Rabu, 28 Desember 2016

Cecep Novan Hidayat_Kebutuhan Masyarakat Akan tenaga kerja Dalam Penanaman Padi Di desa Ciampea Udik_PMI 3

HASIL PENELITIAN

KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN TENAGA KERJA DALAM PENANAMAN PADI DI DESA CIAMPEA UDIK

DIAJUKAN KEPADA DOSEN MATA KULIAH SOSIOLOGI PEDESAAN UNTUK MEMENUHI TUGAS UAS

 

Oleh

Cecep Novan Hidayat                     11150540000021

 

 

 

 

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016-2017

 

 

Kata Penagntar

Assalamualaikum wr wb

 

Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillirabil alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu wata'ala, shalawat serta salam semoga tetap selalu kita persembahkan kepada Baginda Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam, seserta segenap keluarga, sahabat, para tabiin tabiatnya dan kita selaku umatnya yang insya Allah selalu taat akan ajarannya.

Dengan rasa syukur yang sebanyak banyaknya Alhamdulillah Kami telah dapat menyelesaikan penelitian ini, berbagai halangan dan rintangan senantiasa menemani proses penyelesaian penelitian ini. Penelitian ini merupakan semata-mata sebagai tugas pada mata pelajaran "Sosiologi Pedesaan". Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada para informan, kawan, dan terkhusus rasa terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen mata pelajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga dengan adanya tugas ini, kami jadi lebih kreatif, lebih mandiri dan lebih memahami tentang pembahasan penelitian ini  yaitu kami beri judul "KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN TENAGA KERJA DALAM PENANAMAN PADI".

Kami menyadari bahwa dalam penulisan maupun penyusunan penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan, maka dari itu kami memohon maaf atas kekeliruan penulisan dan penyusunan penelitian ini dan kami senantiasa menerima kritik dan saran yang mendukung untuk penelitian yang kami lakukan ini.

 

Tangerang Selatan, 27 Desember 2016

 

 

 

 

 

 

KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN TENAGA KERJA DALAM PENANAMAN PADI DI DESA CIAMPEA UDIK

BAB I

Pendahuluan

A.  Latar Belakang

Sektor pertanian bukan hanya berperan dalam menyediakan bahan pangan tetapi juga harus menjadi penopang keberhasilan pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja, dan sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakat. Setiap petani padi sawah dapat mengatakan berapa banyak beras yang mereka perlukan untuk memberi makan anggota rumah tangga mereka sepanjang tahun di antara masa-masa panen. Jumlah ini, yang berbeda-beda untuk berbagai tempat, dengan perhitungan anak-anak makan agak kurang sedikit dari pada orang dewasa dan bahkan dengan menyisihkan sebagian benih, suatu rumah tangga boleh dinamakan terpelihara baik, jika pada permulaan tahun mempunya banyak padi di dalam lumbungnya.

Mengingat artinya yang berbeda-beda setiap golongan. Petani yang tinggal dekat hutan yang penuh binatang buruan serta umbi-umbian yang dapat dimakan, tidak seberapa tergantung pada panen padi mereka, dibandingkan dengan petani di dataran rendah yang menyelingi makanan sehari-hari mereka terutama dengan ikan, atau kadang-kadang dengan jenis lauk yang lain. Ke dalam golongan ini dapat dimasukan juga orang-orang yang hidup boros dan yang hemat dengan persediaan makanan mereka atau orang-orang yang menyembunyikan kekayaan panen mereka dan orang-orang yang penuh rasa bangga mengumumkannya secara terbuka.

Bagaimanapun sifat-sifat kebudayaan maupun lingkungan mewarisi cara berani yang penting adalah ukuran besar panen. Setiap rumah tangga mungkin menanami tanah dua kali seluas yang ditanami oleh tetangganya, mungkin menggunakan padi bibit dua kai lebih banyak, dan kerja dua kali lebih keras dari mereka, akan tetapi selama panen mengisi lumbung dengan secukupnya. Jumlah hari kerja untuk setiap kesatuan tanah atau per kesatuan panen tak berarti bagi orang-orang yang bekerja, yang harus dengan secermat-cermatya memanfaatkan tanah, alat-alat, tangan serta cuaca. Bahkan produsen padi besar-besaran yang paling ulung dan ulet sekalipun dapat meramalkan harga panennya yang akan datang, menghitung penghasilannya setahun, menentukan tingkat keuntungan yang diperolehnya dari investasinya dan menghasilkan suatu balasan tentang kekayaan serta hutang-hutangnya atau aktiva dan passivanya. Para petani pasti tahu berapa besar hutang pinjaman kreditnya dan jika menerima hasil penjualan panennya, secepat mungkin ia pasti melunasi hutang tersebut, lalu membelanjakan sisa uangnya untuk pakaian anak-anaknya, dan digunakan untuk makan sehari-hari, sebab menurut mereka menyimpan uang di rumah akan menarik peramok; dan bukanlah kebiasaan daerah persawahan.

Dapat kita tanyakan kepada seorang petani berapa luas tanah persawahan yang diperluakn untuk menghasilkan sejumlah padi tertentu, berapa banyak benih yang harus disiapkan, berapa orang untuk dikerahkan untuk setiap tahap pengerjaan sawah dan alat-alat apakah yang diperlukan untuk ini.

Banyak permasalah yang melanda masyarakat desa sekarang ini, memiliki lahan yang cukup luas tapi minimnya para pekerja atau buruh tani ini yang menjadi hanbatan dalam pekerjaan sehingga menjadi lambat, yang dahulunya bekerja sebagai buruh tani kini mereka beralih pekerjaan dengan cara merantau ke kota-kota besar seperti ibu kota Jakarta dan lainnya.

 

B.  Rumusan Masalah

Kebutuhan akan tenaga kerja atau buruh tani penanaman padi ini menjadi permasalahan yang cukup sulit di hindari seehingga menimbulkan permasalahan yang paling pokok ialah; apa yang meneyebabkan menurunnya pekerja tau buruh tani di desa ciampea udik? dan bagaimana masyarakat mengatasi masalah yang di alami dalam kemrosotan para buruh tani yang memilih beralih ke pekerjaan lain?

 

C.  Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif, metode ini merupakan metode penelitian yang lebih ditekankan kepada pendekatan terhadap masyarakat dengan memahami fenomena-fenomena sosial yang terjadi. Dalam penelitian sosiologi, metodologi kualitatif telah banyak digunakan karena metodologi ini memiliki objek kajian yaitu masyarakat dan individu itu sendiri.

Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik sebuah cara yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu permasalahan. Penelitian kualitatif ialah penelitian riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis serta lebih menonjolkan proses dan makna. Tujuan dari metodologi ini ialah pemahaman secara lebih mendalam terhadap suatu permasalahan yang dikaji. Dan data yang dikumpulkan lebih banyak kata ataupun gambar-gambar daripada angka

Akan tetapi mustahil jika metodologi ini tidak menggunakan angka (statistik). Karena perhitungan statistik sangat diperlukan dalam setiap penelitian, untuk menunjang dan sebagai alat memperjelas penelitian.

Dalam penelitian kali ini teknik yang digunakan ialah menggunakan metode penelitian kualitatif, yang tidak dapat secara cepat dalam menyelesaikannya, terdapat beberapa tahapan ketika kita ingin menggunakan peneltian kulaitatif, yaitu sebagai berikut;

1.         Pengumpulan data

Dengan pengumpulan data ini kita dapat mengetahui apa-apa saja yang berkaitan tentang tema yang kita kutip, terlebih kita dapat menambah wawasan kita agar ketika wawancara kepada informan kita tidak canggung dan bingung dengan apa yang akan kita bahas ketika sedang wawancara.

2.         Wawancara

Dengan wawancara kita dapat mengambil sebanyak-banyaknya info untuk data yang akan kita kelola menjadi hasil penelitian. Terdapat beberapa informan yang akan diwawancarai, sebagai berikut;

a.          Ibu lena ( Ketua Rt 1, Rw 3 )

b.         Pak Syafei ( Ketua Rw 3 )

c.          Pak Hasan ( Stap budidaya desa )

d.         Pak Enjum ( Buruh tani - pedagang  )

Dengan teknik wawancara maka dapat dipastikan bahwa akan mendapatkan info yang memeng kita butuhkan didalam sebuah penelitian

 

 

3.         Dokumentasi

Dengan dokumentasi kita dapat memberikan fakta yang jelas untuk hasil penelitian.

4.         Waktu dan lokasi

Waktu dan lokasi pun sangat menentukan dalam keberhasilan data yang diterima, harus jelas akan waktu dan lokasi yang menjadi bahan penelitian.

 

D.  Tinjauan Teoritis

Teori penelitian yang dipakai dalam penelitian ini ialah menggunakan teori seorang tokoh sosiologi yang bernama "Karl Mark";

Teory Marx merupakan suatu teori yang terutama berhubungan dengan tingkat struktur sosial tentang kenyataan sosial, teori ini menekankan pada saling ketergantungan yang tinggi antara struktur sosial dan kondisi materil, dimana individu harus menyesuaikan dirinya supaya tetap hidup dan memenuhi berbagai kebutuhannya. Penekanan Marx pada penyesuaian diri dengan lingkungan materil serta sumber-sumber yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia, merupakan satu catatan yang penting mengenai realisme praktis dalam analisis teorinya. Menurut marx, hubungan antara individu dan lingkungan materinya dijembatani melalui struktur ekonomi masyarakat. Struktur internal ekonomi itu terdiri dari kelas-kelas sosial yang muncul dari perbedaan dalam kesepatan untuk memiliki alat produksi serta ketidaksesuaian yang dihasilkannya dalam kepentinagn ekonomi (Giddens,1986)

Meskipun pendekatan teoritis Marx secara keseluruhan dapat diterapkan pada tahap sejarah apapun, namun perhatian utamanya adalah pada tahap masyarakat kapitalis. Pandangan Marx mengenai hubungan antara kegiatan manusia dan produk kegiatannya merupakan suatu elemen penting dalam pendekatan masa kini. Penekanan Marx pada bagaimana ideologi dan aspek lainnya dalam kebudayaan memperkuat struktur sosial dan struktur ekonomi, dengan memberikan legitimasi pada kelompok-kelompok yang dominan, merupakan satu proposisi penting yang ditekankan dalam bidang sosiologi pengetahuan pada masa kini. Untuk itu, ideologi-ideologi dikembangkan dan digunakan untuk melindungi atau meningkatkan kepentingan pelbagai kelompok dalam masyarakat.

Teori aliansi Marx didasarkan pada kenyataan obyektif yang diciptakan oleh manusia, lalu mengkonfrontasikan manusia yang menciptakannya itu sebagai satu kenyataan yang asing dan membatasi serta mengikat tindakan selanjutnya. Pendekatan-pendekatan sosiologi masa kini yang berhubungan dengan sosiologi humanistis atau sosiologi kritis, banyak mengambil dari teori aliensi Marx dalam usaha mereka untuk menciptakan suatu perspektif sosiologis yang berpusat di sekitar kebutuhan dan kemampuan manusia, dan yang dapat digunakan untuk mengkritik struktur sosial yang memperbudak, merendahkan martabat, atau mencegah perkembangan manusia seutuhnya (Johnson, 1986: 154-163).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

Ganbaran Umum Subjek/Objek Kajian

A.  Profil Umum Subjek

Desa Ciampea Udik merupakan salah satu desa dari tiga belas desa di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat, desa ini juga terletak dengan sungai Ciampea. Yang mana tanah di desa ini tergolong subur karena dapat ditumbuhi berbagai macam tanaman. Di halaman rumah warga, terdapat beberapa jenis tanaman buah, seperti manga, ceri, dan jambu. Selain itu ada juga tanaman hias seperti anggrek dan soka. Namun tanaman di pekarangan rumah warga kebanyakan tidak ada yang dibudidayakan.

Dilihat dari keadaan tanaman-tanaman yang ada di desa, komoditas yang sangat berpotensi untuk dikembangkan karena tanah di daerah Ciampea Udik yang tergolong subur, tapi yang sangat di sayangkan sampai saat ini hasil padi dari para petani yang ada di dasa ini masih belum mencukupi  kebutuhan seluruh masyarakat desa.

Di desa Ciampea Udik terdapat 2043 kepala keluarga. Dimana penduduk desa ini memiliki mata pencaharian yang bervariatif, seperti dari yang pegawai negri, wirausaha, tukang ojek, supir angkut, ada juga yang jadi buruh panggul batu, namun rata-rata lainnya bekerja sebagai petani. Sebanyak 700 orang di desa ini bersetatus sebagai pemilik lahan besar, itupun sekarang ini sebagian dari yang memiliki tanah luas tersebut sudah mulai banyak dibangun bangunan rumah-rumah mereka. Lainnya hanya sebagai pemilik lahan kecil, penggarap, dan buruh tani.

 

B.        Lokasi Kajian

Desa Ciampea Udik berlokasi di JL. Raya Cikampak-Segog Kp. Laladon Rw.09 yang merupakn salah satu desa di wilayah Kecamatan Ciampea Kab. Bogor dengan luas 243.150 Ha. Ketinggian 100m di atas permukaan laut yang terbagi dala 4 dusun, 9RW dan 27RT. Adapun batas wilayah:

-             Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cibuntu Kec. Ciampea.

-             Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cibintung Kec. Tenjola.

-             Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cibening Kec. Pamijahan.

-             Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ciaruteun kec. Cibungbulang.

 

BAB III

Analisis Hasil

 

Tepat pada hari sabtu 12 November 2016, pukul 08:30 dari Tanah Kusir, Kebayoran Lama Jakarta Selatan, pergi dengan mengendarai seperda motor untuk memulai observasi sosiologi pedesaan yang dilakukan di Desa Ciampea Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor.

Cuaca pada pagi itu memang sedikit mendung, Tapi itu tidak mengurangi semangat untuk memulai tugas observasi ini, selama di perjalanan selama kurang lebih satu jam setengah, dengan disambut kesejukan alam yang Allah Subhanahu Wata'ala sediakan untuk makhluk ciptaannya dibumi ini, sebelum sampai di desa tujuan, terlebihdahulu mampir di sebuah warung gado-gado untuk memenuhi undangan perut yang mulai keroncongan (sarapan pagi), setelah sarapan kembali melanjutkan perjalanan, sehingga sampailah ditempat tujuan dimana tempat yang akan jadi bahan penelitian. Sesampainya di desa, kemudian bergegas menuju kantor desa Ciampea Udik yang mana bertujuan meminta ijin langsung untuk mewawancarai warga desa Ciampea udik, Alhamdulillah disana disambut dengan baik oleh salah satu pihak desa beliau bernama Pak Edy, kebetulan pada saat itu kepala desa sedang tidak ada dikantor. Beliau sedang menghadiri agenda yang ada di kecamatan.

 Setelah diberikan ijin oleh pihak desa untuk mewawancarai masarakat, langsung bergegas menuju lokasi tujuan awal yaitu ke ketua Rt 1 yang bernama Ibu Lena, setelah sampai di rumahnya Alhamdulillah beliau berada di rumahnya, beliau menyambutnya dengan ramah tamah, membuktikan cirikhas orang sunda yang ramah kepada setiap tamu. Bu Rt lena ini ialah satu-satunya ketua Rt perempuan yang berada di desa Ciampea udik, beliau sudah menjabat sebagai Rt selama 4 tahun lebih sampai sekaarang selain menjadi ketua Rt beliau bekerja menjadi pembantu ibu rumahtangga. Ibu lena memahami semua permasalahan-permsalahan yang dialami warganya, baik permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, bahkan sektor pertanian. Banyak warganya yang mengeluhkan kekurangan-kekurangan permaslahan paling pokok tersebut.

Sebelum berbincang mengenai sektor pertanian, tiba-tiba bu Lena mengajak berkeliling sawah dan berkeliling kampung. Sambil berkeliling di persawahan yang cukup luas, beliau memaparkan banyak tentang permasalahan yang di alami warganya di sektor pertanian, yang mana kurangnya tenaga kerja atau buruh tani untuk dipekerjakan membantu kegiatan penanaman padi, menurut beliau dari peran pemuda yang kurang meminati pekerjaan di pertanian, yang menurut mereka dimana pekerjaan ini  sangat melelahkan dan sangat berat dilakukan. karena ketika bekerja di sektor pertanian mereka harus bekerja di luar ruangan dengan berbagai kondisi cuaca, baik itu panas maupun hujan. Apalagi ketika panas, mereka harus tetap bekerja dengan pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang besar karena harus mencangkul dan bersusah payah di sawah atau ladang dengan pekerjaan yang kasar. Inipun juga mereka dapatkan ketika  mereka harus bekerja di pabrik atau di tempat lain, hanya saja ketika bekerja di pabrik tidak tersentuh kondisi cuaca. Hal inilah yang membuat penilaian mengapa bekerja di pertanian itu lebih melelahkan daripada bekerja di tempat lain tutur bu Lena.

 Akan tetapi, masih ada pemuda yang menilai bahwa bekerja di pertanian itu  lebih santai. Penilaian seperti ini mereka berikan dengan alasan bekerja di pertanian tersebut tidak harus pergi pagi serta pulang malam seperti bekerja di pabrik atau bekerja di tempat lain.  Lain lagi dengan penilaian mereka mengenai pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan di sektor pertanian. Sebagian besar warga menilai pekerjaan pertanian itu menghasilkan pendapatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja di tempat yang lain. Apalagi jika bekerja di pabrik, industri, atau bekerja di toko waralaba yang menghasilkan pendapatan  sangat kecil. Berdasarkan pengalaman warga yang bekerja di pabrik, mereka hanya mendapatkan gaji Rp 1.200.000,- sampai dengan Rp 1.800.000,- per bulan. Berbeda dengan bertani yang bisa menghasilkan lebih besar dari itu, walaupun demikian mereka tetap lebih memilih bekerja di luar pertanian  karena kepastian pendapatan yang didapat setiap bulan. Begitupun dilihat dari penilaian pemuda terhadap orang yang cocok bekerja di sektor pertanian dilihat dari segi pendidikan. Sebagian besar mengatakan bahwa orang yang cocok untuk bertani adalah mereka yang tidak sekolah atau maksimal hanya sampai lulus SD saja. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur yang penting bagi warga untuk menilai pekerjaan di sektor pertanian ini. Mereka mempertimbangkan usaha dan waktu yang telah dihabiskan bertahun-tahun hanya untuk sekolah sehingga ketika mereka  merasa sia-sia sudah mencapai hingga ke sekolah menengah atas atau merampungkan pendidikan hingga 12 tahun kalau hanya untuk bertani kembali.

Bu lena juga mengatakan Pemuda desa Ciampea Udik cenderung memiliki persepsi yang rendah atau negatif terhadap pekerjaan sektor pertanian. Banyak dari masyarakat menilai bekerja di pertanian tersebut merupakan hal yang sulit dijalani, menguras banyak tenaga, menghabiskan banyak waktu serta pendapatan yang tidak jelas. Pendapatan yang belum dapat dipastikan setiap kali panennya menjadi alasan mereka karena melihat keadaan cuaca dan lingkungan membuat pemuda menilai rendah pekerjaan di sektor pertanian. Selain semua hal yang disebutkan di atas, pendidikan menjadi salah satu faktor penting bagi warga dalam melihat suatu jenis pekerjaan. Ketika seseorang telah menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SMA, mereka dinilai sudah memiliki kapabilitas untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di suatu perusahaan atau industri, bukan untuk di sawah. Cukup jelas bu Lena dengan kesemangatan beliau dalam memaparkan dan menilai permasalan ini.

Hal ini menjadi suatu sumbangan besar dalam membuat penilaian terhadap bagaimana pekerjaan di sektor pertanian di mata mereka. Adapun untuk tingkat persepsi pemuda Desa Ciampea Udik terhadap pekerjaan di sektor pertanian dapat dilihat secara keseluruhan pemuda Desa Ciampea Udik memiliki persepsi yang negatif terhadap pekerjaan di sektor pertanian. 

Setelah beberapa lama mewawancarai Ibu Rt Lena dengan ajakan beliau berkeliling sawah dan permukiman warga, dan setelah merasa cukup atas hasil data-data yang didapat, lalu memutuskan untuk pamin dan mengucapkan terima kasih banyak kepada beliau atas waktu dan ajakannya berkeliling yang telah disempatkannya untuk wawancara ini.

Informasi kedua ialah dari bapak Rw 3 Desa Ciampea Udik yang bernama Bapak Syafei,  yang mana pekerjaan beliau selain menjadi ketua Rw 3 beliau juga membuka usaha dirumah dan sebagai pekerja tani yang memiliki sawah sendiri yang cukup luas.

Beliau juga memaparkan tentang permasalahan yang dialaminya langsung ialah kurangnya tenaga atau buruh tani yang mulai susah di dapat untuk membantunya, yang mana dulunya beliau setiap memperkerjan buruh tani dalam penanaman padi sampai 10 orang bahkan lebih tapi dua tahun ini beliau memperkerjakan dua sampai 3 orang saja, baik ketika penanaman maupun panen tiba, bahkan sampai beliau sendiri beserta istinya yang merawat sawah setiap harinya. Hasilnya pun kurang memuaskan, yang mana tadinya penanaman dan panen padi dua kali dalam setahun, dua tahun ini beliau hanya satu tahun sekali, selebihnya sawah di biarkan tidak di tanami apa-apa dan paling di tanami sebagian seperti umbi-umbian. Menerurut beliau permasalahan ini karna banyak warga yang lebih memilih di pekerjaan lain, dan juga mulai banyaknya warga yang lebih memilih merantau ke kota-kota, dengan alasan penghasilannya lebih pasti tiap bulannya, menurutnya juga baik pemuda dan yang sudah cukup umur pun mulai kurangnya ketertarikan bekerja di saawah. Selebihnya beliau memaparkan sama halnya dengan Ibu Rt Lena,

Pak Syafei menyikapi permaslahan ini cukup positif, beliau tidak patah semangat dalam bekerja mengelola sawahnya, meski hanya dilakukannya sendiri atau pun dengan istrinya, beliau tetap rajin setiap harinya pulang pergi kesawah dan merawatnya, bahkan hal ini malah menjadi hal yang cukup sedikit menguntungkan, karena tidak usah mengeluarkan biaya untuk membayar para pekerja atau buruh tani, walau cukup ke teteran yang beliau rasakan dan lebih melelahkan dan banyak menguras tenaga sendirinya, dan beliau tetap sangat membutuhkan para buruh tani untuk membantunya baik penanaman, perawatan sawah dan panennya. Setelah perbincanagn cukup lama, lalu memutuskan kembali untuk pamit dan mengucap terimakasih atas jamuan dan informasinya.

Wawancara selanjutnya dengan bapak Enjum sebagai warga, beliau adalah seorang yang dulunya salah satu buruh tani di desa Ciampea udik, dan beliau lebih memilih membuka usaha isi ulang air gallon dan jualan beras.

Menurutnya bekerja jadi buruh tani tidak menentu penghasilannya apalagi beliau tidak memiliki sawah sendiri, kadang-kadang waktu beliau  masih menjadi buruh tani beliau tida ada panggilan bekerja di sawah, atau biasa di sebut nganggur 2 bulan, itu pun penghasilan setiap harinya selagi menjadi buruh tani hanya 30 sampai 50 ribu dan tidak menentu, tergantung orang memperkerjakannya. Inilah yang menurut beliau lebih memilih buka usaha, walau penghasilan sedikit pula tapi setiap hari selalu ada.

Waktu menunjukan jam 15:30 dan memutuskan utuk pamit dan melaksanakan sholat Ashar setelah mersa sudah cukup atas pemaparan dari pak Enjum tentang permasalahan mengapa banyak orang beralih pekerjaan.

Setelah shalat Ashar, wawancarapun di lanjutkan dengan Bapak Hasan, beliau salah satu bagian dari stap budidaya di desa Ciampea Udik, beliau memaparkan sedikit sama denagan yang telah diwawancarai sebelumnya yang mana permaslahan sekarang ini ialah dimana kurangnya peminat kaum muda bahkan yang tadinya sebagai buruh tani mereka memilih belalih pekerjaan yang lebih pasti penghasilannya baik perhariannya maupun perbulannya, beliau pun sangat menyayangkan sampai saat ini hasil padi dari para petani yang ada di desa tersebut masih belum mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat desa berkurangnya partisipasi warga dalam bertani padi, yang menyebabkan sedikit berkurangnya panen dua tahun ini, karna permaslahan tersebut dan cuaca yang kurang menentu. Dengan kemajuan jaman dan kebutuhan ekonomi yang tidak seimbang dengan penghasilan menjadi buruh tani, membuat warga putar otak untuk mencari penghasilan yang lebih menurutnya.

Dari pihak desa sendiri menurutnya, desa ciampea udik dalam mengatasi permaslahan ini ialah dengan lebih menekankan khususnya kepada generasi muda sebagai penerus agar lebih lagi peduli terhadap pertanian padi karna melihat lahan yang subur, sangat menyayangkan kalau tidak ada yang mengelola, dari pihak desa mengatakan potensi komoditi ini akan berkembang jika dikembangkan dengan sistem gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dengan sistem ini, kendala utama seperti fragmentasi lahan dapat teratasi. Lahan petani yang secara perorangan luasnya sempit dengan adanya poktan akan dapat dioptimalkan karena produksi dilakukan bersama-sama dengan petani dalam poktan lainnya sehinga biaya operasional dapat diminimumkan, dan mengatsi mulai berkurangnya para buruh tani.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

Penutup

A.    Kesimpulan

Dari hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa Desa Ciampea Udik memiliki komoditas yang sangat berpotensi untuk dikembangkan karena tanah di daerah Ciampea Udik yang tergolong subur, tapi yang sangat di sayangkan sampai saat ini hasil padi dari para petani yang ada di dasa ini masih belum mencukupi  kebutuhan seluruh masyarakat desa. Karna beberapa paktor yang sangat sulit di atasi yang pertama ialah yang paling pasti adalah cuaca yang kurang menentu, dan yang kedua, mulai berkurangnya buruh tani, yang mana mereka lebih memilih beralih pekerjaan yang pasti pendapatannya baik perhariannya maupun perbulannya

Persepsi terhadap Pekerjaan Pertanian

 Pemuda maupun warga Desa Ciampea Udik sebagian besar mengatakan bahwa bekerja di pertanian itu lebih melelahkan karena ketika bekerja di sektor pertanian mereka harus bekerja di luar ruangan dengan berbagai kondisi cuaca, baik itu panas maupun hujan. Apalagi ketika panas, mereka harus tetap bekerja dengan pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang besar karena harus mencangkul dan bersusah payah di sawah atau ladang dengan pekerjaan yang kasar. Inipun juga mereka dapatkan ketika  mereka harus bekerja di pabrik atau di tempat lain, hanya saja ketika bekerja di pabrik tidak tersentuh kondisi cuaca. Hal inilah yang membuat penilaian mengapa bekerja di pertanian itu lebih melelahkan daripada bekerja di tempat lain. Akan tetapi, masih ada pemuda yang menilai bekerja di pertanian itu lebih santai. Penilaian seperti ini mereka berikan dengan alasan bekerja di pertanian tersebut tidak harus pergi pagi serta pulang malam seperti bekerja di pabrik atau bekerja di tempat lain. 

Untuk mengatasi mulai berkurangnya tenaga kerja atau buruh tani pihak desa berwacana lebih lagi mensosialisasikan persefsi terhadap pekerjaan pertanian yang positif, dan menggunakan cara dengan sistem gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dengan sistem ini, kendala utama seperti fragmentasi lahan dapat teratasi. Lahan petani yang secara perorangan luasnya sempit dengan adanya poktan akan dapat dioptimalkan karena produksi dilakukan bersama-sama dengan petani dalam poktan lainnya sehinga biaya operasional dapat diminimumkan, dan mengatsi mulai berkurangnya para buruh tani.

Jadi terdapat singkronisasi pada saling ketergantungan yang tinggi antara struktur sosial dan kondisi materil, dimana individu harus menyesuaikan dirinya supaya tetap hidup dan memenuhi berbagai kebutuhannya

 

B.     Daftar pustaka

Abdullah, Taufik, 1982. Tesis Weber dan Islam di Indonesia (ed) dalam "Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi.Jakarta: LP3ES.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·         PERTANIAN

NO

KOMODITAS

TAHUN

2015

2016

LUAS PANEN (Ha)

PRODUKTI-VITAS (Ku/Ha)

PRODUKSI (Ton)

LUAS PANEN (Ha)

PRODUKTI-VITAS (Ku/Ha)

PRODUKSI (Ton)

1

Padi sawah

-

-

-

2.507

63,96

16.033

2

Padi Gogo

2.337

64,56

15.086

-

-

-

3

Ubi Kayu

327

218,38

7.150

317

218,85

6.931

4

Ubi Jalar

192

153,86

2.953

219

153,25

3.349

5

Talas

13

160,54

216

17

156,36

258

6

Jagung

-

-

-

-

-

-

7

Kedelai

-

-

-

-

-

-

8

Kacang Hijau

-

-

-

-

-

-

9

Kacang Tanah

46

15,19

71

85

15,15

128

Sumber :  Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini