserta didik TPA akan mendapatkan pendampingan yang lebih intensif dibandingkan pendidikan formal di sekolah. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa nyaman dalam belajar sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dipahami, lebih jauh lagi agar lebih mudah di implementasikan dalam kehidupan keseharian. Sistem pembelajaran ini pun telah diadopsi di sekolah-sekolah Islam terpadu.

 

C.    Peran Pak Sutandi Dalam Mengelola TPA Allahu Ghoyatuna

Proses belajar mengajar dilaksanakan pada waktu pagi, sore, dan mala. Materi yang diajarkan yaitu bacaan iqra, hafalan bacaan sholat , bacaan surat pendek, latihan praktek shalat, ilmu tajwid, Al Quran, akhlaq, fiqih, dan tarikh Islam. Proses belajar mengajar cukup kondusif karena lokasinya tidak terlalu dekat pinggir jalan sehingga jauh dari kebisingan dan para santri pun dapat belajar dengan tenang. Untuk evaluasi dilaksanakan setiap semester. Untuk menunjang itu semua, beliau menyusun visi-misi dan kurikulum pembelajaran.

Visi dan Misi TPA Allahu Ghoyatuna

Visi:

"Mempersiapkan generasi berakhlakul karimah".

Misi:

1.      Memberikan pendidikan Islam dengan metode Iqra.

2.      Membantu pemerintah dalam menuntaskan buta huruf Al-Quran.

3.      Membantu peran orangtua dalam pendidikan keagamaan di rumah, karena kondisi orangtua pada umumnya belum siap.

4.      Memberikan pendidikan agama Islam yang sangat kurang di sekolah-sekolah formal.

5.      Memberikan bekal ilmu dasar agama dan umum kepada setiap santri.

Kurikulum TPA

Penyusunan kurikulum TPA mengacu pada asas-asas sebagai berikut:

1.      Asas Agamis bersumber dari Al Quran dan Hadits

2.      Asas filosofis berdasarkan pada sila pertama pancasila

  1. Asas sosio cultural bersumber pada kenyataan bahwa mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam
  2. Asas Psikologis, secara psikologis Usia 4-12 tahun cukup kondusif untuk menerima bimbingan membaca dan menghafal Al-Quran, serta pemahaman nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

 

Tujuan Kurikulum TPA

  1. Santri dapat mengagumi dan mencintai Al Quran sebagai bacaan istimewa dan pedoman utama.
  2. Santri dapat terbiasa membaca Al Quran dengan lancer dan fasih serta memahami hukum-hukum bacaannya berdasarkan kaidah ilmu tajwid.
  3. Santri dapat mengajarkan shalatlimawaktu dengan tata cara yang benar dan menyadarinya sebagai kewajiban sehari-hari
  4. Santri dapat menguasai hafalan sejumlahsuratpendek, ayat pilihan, dan doa harian.
  5. Santri dapat mengembangkan perilaku sosial yang baik sesuai tuntunan Islam dan pengalaman pendidikannya.

6.      Santri dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar.

D.    Hasil Pembelajaran Terhadap Anak-Anak Yang Belajar di TPA Allahu Ghoyatuna

Hasil pengajaran di TPA Allahu Ghoyatuna cukup memuaskan. Hal itu dapat dilihat dari hasil evaluasi yang diperoleh para santri hasilnya cukup bagus dan sampai saat ini TPA Allahu Ghoyatuna telah melaksanakan wisuda sebanyak sebelas kali. Untuk tahun ini santri yang akan mengikuti wisuda sebanyak dua puluh satu santri. Pelaksanaan KBM harian di TPA meliputi 4 kegiatan yaitu :

1.      Pengelolan Kelas

Pengelolaan kelas dapat dimulai dengan membagi santri menjadi beberapa kelas, untuk TPA, pembagian kelas semaksimal mungkin berdasarkan kesamaan tingkat kelas di SD/MI.

2.      Kegiatan pembukaan (Klasikal awal)

Materi : Doa-doa pembukaan dan materi tambahan

3.      Kegiatan inti terdiri dari 2 tahap yaitu :

klasikal kelompok : hafalan dan doa harian

klasikal perorangan : baca Iqra dan menulis

Kegiatan penutup (Klasikal akhir)

Kegiatannya diarahkan pada upaya menciptakan suasana menyenangkan dan mempererat keakraban diantara mereka. Akhir pertemuan ditutup dengan doa dan harus dibiasakan agar anak-anak pulang tertib.

Adapun fungsi evaluasi secara khusus adalah sebagai berikut:

1.      Secara Psikologis

-         bagi peserta didik yaitu untuk mengenal kapasitas dan status dirinya

-         bagi pendidik yaitu untuk mengetahui kepastian hasil usahanya

2.      Secara didaktik

-         bagi peserta didik yaitu sebagai dorongan perbaikan dan peningkatan prestasi

-         bagi pendidik yaitu fungsi diagnostik, penempatan, selektif, bimbingan dan instruksional.

3.      Secara administratif yaitu untuk memberikan laporan data dan gambaran keberhasilan.

 

Berdasarkan fungsi evaluasi tersebut, evaluasi / munaqasah di TPA dibagi menjadi 4 tahap:

1.       Munaqasah awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan santri yang baru masuk dan akan ditempatkan untuk memulai Iqra berapa

2.      Munaqasah harian atau sewaktu-waktu, dilakukan karena santri akan pindah halaman dari IQRA 1-6 atau akan pindah ayat atau halaman pada Al Quran dan juga untuk hafalan santri

3.      Munaqasah persemester, dilaksanakan untuk mengisi raport bentuknya : lisan dan praktek shalat

4.      Munaqasah menjelang wisuda.

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Sebagai bagian dari kewajiban hidup bermasyarakat, tidaklah berlebihan bila dibutuhkan sistem pendidikan yang islami, yang mengacu pada norma-norma kerohanian dan akhlak serta terhindar dari kerusakan, kejahatan, dan kerendahan, maka TPA memiliki peranan strategis untuk meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya TPA, diharapkan dapat menjadi wadah untuk menuntut ilmu selain ilmu yang diterima di sekolah formal, khususnya ilmu agama. Selain itu, tujuan didirikan TPA Allahu Ghoyatuna ini untuk membantu masyarakat sekitar, khususnya yang tidak mampu dapat terwujud pula. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keberadan TPA Allahu Ghoyatuna memang sangat berperan dalam meningkatkan pendidikan agama terutama pada anak usia sekolah dasar yang berada di lingkungan setempat. Dengan adanya lembaga sekolah non formal seperti TPA Allahu Ghoyatuna dapat mempermudah terwujudnya fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta pendidikan keagamaan.

 







DAFTAR PUSTAKA

 

Darajat,Zakiah, Prof.Dr.,Meodik Khusus Pengajaran Agama Islam,Jakarta:Bumi Aksara,2001.cet.ke-2

 

Mamsudi,AR,Drs.,Panduan Manajemen dan Tata Tertib TK/TP Alquran,Jakarta:LPPTKA BKPRMI,1999

Purwanto,Ngalim,M.Drs.,Prinsip-prinsip dan Evaluasi Pengajaran,Bandung:Remaja Rosdakarya,2002,cet.ke-11

 

Sudijono,Anas,Prof.Dr.,Pengantar Statistik Pendidikan,Jakarta:Grafindo Persada,2006.Ed.1.cet.ke-16

 







LAMPIRAN





 
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini