I. PENDAHULUAN
Demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang penduduk. Secara umum, gambaran penduduk atau statistik dan data kependudukan sangat diperlukan terutama oleh pembuat kebijakan, baik di kalangan pemerintah maupun non-pemerintah. Data tentang jumlah dan pertumbuhan penduduk, misalnya digunakan sebagai informasi dasar dalam pengembangan kebijakan penurunan angka kelahiran, peningkatan pelayanan kesehatan, pengarahan perebaran penduduk, persediaan kebutuhan penduduk akan makanan, pendidikan, perumahan, dan lapangan pekerjaan.[1]
Selain itu, data dan statistik kependudukan dapat digunakan untuk mengetahui gambaran sosial dan ekonomi penduduk di suatu negara. Dari segi ketenagakerjaan, misalnya keadaan penduduk dapat dilihat dari persentasenya menurut bidang pekerjaan utama (pertanian, indsutri, dan jasa), status pekerjaan (formal dan informal), atau jenis kegiatan (sekolah, bekerja, atau mencari pekerjaan). Angka harapan hidup pada saat lahir, yang menunjukkan rata-rata lamanya hidup penduduk, sering kali dipakai untuk melihat peningkatan standar hidup.[2]
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 34 provinsi, 514 kabupaten/kota (416 kabupaten dan 98 kota), 7.094 kecamatan, 8.412 kelurahan dan 74.093 desa. Jumlah provinsi bertambah satu dari tahun 2013, yaitu Provinsi Kalimantan Utara. Provinsi Kalimantan Utara merupakan pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur, dengan 5 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Malinau, Bulungan, Tana Tidung, Nunukan dan Kota Tarakan.
Hasil estimasi jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar 255.461.686 jiwa, yang terdiri atas 128.366.718 jiwa penduduk laki-laki dan 127.094.968 jiwa penduduk perempuan. Angka tersebut merupakan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan dengan bimbingan dari Badan Pusat Statistik dengan menggunakan metode geometrik. Metode ini menggunakan prinsip bahwa parameter dasar demografi yaitu parameter fertilitas, mortalitas, dan migrasi per tahun tumbuh konstan.
Pada data berikut memperlihatkan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia tahun 2010 hingga 2015. Dari tahun 2010-2014 pertumbuhan penduduk per tahun terus meningkat, dari 3,54 juta per tahun menjadi 3,70 juta per tahun. Tahun 2015 pertumbuhan penduduk sedikit menurun dibandingkan tahun 2014 menjadi 3,34 juta per tahun. Rasio jenis kelamin pada tahun 2015 sebesar 101, yang artinya terdapat 101 laki-laki di antara 100 perempuan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010 Hasil Sensus Penduduk;
Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2015, Hasil Estimasi
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentukpiramida penduduk. Berdasarkan estimasi jumlah penduduk, dapat disusun sebuah piramidapenduduk tahun 2015. Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, badan piramida bagian kiri menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan badan piramida bagian kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Piramida tersebut merupakan gambaranstruktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa, dan tua.
Pada Gambar 1.4 ditunjukkan bahwa struktur penduduk di Indonesia termasukstruktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari usia 0-14 tahun (usia muda) lebih banyak jumlahnya dibandingkan usia di atasnya. Lebih melebarnya grafik pada usia muda membuktikan bahwa penduduk Indonesia memiliki struktur muda. Bagian atas yang lebih pendek pada piramida tersebut menunjukkan angka kematian yang masih tinggi pada penduduk usia tua. Kondisi ini menuntut kebijakan terhadap penduduk usia tua.
Berdasarkan hasil estimasi, jumlah penduduk tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebesar 46.709.569 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di Kalimantan Utara dengan jumlah penduduk sebesar 641.936 jiwa.
Salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Barat adalah Kabupaten Indramayu. Studi lapangan mengenai demografi dan kesehatan lingkungan dilaksanakan di Kabupaten Indramayu lebih tepatnya di Desa Jengkok Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Menurut beberapa sumber yang ada daerah di Indramayu termasuk daerah yang penduduk mudanya banyak melakukan migrasi dengan berbagai alasan seperti bekerja mulai bekerja keluar daerah maupun hingga keluar negeri. Berikut data dari BNP2TKI Kabupaten/Kota terbesar penempatan tenaga kerja luar negeri. Berikut data dari BNP2TKI:
25 KABUPATEN/KOTA TERBESAR
PENEMPATAN TENAGA KERJA LUAR NEGERI INDONESIA
PERIODE 2016 (JANUARI-NOVEMBER)
Dan secara khususnya kelompok kami melakukan sensus di RT/RW 02/01 Desa Jengkok. Di RT 02/01 dilakukan oleh 2 kelompok, untuk gambaran umum RT 02 pasti sama namun pada hasil studi lapangan pasti berbeda.
II. GAMBARAN LOKASI DAN MASYARAKAT
A. Gambaran Umum Lokasi
1. Gambaran Umum Desa, RW, dan RT
Studi lapangan demografi dan kesehatan lingkungan ini dilaksanakan di Desa Jengkok Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Lebih khususnya studi lapangan ini dilaksanakan di RW 01, dan kelompok kami melakukan penelitian di RT 02/01. Gambaran umum mengenai lokasi studi pertama dimulai dari gambaran umum mengenai Desa, baik mengenai sejarah atau legenda di desa tersebut, letak geografis mengenai batas-batas desa, jarak tempuh dari desa ke Kecamatan, ke Ibu Kota Kabupaten, Ibu Kota Provinsi, dan Ibu Kota Negara.
Pertama, berbicara mengenai sejarah Desa Jengkok. Sejarah Desa Jengkok ini bersumber dari beberapa penuturan tokoh-tokoh masyarakat terdahulu yang mengalami langsung kehidupan di masa lampau yang kemudian menjadi cerita yang diceritakan secara turun-temurun. Berdasarkan penuturan tersebut kemudian di dokumentasikan dalam bentuk tulisan menjadi salah satu sumber sejarah Desa Jengkok.
Sejarah Desa Jengkok ini bersumber dari tulisan yang dicantumkan dalam RPJMDes yang mencantumkan sejarah atau legenda desa (sasakala).Didalamnya diceritakan, Jengkok adalah sebuah benda yang biasa di duduki oleh manusia, yang sering kali ditempatkan pada dapur. Pada Tahun 1550-an wilayah Jengkok adalah alas dan pekarangan yang masih sepi, kemudian datang seorang lelaki yang sakti untuk bersemedi, beliau bernama Ki Somad, entah dari mana beliau asalnya.
Konon katanya Mbah Kuwu[3] Sangkan adalah sang penguasa wilayah. Pada saat itu Beliau sedang keluar malam dan Melihat cahaya dari sebelah selatan mencorong ke langit, beliau penasaran dengan cahaya yang mencorong ke langit, karena keanehannya Mbah Kuwu Sangkan mendekati cahaya tersebut. Mbah Kuwu Sangkan belum sempat bermuwajja'ah dengan Ki Somad, Ki Somad tiba-tiba menghilang dan meninggalkan batu yang berukuran 20-30 cm, batu tersebut membentuk sebuah petilasan yang sangat mirip dengan benda Jengkok (tempat duduk yang berukuran 15-25 cm). Sampai sekarang prasasti atau bukti asal-usul Desa Jengkok itu masih ada dan terawat. Namun, kita tidak bisa melihat secara langsung bagaimana peninggalan sejarah itu, tidak bisa sembarangan untuk melihatnya karena disimpan disebuah tempat yang dibentuk semacam rumah. Jika ingin melihatnya hanya bisa melihat tempat luarnya saja tidak bisa melihat batunya seperti apa.
Selanjutnya letak geografis Desa Jengkok Desa Jengkok Terletak antara 6°.85 Lintang Selatan dan 108°.15 Bujur Timur, dengan luas wilayah 488,164 Ha. terdiri dari 3 Dusun, 3 RW dan 16 RT, dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Tenajar Kidul
Sebelah Selatan : Desa Guwa Kecamatan Kali Wedi Kabupaten Cirebon
Sebelah Barat : Desa Tulungagung
Sebelah Timur : Desa Tegal Wirangrong
Adapun untuk jarak tempuh dari Desa Jengkok ke beberapa wilayah Ibu Kota adalah sebagai berikut:
Ke Kecamatan (Kertasemaya) : 2.5 Km
Ke Ibu Kota Kabupaten Indramayu : 47 Km
Ke Ibu Kota Provinsi (Bandung) : 135 Km
Ke Ibu Kota Negara (Jakarta) : 230 Km
Desa Jengkok terdiri dari 3 Dusun, 3 RW, dan 16 RT, dengan uraian sebagai berikut:
· Dusun/Bekel/RW 01 terdiri dari RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05, dan RT 06.
· Dusun/Bekel/RW 02 terdiri dari RT 07, RT 08, RT 09, RT 10, RT 11, dan RT 12.
· Dusun/Bekel/RW 03 terdiri dari RT 13, RT 14, RT 15, dan RT 16.
Desa Jengkok dalam tingkat perkembangan desa adalah tingkat swakarya. Dalam melaksakan tugas studi lapangan, kelompok kami melakukan di RT 02/01 dimana ada 2 (dua) kelompok yang melaksanakan di RT 02 ini. Untuk gambaran umum pasti memang sama namun untuk hasil yang didapatkan dari temuan di lapangan sangatlah berbeda.
2. Lingkungan
Letak geografis Desa Jengkok Desa Jengkok Terletak antara 6°.85 Lintang Selatan dan 108°.15 Bujur Timur. Desa Jengkok merupakan desa yang berada didaerah dataran rendah pantai utara Pulau Jawa, dengan ketinggian 65 M diatas permukaan air laut. Luas wilayah seluruhnya 488,164 Ha, yang sebagian besar wilayah desa adalah lahan pertanian/sawah dan tegalan. Untuk lebih jelasnya mengenai luas dan penggunaan tanah dapat dilihat pada tabel berikut:
No | Lahan | Luas (Ha) |
1. | Pemukiman | 78 |
2. | Pertanian/sawah - Sawah teknis - Sawah setengah teknis Total |
250 138,164 338,164 |
3. | Ladang/tegalan | 1 |
4. | Perkantoran | 0,25 |
5. | Sekolah | 075 |
6. | Jalan | 20 |
JUMLAH | 488,164 |
Sumber: Data Desa Jengkok
Desa Jengkok memiliki sumber air berupa air permukaan dan air tanah. Air permukaan berupa sungai dan air tanah berupa genangan, yang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Untuk sistem drainase yang merupakan sistem pengaliran air hujan, di Desa Jengkok terdiri dari dua sistem, sistem drainase sungai, solokan yang disebut saluran sekunder (drainase mikro). Sistem ini hampir seluruhnya digunakan di Desa jengkok. Untuk drainase mikro melalui saluran-saluran lingkungan dan dialirkan ke Sungai Sindupraja.
Sebagian besar wilayah Desa jengkok adalah lahan pertanian atau sawah. Maka dari itu sangat diperlukan penganganan keirigasian atau pengairan untuk kebutuhan para petani sawah dan palawija.Sumber air untuk keperluan pertanian di wilayah Desa Jengkok dan sekitarnya di Kecamatan Kertasemaya pada umunya berasal dari Bendung Rentang yang berada di Daerah Kabupaten Majalengka.Sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga, masyarakat menggunakan air bersih dari sumur gali dan sumur pompa.
Air limbah di Desa jengkok tergolong menjadi dua macam: limbah domestik dan limbah non-domestik. Limbah domestik merupakan limbah hasil buangan rumah tangga dari kegiatan mandi, cuci dan kakus. Sedangkan limbah non domestik adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan non rumah tangga, seperti limbah penggilingan padi, limbah ternak, limbah industri rumah tangga dan sebagainya.Sistem pembuangan limbah domestik di Desa Jengkok Selain menggunakan jamban keluarga berupa septictank, juga memanfaatkan sungai, saluran air, solokan, pekarangan dan sawah yang ada disekitarnya.Berdasarkan data yang ada sekarang sebagian besar masyarakat membuang limbah domestik menggunakan jamban keluarga/septictank.
3. Fasilitas Publik/Umum
Membahas mengenai fasilitas publik atau umum yang ada di Desa Jengkok ada beberapa fasilitas umum yang ada di Desa jengkok. Fasilitas umum bisa dikatakan sebagai sumber daya yang berbentuk fisik, sumber daya prasarana fisik ini berupa bangunan yang ada di Desa Jengkok. Fasilitas umum yang ada baik di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan lain sebagainya.Fasilitas umum ini menyangkut fasilitas yang sering digunakan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagai sarana dan prasarana yang memfasilitasi untuk hidup yang berkelanjutan. Berikut beberapa fasilitas umum yang ada di Desa Jengkok dari berbagai bidang yang ada:
· Pendidikan
Data Sarana dan Prasarana Pendidikan
Desa Jengkok
No | Tingkat Sekolah | Lokasi | Jumlah | Status |
1. | PAUD | RT 04/01 | 1 | Swasta |
2. | Taman Kanak-kanak (TK) | RT 11/02 | 1 | Swasta |
3. | Sekolah Dasar (SD) | RT 04, 11, 15 | 3 | Negeri |
4. | Madrasah Ibtidaiyah (MI) | RT 10 | 1 | Swasta |
5. | Madrasah Diniyah (MD) | RT 04, 11, 14 | 3 | Swasta |
6. | Sekolah Mengenah Pertama (SMP) | RT 12 | 1 | Negeri |
7. | Pondok Pesantren | RT 05 & 12 | 2 | Swasta |
Sumber: Data Desa Jengkok
· Tempat Peribadatan
Semua masyarakat Desa Jengkok beragama Islam, tidak ada agama non-Islam. Sehingga semua tempat ibadah hanya digunakan oleh orang Islam saja. Berikut data tempat ibadah yang ada di Desa Jengkok:
No | Jenis | Jumlah |
|
1. | Mushola | 30 | |
2. | Mesjid | 3 | |
Jumlah | 33 |
Sumber: Data Desa Jengkok
Mesjid yang ada di Desa Jengkok terletak di RT 04, RT 09, dan RT 13, sedangkan mushola tersebar merata di semua RT dan RW Desa Jengkok. Berdasarkan data Desa Jengkok semua masyarakat Desa Jengkok beragama Islam, tidak ada masyarakat yang memeluk agama lain. Sehingga tempat ibadah yang ada hanya mesjid dan mushola atau sejenisnya untuk ibadah umat Islam.
· Telekomunikasi dan Informasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari Desa Jengkok penggunaan jaringan komunikasi di Desa Jengkok, khususnya sambungan telepon telah ada walaupun masih terbatas. Jumlah sambungan yang ada (konsumen) yang menggunakan jasa telepon baru mencapai 27 SST/rumah. Sedangkan yang menggunakan telepon genggam/ponsel sekitar 2.507 orang.Selanjutnya jasa PT. POS Indonesia sangat membantu mobilitas komunikasi dan distribusi barang dan jasa, sehingga berbagai trasaksi bisnis maupun jasa yang diperlukan masyarakat semakin mudah dicapai.
· Jalan dan Sarana Perhubungan
Prasarana jalan di Desa Jengkok terdiri dari jalan Negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Kondisi jalan pada umumnya cukup memadai baik dari sisi kuantitas maupun kualitas fisik, kecuali jalan-jalan desa masih perlu peningkatan. Berikut uraian jalan yang ada di Desa jengkok:
No | Jenis | Jumlah/Panjang | Lokasi |
1 | Jalan Kabupaten | 2 Km | RT 01- RT 12 |
2 | Jalan Desa | 2,9 Km | RT 13- RT 16 |
3 | Jalan Setapak | 17 Km | RT 01- RT 16 |
4 | Gang | 12 | RT 01- RT 16 |
5 | Jembatan | 15 | RT 01- RT 16 |
6 | Gorong-gorong | 20 | RT 01, 03, 04, 06, 07, 09, 12, dan 13. |
Sumber: Data Desa Jengkok
· Fasilitas Olahraga
No | Lapangan Olah Raga | Jumlah | Lokasi |
1 | Bola Voly | 2 | RT 06, RT 07 |
2 | Bulu Tangkis | 2 | RT 12 RT.02 |
3 | Tenis Meja | 2 | RT 02, RT 03 |
Jumlah | 6 |
|
Sumber: Data Desa Jengkok
· Energi
Sebagian besar masyarakat Desa Jengkok sudah tersambung jaringan listrik negara (PLN). Jaringan listrik sudah masuk ke seluruh wilayah RW/RT, kecuali karena faktor ekonomi ada beberapa rumah tangga yang masih belum terpasang jaringan, sehingga dengan terpaksa menyambung dari rumah tetangga terdekat atau menggunakan penerangan lampu petromak dan sejenisnya.
4. Fasilitas Kesehatan
Sarana dan prasana kesehatan yang tersedia merupakan salah satu faktor penentu untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan masyarakat Desa Jengkok. Sarana dan prasarana di Desa Jengkok relatif masih kurang, baik kualitas maupun kuantitas. Dengan jumlah penduduk yang banyak kiranya tenaga medis dan fasilitas kesehatan masih kurang di Desa jengkok ini. Untuk lebih jelasnya berikut data sarana dan prasarana kesehatan di Desa Jengkok:
No | Prasarana dan Sarana Kesehatan | Jumlah | Keterangan |
| Prasarana Kesehatan : |
|
|
1 | Puskesmas | - |
|
2 | Puskesmas Pembantu | - |
|
3 | Balai Pengobatan Alternatif | - |
|
4 | Praktek Dokter | - |
|
5 | Rumah Bersalin | 1 |
|
6 | Apotik | 1 |
|
7 | Toko Obat | - |
|
8 | Polindes | 1 |
|
9 | Posyandu | 5 |
|
| Sarana Kesehatan : |
|
|
1 | Dokter | - |
|
2 | Perawat | - |
|
3 | Bidan | 1 |
|
4 | Dukun Bersalin/Paraji | 1 |
|
5 | Kader Posyandu | 12 |
|
Sumber: Data Desa Jengkok
B. Kondisi Umum Masyarakat
1. Pola-Pola Pencarian Nafkah
Kondisi umum masyarakat yang diteliti memiliki pola-pola pencarian bermacam-macam. Di Desa Jengkok pola-pola pencarian nafkah sangat beragam, namun mayoritas masyarakat di Desa Jengkok mencari nafkah dengan bertani. Pola pencarian nafkah bertani ini sesuai dengan luas lahan yang lebih banyak lahan pertanian ketimbang lahan pemukiman.
Pola pencarian nafkah merupakan cara-cara yang dilakuka masyarakat untuk memperoleh hasil atau pendapatan, guna membiayai kebutuhan ekonomi rumah tangganya, yang dilakukan secara teratur dan berulang. Pencarian nafkah biasanya dilakukan berulang-ulang atau setiap hari. Pencarian nafkah berarti cara mencari penghasilan.
Pola pencarian nafkah masyarakat yang diteliti mayoritas bertani, bisa dilihat di jenis mata pencaharian Desa Jengkok. Sedangkan pencarian nafkah yang banyak juga menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri, dan datanya bisa dilihat di jenis mata pencaharian. Selain dari polal pencarian nafkah tadi ada banyak cara pola pencarian nafkah masyarakat Desa Jengkok.
2. Pola-Pola dan Jenis Pekerjaan
Masyarakat Desa Jengkok bermatapencaharian beragam. Mayoritas mata pencaharian di Desa Jengkok ini khususnya di RT 02/01 yang menjadi tempat penelitian adalah petani. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mata pencaharian atau jenis pekerjaan di Desa Jengkok dapat dilihat pada tabel berikut, dan untuk mata pencaharian masyarakat RT 02/01 bisa di lihat pada hasil temuan studi lapangan.
Mata Pencaharian Penduduk Desa Jengkok
No | Jenis Mata Pencaharian | Jumlah | Prosentase ( % ) |
1 | PNS | 30 |
|
2 | Guru | 11 |
|
3 | Guru Honorer | 30 |
|
4 | Ustadz | 28 |
|
5 | TNI | 6 |
|
6 | POLRI | 2 |
|
7 | Perawat | 3 |
|
8 | Bidan | 1 |
|
9 | Dukun Bersalin/Paraji | 1 |
|
10 | Pamong Desa | 14 |
|
11 | Karyawan Perusahaan Swasta | 4 |
|
12 | Pensiunan PNS | 2 |
|
13 | Wiraswasta | 107 |
|
14 | Pengrajin | 13 |
|
15 | Pedagang | 125 |
|
16 | Petani | 670 |
|
17 | Buruh Tani | 122 |
|
18 | Pertukangan | 67 |
|
19 | Kuli | 406 |
|
20 | Sopir | 46 |
|
21 | Ojek | 67 |
|
22 | TKI | 42 |
|
23 | TKW | 371 |
|
24 | Jasa lainya | 172 |
|
25 | Penganggur | 30 |
|
26 | Setengah Penganggur | 127 |
|
Jumlah | 2.497 |
| |
Sumber: Data Desa Jengkok Catatan: Usia 15 tahun keatas. |
Data tersebut merupakan data secara umum jenis mata pencaharian seluruh masyarakat Desa Jengkok. Untuk lebih khusus jenis mata pencaharian masyarakat yang diteliti (RT 02/01) akan disajikan di hasil studi lapangan.
3. Hubungan Ketetanggaan dan Kekerabatan
Hubungan sosial merupakan hubungan antara dua orang atau lebih individu yang dapat saling memengaruhi, mengubah, dan memperbaiki tingkah laku karena dalam hubungan sosial terdapat emosi atau perasaan saat berkomunikasi seperti tolong-menolong, timbulnya simpati, dan empati. Salah satu hubungan sosial adalah hubungan ketetanggaan, hubungan ketetanggaan dibangun karena rumah yang saling berdekatan atau rumah terdekat dari kita.Bentuk hubungan sosial pun dapat berlangsung antarkeluarga yg saling berdekatan yg dikenal sebagai tetangga. Tetangga adalah satuan social yg terdiri dari orang-orang yg berdekatan tempat tinggalnya. Hubungan social ketetanggaan terbentuk setelah antarkeluarga memiliki beberapa kekurangan dan timbulnya rasa saling membutuhkan.
Hubungan ketetanggaan dan kekerabatan masyarakat Desa Jengkok sangat baik. Hal ini dikarenakan letak rumah yang berdekatan sehingga tiap keluarga dengan keluarga yang lain saling bertetangga dan berhubungan sosial yang baik. Menurut penuturan salah satu pemuda di Desa Jengkok, hubungan ketetanggaan dan kekerabatan sangat baik terutama para pemuda. Jumlah pemuda yang masih banyak terutama di RT 05, mereka para pemuda sangat terjalin kekompakkannya. Bukti kekompakkannya bisa dilihat dari hal yang pernah dilakukan seperti selalu mengadakan kegiatan memperingati hari-hari besar, mulai dari Hari Besar Nasional, Peringatan Hari Besar Islam, dan sampai pernah menggalang dana bagi fakir miskin yang meninggal dunia. Jadi secara umum hubungan ketetanggan dan kekerabatan di Desa Jengkok sangat baik, hal ini bisa tergambar dari apa yang telah dijelaskan dan dilakukan oleh pemuda tadi.
III. PROSES PENGAMBILAN DATA
Pada pelaksanaan studi lapangan yang dilaksanakan di Desa Jengkok Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu Jawa Barat dibagi menjadi 8 kelompok. Studi lapangan ini dilakukan di RW 01, setiap kelompok menyebar di setiap RT mulai dari RT 01 sampai 06. Namun, berdasarkan rekomendasi pegawai Desa Jengkok memberi informasi jumlah penduduk yang cukup banyak ada di RT 01 dan RT 02. Jadi di RT 01 dan 02 sensus dilakukan oleh 2 kelompok di tiap Rtnya.
Proses pelaksanaan sensus di RT 02/01 dilakukan oleh 2 kelompok. Cara membagi wilayah untuk sensus antara satu kelompok dengan kelompok yang satunya adalah dengan memulai dari tengah-tengah lokasi RT 02/01. Kelompok yang pertama melakukan sensus masyarakat RT 02 sampai dengan perbatasan RT 01 dan kelompok kedua melakukan sensus sampai dengan perbatasan RT 03. Jadi membagi wilayah sensus langsung dibagi menjadi dua arah sehingga rumah yang sudah didatangi oleh kelompok yang pertama tidak akan didatangi kembali oleh kelompok yang kedua karena arah menuju rumah-rumah berbeda.
Proses pengambilan data yang dilakukan kelompok kami pada studi lapangan adalah mensensus setiap rumah, dengan mendatangi setiap rumah di RT 02 yang wilayahnya sudah dibagi dengan kelompok lainnya. Sehingga keluarga yang sudah kelompok kami sensus tidak disensus lagi oleh kelompok RT 02 yang lainnya.
Pada awalnya RT 02 direkomendasikan dilakukan oleh 2 kelompok karena kepala keluarga atau penduduk yang cukup banyak. Namun pada kenyataannya pada saat sensus banyak rumah yang kosong dan menurut penuturan tetangga dan warga sekitar rumah yang kosong pemiliknya memang suka berpindah tempat tinggal, mereka hanya datang ketika musim panen ataupun ketika libur hari besar saja.
Jadi hasil dari sensus yang kami lakukan dengan mendatangi setiap rumah yang penghuni rumahnya ada kami mendatangi 31 rumah yang terdapat 40 kepala keluarga (KK) dengan jumlah total penduduk yang disensus 137 jiwa. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dan dituangkan dalam hasil studi lapangan RT 02/01.
IV. DATA HASIL STUDI LAPANGAN
A. Hasil Sensus Tingkat RW (RW 01 Desa Jengkok)
Desa Jengkok terdapat 3 RW, yakni RW 01, 02,dan 03. Studi lapangan yang dilakukan oleh semua kelompok dilaksanakan di RW 01. Di RW 01 terdapat 6 RT yang terdiri dari RT 01, 02, 03, 04, 05, dan 06. Gambaran umum RW menggambarkan jumlah peduduk RW dari semua RT yang ada di RW 01. Berikut jumlah penduduk laki-laki dan perempuan serta jumlah kepala keluarga (KK) di RW 01.
STRUKTUR PENDUDUK RW 01
No. | RT | Jenis Kelamin | Jumlah Jiwa | Jumlah KK | |
Laki-laki | Perempuan | ||||
1. | 01 | 131 | 138 | 269 | 45 |
2. | 02 | 145 | 134 | 279 | 79 |
3. | 03 | 276 | 269 | 545 | 123 |
4. | 04 | 130 | 129 | 259 | 60 |
5. | 05 | 74 | 63 | 137 | 36 |
6. | 06 | 119 | 95 | 214 | 60 |
TOTAL | 875 | 828 | 1703 | 403 |
B. Gambaran Umum Hasil RT 02/01
Proses pelaksanaan sensus di RT 02/01 dilakukan oleh 2 kelompok. Cara membagi wilayah untuk sensus antara satu kelompok dengan kelompok yang satunya adalah dengan memulai dari tengah-tengah lokasi RT 02/01. Kelompok yang pertama melakukan sensus masyarakat RT 02 sampai dengan perbatasan RT 01 dan kelompok kedua melakukan sensus sampai dengan perbatasan RT 03. Jadi membagi wilayah sensus langsung dibagi menjadi dua arah sehingga rumah yang sudah didatangi oleh kelompok yang pertama tidak akan didatangi kembali oleh kelompok yang kedua karena arah menuju rumah-rumah berbeda.
Secara umum hasil penggabungan dari sensus yang dilakukan dua kelompok RT 02/01 terdapat 78 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk yang disensus sebanyak 279 jiwa, untuk lebih jelas berikut tabel jumlah penduduk RT 02/01:
Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
RT 02/01 Desa Jengkok
Jenis Kelamin | Jumlah |
Laki-laki | 145 |
Perempuan | 134 |
JUMLAH TOTAL | 279 |
Hasil sensus penggabungan 2 kelompok di RT 02/01
Struktur Penduduk Berdasarkan Usia
RT 02/01 Desa Jengkok
KELOMPOK UMUR | JUMLAH JIWA | JUMLAH | |
LAKI-LAKI | PEREMPUAN | ||
0-3 THN | 8 | 4 | 12 |
4-7 THN | 4 | 7 | 11 |
8-11 THN | 12 | 8 | 20 |
12-15 THN | 8 | 9 | 17 |
16-19 THN | 15 | 12 | 27 |
20-23 THN | 8 | 10 | 18 |
24-27 THN | 6 | 7 | 13 |
28-31 THN | 4 | 3 | 7 |
32-35 THN | 11 | 13 | 24 |
36-39 THN | 13 | 9 | 22 |
40-43 THN | 14 | 17 | 31 |
44-47 THN | 10 | 11 | 21 |
48-51 THN | 5 | 3 | 8 |
52-55 THN | 5 | 7 | 12 |
56-59 THN | 5 | 6 | 11 |
60-63 THN | 7 | 4 | 11 |
64-67 THN | 5 | 2 | 7 |
68-71 THN | 4 | 1 | 5 |
72-75 THN | 1 | 1 | 2 |
75 THN Keatas | 0 | 0 | 0 |
JUMLAH | 145 | 134 | 279 |
Piramida Penduduk Rt 02/01 Secara Umum (Keseluruhan)
Ket: Tife piramida untuk seluruh penduduk RT 02/01 ini tergolong tife III (piramida sarang tawon), dimana angka fertilitas dan mortalitas rendah. Jumlah usia produktif tinggi dimulai dari 16-19 dan 40-43. Median age tinggi dan dependensi ratio rendah.
C. Hasil Sensus RT 02/01
Dari hasil sensus yang dilaksanakan di RT 02/01 Desa Jengkok Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu Jawa Barat dari 31 rumah yang didatangi didapat 40 Kepala Keluarga (KK). Satu rumah ada yang terdiri dari 2, 3, hingga 4 kepala keluarga (KK) dalam satu rumah, dimana:
1 rumah terdapat 2 kepala keluarga (KK) ada 2 rumah
1 rumah terdapat 3 kepala keluarga (KK) ada 1 rumah
1 rumah terdapat 4 kepala keluarga (KK) ada 1 rumah
Dan jumlah keseluruhan di RT 02/01 78 KK, kelompok kami mensensus 40 KK di RT 02/01. Dari 40 KK jumlah penduduk adalah 137 jiwa. Untuk lebih jelasnya akan di gambarkan dalam struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin dan usia.
1. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin merupakan jumlah total dari jumlah penduduk perempuan dan penduduk laki-laki. Sedangkan struktur penduduk berdasarkan usia digolongkan ke dalam beberapa golongan usia mulai dari 0 tahun sampai dengan 75 tahun keatas, yang kemudian bisa digambarkan dengan piramida. Dalam struktur penduduk berdasarkan usia ini, penduduk digolongkan ke dalam usia yang berjarak 3 tahun. Untuk lebih jelas berikut tabel struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin dan usia beserta piramidanya.
STRUKTUR PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN
No | Jumlah Penduduk | Jenis Kelamin | |
Laki-laki | Perempuan | ||
1 | 137 | 76 | 61 |
2 | Jumlah Total | 137 |
Hasil Sensus RT 02/01
STRUKTUR PENDUDUK BERDASARKAN USIA
KELOMPOK UMUR | JUMLAH JIWA | JUMLAH | |
LAKI-LAKI | PEREMPUAN | ||
0-3 THN | 3 | 2 | 5 |
4-7 THN | 2 | 3 | 5 |
8-11 THN | 4 | 4 | 8 |
12-15 THN | 5 | 4 | 9 |
16-19 THN | 9 | 7 | 16 |
20-23 THN | 3 | 2 | 5 |
24-27 THN | 2 | 3 | 5 |
28-31 THN | 2 | 2 | 4 |
32-35 THN | 5 | 4 | 9 |
36-39 THN | 7 | 5 | 12 |
40-43 THN | 8 | 6 | 14 |
44-47 THN | 7 | 5 | 12 |
48-51 THN | 3 | 2 | 5 |
52-55 THN | 4 | 3 | 7 |
56-59 THN | 3 | 5 | 8 |
60-63 THN | 4 | 2 | 6 |
64-67 THN | 3 | 1 | 4 |
68-71 THN | 1 | - | 1 |
72-75 THN | 1 | 1 | 2 |
75 THN Keatas | - | - | 0 |
JUMLAH | 76 | 61 | 137 |
Hasil Sensus RT 02/01
PIRAMIDA PENDUDUK RT 02/01 DESA JENGKOK
(Kelompok 1 RT 02)
Ket: Model piramida penduduk RT 02/01 yang disensus oleh kelompok kami ini tergolong tife III. Bentuk piramida ini dikenal dengan bentuk sarang tawon kuno (old fashioned beehive). Piramida ini menggambarkan daerah yang mengalami penurunan kelahiran dan kematian. Dasar piramida terlihat dimana angka fertilitas dan mortalitas rendah. Jumlah usia produktif tinggi dimulai dari 16-19 dan 40-43. Karakteristik yang dimiliki piramida ini yaitu umur median sangat tinggi, dengan rasio ketergantungan rendah.
Berdasarkan komposisi umur dan jenis kelamin karakteristik penduduk dari suatu negara, piramida penduduk dapat dibedakan atas tiga ciri, yaitu ekspansif (expansive), konstriktif (constrictive), dan stasioner (stationary).[4] Jadi ciri penduduk bisa diketahui dari bentuk piramida penduduk. Dari bentuk piramida RT 02/01 termasuk ciri konstriktif (constrictive), bagian dasar piramida kecil dan sebagian besar penduduk masih berada dalam kelompok umur muda, yaitu lebih banyak usia 16-19 tahun.
2. Struktur Berdasarkan Angka Kelahiran
Kelahiran atau fertilitas merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk yang bersifat menambah jumlah penduduk. Dari hasil sensus yang dilakukan di RT 02/01 kelahiran yang disensus adalah bayi yang lahir sejak Januari-November 2016. Berikut struktur angka kelahiran yang telah di sensus oleh kelompok kami, beserta penyebab dan bagaimana proses persalinannya.
STRUKTUR BERDASARKAN ANGKA KELAHIRAN
No | Jumlah Penduduk | Kelahiran Jan-Nov 2016 |
Keterangan Penyebab | |
LK | PR | |||
| 137 |
|
|
|
|
| 1 | Kebutuhan Biologis (Persalinan melalui operasi caesar) | |
Total | 1 |
|
Hasil Sensus RT 02/01
Dari hasil sensus yang dilakukan di RT 02/01 oleh kelompok kami, terdapat 1 bayi yang lahir sejak Januari hingga November 2016. Bayi yang di sensus ini baru berusia 3 bulan lahir pada bulan Agustus.
Berbicara mengenai fertilitas atau kelahiran perlu diketahui bagaimana pola pemeliharaan kehamilan ibu dan pandangan ibu terhadap pemeliharaan anak (1000 hari kelahiran). Menurut penuturan ibu Fatmawati yang melahirkan anak perempuan bernama Siti Maryam, menurutnya ia hanya memeriksa kandungannya di bidan Desa, kadang jika bidan tidak ada ia tidak memeriksa kandungannya. Jauhnya jarak Rumah Sakit yang terletak di Cirebon membuatnya tidak memeriksa kandungannya ke spesialis kandungan, karena kondisinya sedang hamil maka dari itu enggan memeriksa kandungannya karena jalannya yang jauh dan tidak kuat diperjalanan lama ketika sedang hamil. Karena tidak memeriksa kandungan ke spesialis kandungan pada saat kehamilan di melakukan USG sehingga tidak tahu apa jenis kelamina anaknya bahkan posisi kandungannya. Ia melahirkan melalui operasi caesar karena posisi kaki bayi berada di bawah sehingga sulit untuk melahirkan normal. Ia pun memilih persalinan melalui operasi caesar karena menjadi kemungkinan apa yang terjadi pada bayinya.
3. Struktur Berdasarkan Angka Kematian
Kematian atau mortalitas merupakan ukuran pengurangan jumlah penduduk. Selain itu, faktor yang berkaitan erat dengan mortalitas adalah morbiditas (kesakitan). Secara umum rangkaian morbiditas menghasilkan peristiwa kematian. Dari hasil sensus yang dilakukan di RT 02/01 mensensus kematian orang yang meninggal dari Januari-November 2016. Beikut struktur kematian dan penyebabnya:
STRUKTUR BERDASARKAN ANGKA KEMATIAN
No | Jumlah Penduduk | Kematian Jan-Nov 2016 | Usia Kematian | Keterangan Penyebab | |||
LK | PR | 40-43 th | 52-55 th | >75 |
| ||
1. | 137 | 1 |
|
|
| 1 | Sakit Tumor (antara jantung dan paru-paru) |
2. |
|
|
|
|
|
| |
Total | 1 |
|
| 1 |
|
Hasil Sensus RT 02/01
Dari hasil sensus yang dilakukan hanya ada 1 orang yang meninggal per Januari sampai dengan November 2016. Setiap yang hidup pasti akan mengalami kematian hanya saja ada sebabnya baik penyebab medis atau non medis ataupun budaya dan perspektif kesehatan masyarakat. Penyebab kematiannya adalah sakit, terdapat tumor antara paru-paru dan jantung, meninggal pada usia 80 tahun di Rumah Sakit Arjawinagun.
4. Struktur Berdasarkan Angka Migrasi
Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Migrasi dapat meningkatkan jumlah penduduk apabila ada penduduk yang masuk ke daerah tersebut. Sebaliknya, migrasi juga dapat mengurangi jumlah penduduk apabila penduduk keluar dari daerah tersebut.
Hasil sensus yang dilakukan di RT 02/01 tidak jauh dengan gambaran umum penduduk desa. Penduduk Desa jengkok dilihat dari mata pencahariannya lebih banyak bekerja keluar desa sehingga terjadi migrasi yang cukup lama bahkanmungkin permanen. Di RT 02/01 pun tidakjauh beda dengan data keseluruhan desa. Berikut struktur migrasi in maupun out RT 02/01.
STRUKTUR BERDASARKAN ANGKA MIGRASI
No | Jumlah Penduduk Migrasi | Jenis Kelamin | Migrasi Tahun 2016 |
Keterangan | |||
LK | PR | MI | MO | JML | |||
1. | 19 | 7 |
| 1 | 6 | 7 | Penduduk yang bermigrasi our (keluar) karena sebagian besar bekerja ke luar daerah Desa Jengkok (Luar Negeri: Taiwan, Hongkong, Korea, Singapura). Danmigrasi yang dilakukan dalam jangka yang lama bahkan permanen. |
2. |
| 12 | 2 | 10 | 12 | Migrasi in terjadi karena penduduk dari luar datang dengan alasan ikut keluarga dan juga menikah dengan penduduk Desa Jengkok. | |
Total | 19 | 3 | 16 | 19 |
|
Hasil Sensus RT 02/01
Keterangan: MI = migrasi in (penduduk yang masuk)
Mo = migrasi out (penduduk yang keluar)
Selain migrasi, sensus yang dilakukan di RT 02/01 ditemukan penduduk yang commuter, yaitu penduduk yang keluar dari desa tersebut namun tidak dalam jangka waktu yang lama, atau bisa dikatakan pulang-pergi dalam jangka waktu tertentu, namun tidak lebih dari 3 bulan. Dari hasil sensus ditemukan 7 orang penduduk yang commuter, dengan alasan studi dan bekerja diluar daerah. Berikut keterangan lebih lanjut:
PENDUDUK COMMUTER
No | Jenis Kelamin | Daerah Tujuan dan Penyebab | Jangka Waktu | |
LK | PR | |||
1. | 1 |
| Cirebon (Studi di IAIN Cirebon) | 1 bulan sekali |
2. | 1 |
| Jakarta (Bekerja supir bajaj) | 2 bulan sekali |
3. | 1 |
| Karawang (Bekerja sebagai satpam) | 1 bulan sekali |
4. | 2 | 1 | Cirebon (Pesantren) | Tidak tentu (1-3 bulan sekali) |
5. | 1 |
| Bandung (Kuliah) | 1 bulan sekali |
JML | 6 | 1 |
|
|
JML TOTAL |
7 |
|
|
Hasil Sensus RT 02/01
5. Struktur Berdasarkan Pekerjaan
Penduduk di Desa Jengkok memiliki pekerjaan atau mata pencaharian yang beragam. Namun mayoritas bekerja sebagai petani. Begitu juga di RT 02/01 dari hasil sensus ditemukan mayoritas sebagai petani. Berikut struktur pekerjaan RT 02/01:
STRUKTUR BERDASARKAN PEKERJAAN
RT 02/01 DESA JENGKOK
No | Pekerjaan |
| Jumlah | |
Laki-laki | Perempuan | |||
1. | Petani | 23 | 2 | 25 |
2. | Buruh Tani | 5 | - | 5 |
3. | Pedagang | 3 | 5 | 8 |
4. | PNS | 2 | - | 2 |
5. | TKI/TKW | 6 | 10 | 16 |
6. | Tukang Bangunan | 4 | - | 4 |
7. | Buruh Pabrik | 2 | - | 2 |
8. | Pelajar/Mahasiswa | 12 | 17 | 29 |
9. | Karyawan Swasta | 2 | - | 2 |
10. | Supir | 2 | - | 2 |
11. | Pengangguran | 4 | 2 | 6 |
12. | Tidak Bekerja | 11 | 25 | 36 |
JUMLAH | 76 | 61 | 137 |
Hasil Sensus RT 02/01
Struktur pekerjaan di RT 02/01 mayoritas bermatapencaharian petani. Untuk pengangguran merupakan penduduk yang sudah memasuki usia produktif (≥ 15 tahun) yang tidak bekerja atau tidak memiliki income. Sedangkan untuk kategori anak dibawah umur dan ibu rumah tangga dikategorikan tidak bekerja. Perempuan yang bekerja banyak yang bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW), dan kebanyakan di negara Taiwan.
6. Struktur Berdasarkan Area Kerja
Struktur berdasarkan area kerja merupakan jarak yang ditempuh dari tempat berangkat (rumah) sampai ke tempat bekerja. Berikut struktur berdasarkan area kerja penduduk RT 02/01:
STRUKTUR BERDASARKAN AREA KERJA
No | Jumlah Penduduk | Jenis Kelamin | Lokasi atau Jarak Tempat Bekerja (dihitung jarak dari rumah) | ||||
LK | PR | 0-1 km | 2-10 km | 11-20 km | >20 km | ||
1. | 137 | 76 |
| 42 | 14 | 2 | 6 |
2. |
| 61 | 24 | - | - | 10 | |
Total | 98 | 66 | 14 | 2 | 16 |
Hasil Sensus RT 02/01
Dari hasil sensus yang telah dlakukan diketahui bahwa jarak ke tempat bekerja penduduk RT 02/01 terbilang dekat karena mayoritas adalah petani dan sawah petani tersebut masih terletak di RT 02 bahkan ada sawah yang terletak di belakang rumahnya sendiri. Selain itu, yang bekerja sebagai buruh pabrik juga dekat karena pabrik penggilingan padi terletak di RT 02/01. Untuk jarak kerja yang berjarak 2-10 Km dan 11-20 Km ini adalah yang bekerja sebagai karyawan swasta, pedagang keliling. Dan jarak yang lebih dari 20 Km adalah penduduk yang bekerja seperti supir, mahasiswa, dan jarak sangat jauh adalah penduduk yang bermigrasi karena bekerja sepert TKW/TKI.
7. Data Sarana Kesehatan
Data Sarana Kesehatan
No | Jenis Sarana Kesehatan | Cakupan Kerja | Jumlah Tenaga Medis | Jumlah Perawat | Jumlah Admistrasi | |||
(RT/ RW/ Kel/ Kec) | LK | PR | LK | PR | LK | PR | ||
| Posyandu | RT | - | 1 | - | - | - | 1 |
| Apotik | RW | 2 | 2 | - | - | 2 | 2 |
| Klinik | RW | 2 | 3 | - | 2 | 2 | 1 |
| Puskesmas | Kecamatan | 5 | 8 | 3 | 6 | 2 | 2 |
TOTAL | 44 | 12 | 16 | 4 | 10 | 8 | 4 |
Data sarana kesehatan cakupannya tidak hanya tingkat RT. Sarana kesehatan yang menyebar di tingkat RT adalah posyandu, dan di RT 02/01 juga terdapat posyandu. Di tingkat RT terdapat posyandu tenaga medis di posyandu adalah bidang desa yang menjadi tenaga medisnya. Di posyandu bukan dikatakan perawat melainkan sering disebut kader posyandu.
8. Data Perilaku Kesehatan
Berdasarkan hasil sensus yang dilakukan di RT 02/01, masyarakat di RT 02 ada beberapa penduduk yang memiliki riwayat sakit yang cukup parah dan membutuhkan perawatan yang rutin dari tenaga medis hingga saat ini. Berikut data perilkau kesehatan berupa jenis sakit dan bagaimana cara menanggulanginya atau penyembuhannya.
DATA PERILAKU KESEHATAN
No | JK | Jenis Sakit | Obat Warung | Ke Dokter/ Tenaga Medis | Ke Orang Pintar | Dibiarkan Saja | |||||
LK | PR | Ya | Tidak | Ya | Tidak | Ya | Tidak | Ya | Tidak | ||
1. | 3 | 2 | Hipertensi |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
2. |
| 1 | Jantung |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
3. | 1 |
| Kolesterol |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
4. | 1 | 2 | Paru-paru/flek |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
5. |
| 1 | Osteoporosis |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
6. |
| 1 | TBC |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
7. | 1 | 1 | Batu Ginjal |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
8. | 2 |
| Asam Urat |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
9. | 4 | 2 | Katarak |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
10. |
| 2 | Lambung |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
11. | 1 |
| Usus Buntu |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
12. | 1 |
| Penyakit Kulit |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
13. |
| 1 | Miom |
|
| Dokter |
|
|
|
|
|
14. | 1 |
| Syaraf Kejepit |
|
| Dokter |
| Tabib |
|
|
|
15. | 1 | 1 | Stroke |
|
| Dokter |
|
|
| Ya |
|
Hasil Sensus RT 02/01
Berdasarkan data yang didapat secara langsung perilaku kesehatan masyarakat RT 02/01 semua yang memiliki dan pernah menderita sakit seperti data diatas semua mengobatinya dengan bantuan tenaga medis dokter. Namun, karena tidak adanya rumah sakit di dekat Desa Jengkok mereka berobat ke Rumah Sakit Arjawinagun yang terletak di Cirebon. Pendududk RT 02/01 semua yang disensus hampir semua tidak memiliki BPJS sehingga mereka menggunakan dana pribadi untuk pengobatannya. Hal yang mengejutkan pada saat sensus penyakit yang banyak ditemukan adalah katarak. Ketika ditanya menurut penuturan salah satu warga menurutnya mengapa banyak yang menderita katarak karena Desa Jengkok merupakan salah satu daerah yang merupakan dataran rendah yang memiliki suhu yang cukup panas sehingga sinar matahari yang cukup panas sehingga sinar ultraviolet merusak mata. Kemudian, mayoritas penduduk RT 02/01 bermatapencaharian petani dan mereka menyemprotkan peptisida tanpa pelindung mata sehingga peptisida salah satu faktor penyebab katarak.
Salah satu penderita stroke perempuan ada yang dibiarkan saja karena merasa sudah lama tidak sembuh-sembuh, dan sering dijanjikan sembuh oleh tim medis tetapi tidak sembuh juga, maka dari itu sekarang sudah dibiarkan saja.Untuk penduduk yang sakit syaraf kejepit tidak hanya berobat ke dokter tetapi juga melakukan terapi di tabib atau pengobatan alternatif.
V. ANALISIS DEMOGRAFI
A. Fakta Fertilitas, Mortalitas, dan Migrasi Penduduk
Dalam studi demografi tidak terlepas dari membahas fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi. Tiga proses demografi tersebut juga merupakan faktor yang memengaruhi bentuk piramida penduduk. Pada dasarnya, piramida penduduk adalah refleksi struktur umur penduduk menurut umur dan jenis kelamin.
Fakta fertilitas, mortalitas, dan migrasi penduduk yang disensus secara keseluruhan ada faktor penarik dan pendorong.Pertama, fertilitas merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk yang bersifat menambah jumlah penduduk. Dalam studi demografi fertilitas salah satu yang paling sering digunakan.Fakta fertilitas penduduk yang disensus tingkat fertilitas masih cukup rendah, karena piramida penduduk bertife III sarang tawaon dimana jumlah kelahiran begitu rendah.Faktor fertilitas tercermin pada jumlah kelahiran. Jumlah kelahiran masih terbilang rendah hal ini bisa disebabkan jarang penduduk perempuan usia muda yang berumur sekitar 20 tahunan. Kebanyakan usia memasuki 20 tahun penduduk perempuan bekerja menjadi TKW di luar negeri.
Kedua, mortalitas bisa diartikan sebagai kematian yang terjadi pada anggota penduduk. Berbeda dengan penyakit dan kesakitan, yang dapat menimpa manusia lebih dari satu kali, mortalitas hanya dialami sekali dalam hidup seseorang. Faktor mortalitas tercermin dari angka kematian menurut umur. Fakta mortalitas penduduk yang disensus hanya ditemukan beberapa dan kematian di usia senja usia 70 tahun keatas. Faktor penyebab kematian yang nyata di penduduk yang di sensus disebabkan karena sakit dan penyakit yang dideritanya cukup parah seperti tumor. Sementara pada sensus kali ini tidak ditemukan faktor kematian non medis. Kematian masih disebabkan karena medis yaitu karena penyakit.
Ketiga, migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang memengaruhi pertumbuhan penduduk, selain fertilitas dan mortalitas. Migrasi biasanya terjadi pada kelompok umur dewasa. Migrasi dapat meningkatkan jumlah penduduk apabila jumlah penduduk yang masuk lebih banyak dari pada jumlah penduduk yang keluar. Sebaliknya, migrasi dapat mengurangi jumlah penduduk jika penduduk yang masuk lebih sedikit dari pada jumlah penduduk keluar. Penelaahan migrasi sangat penting karena berkaitan dengan kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak merata.
Ketidakmerataan ini antara lain disebabkan faktor penarik dan pendorong bagi orang-orang yang bermigrasi. Fakta migrasi yang ditemukan pada penduduk yang disensus ada faktor penarik dan pendorong. Mayoritas penduduk yang bermigrasi adalah berjenis kelamin perempuan yang bermigrasi karena bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) sehingga migrasi untuk jangka waktu yang cukup lama. Di Desa Jengkok terdapat sebuah agen penyaluran kerja TKW/TKI ke luar negeri dan paling banyak bekerja di Taiwan. Selain itu yang menjadi faktor lain adalah dari mulut ke mulut, dikatakan bahwa bekerja di luar negeri mendapat penghasilan yang cukup tinggi walaupun hanya bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Faktor penarik lain yang mendorong masyarakat melakukan migrasi karena terdapat lembaga pelatihan bahasa. Anak-anak yang telah lulus SMA kebanyakan melanjutkan kursus bahasa Korea dan Jepang yang ada di desa tersebut ketimbang melanjutkan studi di Perguruan Tinggi. Kehadiran lembaga kursus bahasa juga kiranya menjadi faktor pendorong masyarakat bermigrasi ke luar negeri.
Selanjutnya untuk migrasi dengan jangka pendek biasanya dilakukan oleh para petani. Ketika tidak dalam masa panen mereka bermigrasi ke kota mencari pekerjaan lain seperti, menjadi buruh, kuli bangunan, bahkan berdagang di kota-kota besar dan pada saat musim panen tiba mereka kembali ke desa. Begitu seterusnya, jadi migrasi ini bisa dikatakan migrasi musiman.
B. Pengaruh Aspek Demografi pada Kehidupan Sosial Masyarakat
Berbicara mengenai bagaimana aspek demografi memberikan pengaruh kepada kehidupan sosial masyarakat yang disensus. Pertama, secara umum, gambaran penduduk atau statistik dan data kependudukan sangat diperlukan terutama oleh pembuat kebijakan, baik di kalangan pemerintah maupun non-pemerintah. Data tentang jumlah dan pertumbuhan penduduk, misalnya digunakan sebagai informasi dasar dalam pengembangan kebijakan penurunan angka kelahiran, peningkatan pelayanan kesehatan, pengarahan perebaran penduduk, persediaan kebutuhan penduduk akan makanan, pendidikan, perumahan, dan lapangan pekerjaan.
Kedua, data dan statistik kependudukan dapat digunakan untuk mengetahui gambaran sosial dan ekonomi penduduk. Dari segi ketenagakerjaan, misalnya keadaan penduduk dapat dilihat dari persentasenya menurut bidang pekerjaan utama (pertanian, indsutri, dan jasa), status pekerjaan (formal dan informal), atau jenis kegiatan (sekolah, bekerja, atau mencari pekerjaan). Angka harapan hidup pada saat lahir, yang menunjukkan rata-rata lamanya hidup penduduk, sering kali dipakai untuk melihat peningkatan standar hidup.
Ketiga, aspek demografi sebagai solusi dari masalah kependudukan yang terjadi. Demografi mempelajari secara statistic dan matematik tentang besar, komposisi, dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahan sepanjang masa. Demografi pada umumnya digunakan untuk mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu, menjelaskan pertumbuhan penduduk dari masa lampau, sekarang, hingga mencobameramalkan penduduk di masa yangakan datang. Selain itu, demografi mencoba mengembangkan hubungan sebab akibat antaraperkembangan penduduk dengan macam-macam masalah sosial.
VI. ANALISIS KESEHATAN LINGKUNGAN
Masalah kemiskinan bisa ditinjau dari lima sudut, yaitu persentase penduduk miskin, pendidikan (khususnya angka buta huruf), kesehatan (antara lain angka kematian bayi dan anak balita kurang gizi), ketenagakerjaan,dan ekonomi (konsumsi/kapita). Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk mewujudkan hak dasar masyarakat miskin ini, Bappenas menggunakan beberapa pendekatan utama, antara lain pendekatan kebutuhan dasar, pendekatan pendapatan, pendekatan kemampuan dasar, dan pendekatan objektif dan subjektif.
Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Menurut pendekatan pendapatan, kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan aset dan alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara langsung memengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini, menentukan secara kaku standar pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk membedakan kelas sosialnya. Pendekatan kemampuan dasar menilai kemiskinan sebagai keterbatasan kemampuan dasar seperti kemampuan membaca dan menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan ini menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin terlibat dalam pengambilan keputusan. Pendekatan obyektif atau sering juga disebut sebagai pendekatan kesejahteraan menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang harus dipenuhi agar keluar dari kemiskinan. Pendekatan subyektif menilai kemiskinan berdasarkan pendapat atau pandangan orang miskin sendiri (Stepanek, 1985).
Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi, terbatasnya akses terhadap air bersih, lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, lemahnya jaminan rasa aman, lemahnya partisipasi, dan besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi.
Keterbatasan kecukupan dan mutu pangan dilihat dari stok pangan yang terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita, dan ibu. Sekitar 20 persen penduduk dengan tingkat pendapatan terendah hanya mengonsumsi 1.571 kkal per hari. Kekurangan asupan kalori, yaitu kurang dari 2.100 kkal per hari, masih dialami oleh 60 persen penduduk berpenghasilan terendah (BPS, 2004); Kasus mengenai gizi buruk tahun ini meningkat cukup signifikan, pada tahun 2005 tercatat 1,8 juta jiwa anak balita penderita gizi buruk, dan pada bulan Oktober 2006 sudah tercatat 2,3 juta jiwa anak yang menderita gizi buruk.
Keterbatasan akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan oleh kesulitan mendapatkan layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan reproduksi, jarak fasilitas layanan kesehatan yang jauh, biaya perawatan dan pengobatan yang mahal. Di sisi lain, utilisasi rumah sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedangkan masyarakat miskin cenderung memanfaatkan pelayanan di Puskesmas. Demikian juga persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan, pada penduduk miskin hanya sebesar 39,1 persen dibanding 82,3 persen pada penduduk kaya. Asuransi kesehatan sebagai suatu bentuk sistem jaminan sosial hanya menjangkau 18,74 persen (BPS, 2001) penduduk, dan hanya sebagian kecil di antaranya penduduk miskin.
Keterbatasan akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan ditunjukkan oleh kesenjangan biaya pendidikan, fasilitas pendidikan yang terbatas, biaya pendidikan yang mahal, kesempatan memperoleh pendidikan yang terbatas, tingginya beban biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung. Keterbatasan kesempatan kerja dan berusaha juga ditunjukkan lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumahtangga. Keterbatasan akses layanan perumahan dan sanitasi ditunjukkan dengan kesulitan yang dihadapi masyarakat miskin yang tinggal di kawasan nelayan, pinggiran hutan, dan pertanian lahan kering dalam memperoleh perumahan dan lingkungan permukiman yang sehat dan layak. Dalam satu rumah seringkali dijumpai lebih dari satu keluarga dengan fasilitas sanitasi yang kurang memadai.
Keterbatasan akses terhadap air bersih terutama disebabkan oleh terbatasnya penguasaan sumber air dan menurunnya mutu sumber air. Dalam hal lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, masyarakat miskin menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian. Kehidupan rumah tangga petani sangat dipengaruhi oleh aksesnya terhadap tanah dan kemampuan mobilisasi anggota keluarganya untuk bekerja di atas tanah pertanian. Dilihat dari lemahnya jaminan rasa aman, data yang dihimpun UNSFIR menggambarkan bahwa dalam waktu 3 tahun (1997-2000) telah terjadi 3.600 konflik dengan korban 10.700 orang, dan lebih dari 1 juta jiwa menjadi pengungsi. Meskipun jumlah pengungsi cenderung menurun, tetapi pada tahun 2001 diperkirakan masih ada lebih dari 850.000 pengungsi di berbagai daerah konflik.
Lemahnya partisipasi masyarakat ditunjukkan dengan berbagai kasus penggusuran perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran petani dari wilayah garapan. Rendahnya partisipasi masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan juga disebabkan oleh kurangnya informasi baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme perumusan yang memungkinkan keterlibatan mereka. Dilihat dari besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi, menurut data BPS, rumahtangga miskin mempunyai rata-rata anggota keluarga lebih besar daripada rumahtangga tidak miskin. Rumahtangga miskin di perkotaan rata-rata mempunyai anggota 5,1 orang, sedangkan rata-rata anggota rumahtangga miskin di pedesaan adalah 4,8 orang.
Kesehatan di Indonesia
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi gizi kurang dan umur angka harapan hidup.Angka kematian bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (2002-2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 (1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2 tahun (2003).Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita, telah menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5 persen (2004).
Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala.Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan belum dapat berjalan dengan optimal
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang. Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku.Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah kesehatan.
1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.
2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.
3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadi modern yang cenderung membawa resiko. Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual.Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan gangguan kesehatan atau sakit.Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%.Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit.Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan. Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan paradigma dan konsep pembangunan kesehatan.
Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :
1. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.
2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)
4. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
5. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
6. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
7. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
8. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.
9. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
Keterkaitan kemiskinan dan kesehatan dengan aspek sosial budaya masyarakat Desa Jengkok
Mata pencaharian masyarakat desa Jengkok pada umumnya adalah petani. Banyak masyarakat Desa Jengkok kini dari sisi ekonomi sudah lebih baik dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari semakin makmur nya masyarakat, rumah rumah yang sudah di renovasi dan lain lain. Namun masih terdapat beberapa warga yang ditemukan hidup sebatang kara. Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Hal tersebut sebagian besar telah diterima oleh masyarakat Desa Jengkok.
Kemiskinan sudah dapat ditekan angka nya dengan meningkatnya perekonomian masyarakat. Masyarakat yang semakin terbuka dengan kemajuan teknologi dapat melihat kesempatan yang baik dalam pasar yang dapat memperbaiki taraf hidup masyarakat.
Kesehatan masyarakat Desa Jengkok masih belum beranjak jauh dari tahun tahun sebelumnya. Masalah kesehatan masyarakat masih banyak sekali yang dijumpai. Mulai dari penyakit masuk angin, diabetes, kolesterol, katarak dan lain-lain. Pada umumnya masyarakat hanya menganggap masalah kesehatan mereka sebagai masalah yang sepele, sebagai masalah yang dapat terselesaikan hanya dengan membeli obat di warung yang berada disekitar nya. Namun sebenarnya penyakit penyakit tersebut tidak dapat dianggap sepele begitu saja. Banyak dari masyarakat yang menderita penyakit tersebut karena menganggap remeh penyakit yang di derita nya. Jalan keluar yang diambil masyarakat untuk menghadapi masalah kesehatan mereka yang pertama dilakukan adalah dengan membeli obat diwarung. Sebenarnya obat obat warung tersebut hanya berfungsi sebagai penghilang rasa sakit saja tetapi tidak mengobati penyakitnya. Apabila terjadi masalah kesehatan yang lebih serius maka masyarakat akan segera mengunjungi rumah sakit. Masyarakat Desa jengkok pada umumnya lebih memilih berobatkerumah sakit yang beradadi luar desa yakni ke rumah sakit . Arjawinangun di daerah Cirebon. Masyarakat mengaku perilaku ini telah terjadi sejak lama dan seperti turun temurun. Budaya berobat kerumah sakit Arjawinangun ini diakibatkan lemahnya kepercayaan masyarakat terhadap fasilitas kesehatahan yang berada di desa nya. Rumah sakit yang berada di desa dianggap kurang cocok dengan masyarakat desa itu sendiri. Beberapa warga mengaku rumah sakit yang berada di desa nya ini lambat penanganannya, suka mengalami mallpraktik dan lain sebagainya sehingga masyarakat merasa lebih nyaman dan cocok berobat ke rumah sakit yang berada di cirebon
Fasilitas kesehatan juga belum memadai di desa Jengkok ini. Keberadaan puskesmas yang cukup jauh, kekurangan tenaga medis, kurangnya fasilitas kesehatan seperti puskesmas, bidan, rumah sakit, apotek, dokter umum dan lain-lain. Lembaga penjamin kesehatan pun kurang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Terbukti banyak masyarakat yang mengeluhkan kurangnya bantuan dari BPJS atau KIS untuk mengurus masalah kesehatan mereka. Masyarakat harus mengeluarkan biaya berobat sendiri yang harusnya sudah dapat diatasi oleh kartu kartu super tersebut.
Masalah kebersihan pun turut menghiasi Desa Jengkok. Dimana tidak terdapatnya Tempat Pembuangan Akhir yang dimiliki oleh desa sehingga banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan seperti di pinggir jalan atau pun membuang sampah ke sungai. Pengurus desa telah bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk mengaktifkan kembali truk truk pengangkut sampah ke setiap rumah warga agar sampah sampah rumah tangga dapat dikelola dengan baik. Namun sampai saat ini belum terlihat adanya hasil dari koordinasi pengurus desa dengan pemerintah setempat.
VII. KESIMPULAN
Demografi mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi, dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahan sepanjang masa. Demografi tidak lepas dari komponen demografi yaitu berbicara mengenai kelahiran, kematian, dan migrasi. Demografi pada umumnya digunakan untuk mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu. Data dan statistik kependudukan dapat digunakan untuk mengetahui gambaran sosial dan ekonomi penduduk.
Dari hasil sensus yang di lakukan di RT 02/01 Desa Jengkok Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu dapat disimpulkan. Struktur penduduk RT 02/01 dilihat dari tife piramidanya tergolong tife III dimana bentuk piramida yang dikenal dengan bentuk sarang tawon kuno (old fashioned beehive). Piramidanya menggambarkan daerah yang mengalami penurunan kelahiran dan kematian. Dasar piramida terlihat dimana angka fertilitas dan mortalitas rendah. Jumlah usia produktif tinggi dimulai dari 16-19 dan 40-43. Karakteristik yang dimiliki piramida ini yaitu umur median sangat tinggi, dengan rasio ketergantungan rendah.
Dari struktur pekerjaan mayoritas bermatapencaharian sebagai petani dan perempuan bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri. Sehingga tingkat migrasi out di RT 02/01 ini terbilang cukup tinggi.
Selanjutnya perilaku kesehatan penduduk mayoritas penduduk yang menderita penyakit semuanya berobat ke tenaga medis dokter. Sudah jarang penduduk yang menggunakan obat-obat alternatif, hanya ada beberapa saja. Namun, fasilitas kesehatan di Desa Jengkok terbilang sangat kurang, hanya terdapat 1 bidan yang melayani untuk smeua masyarakat desa.
VIII. REKOMENDASI PEMBERDAYAAN
Berdasarkan data Desa Jengkok dan hasil sensus yang dilakukan, penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak tidak bekerja atau dikatakan sebagai Ibu Rumah Tangga. Sekalipun perempuan bekerja yaitu sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri yang bermigrasi dalam jangka waktu lama.
Data Desa Jengkok ada 371 wanita yang bekerja sebagai TKW, dan hasil sensus yang dilakukan di RT 02/01 ada 33 wanita yang tidak bekerja (IRT) dan di tingkat RT saja 10 wanita bekerja sebagai TKW. Dan berdasarkan satu kasus yang ditemukan pada saat melakukan sensus dimana satu rumah terdapat 2 anak berusia 15 tahun laki-laki dan 9 tahun perempuan mereka hanya hidup berdua, ibunya bekerja di Taiwan dan bapaknya menikah lagi dan meninggalkan anaknya. Walaupun bekerja menjadi TKW dibilang mempunyai penghasilan yang cukup tetapi jika anak tidak memiliki tempat perlindungan seperti orang tua rasanya itu bukan sebuah solusi kiranya. Karena orang tua sangat perlu mendampingi anaknya secara langsung.
Jadi pemberdayaan yang direkomendasikan adalah "Pemberdayaan Perempuan Berbasis Sumber Daya Alam di Desa Jengkok". Desa Jengkok di wilayah Indramayu terdapat sumber daya alam yang dapat diperbarui, yaitu tanaman mangga. Daerah ini terkenal sebagai penghasil mangga yang banyak dan enak. Mangga yang dipanen tidak hanya langsung dijual dengan harga murah. Jika dilakukan pemberdayaan seperti mengolah dari olahan mangga seperti manisan mangga, dodol mangga, atau apapun yang berbahan dasar mangga kiranya menambah nilai jual atau menambah nilai ekonomis mangga. Jadi dengan memanfaatkan local resources, mangga tidak dijual dengan harga murah begitu saja karena sudah diolah.
Pemberdayaan perempuan ini kiranya bisa menjadi solusi bagi perempuan ibu rumah tangga untuk menambah penghasilan dari home industri. Dan jika pemberdayaan perempuan bisa berjalan dengan baik diharapkan bisa mengurangi migrasi perempuan menjadi TKW dan berkurangnya kasus-kasus seperti yang ditemukan.
Jadi pemberdayaan yang direkomendasikan adalah "Pemberdayaan Perempuan berbasis Sumber Daya Alam di Desa Jengkok". Dan local resources yang paling mudah dan banyak dijumpai di desa tersebut adalah mangga. Dimana mangga diolah menjadi makanan yang bernilai ekonomi tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar