Rabu, 28 Desember 2016

AHMAD RIZAL dan SYIFA NUROHMAH_DEMOGRAFI dan KESEHATAN LINGKUNGAN_PMI5

nama: Ahmad Rizal dan Syifa Nurohmah
prodi: Pengembangan Masyarakat Islam/ 5

BAB I
FENOMENA UMUM
Pertumbuhan populasi dunia terjadi begitu cepat dari masa ke masa.
Bumi merupakan satu-satunya planet yang menjadi tempat tinggal manusia
semakin padat menampung jutaan kelahiran bayi tiap harinya.
Pertumbuhan populasi yang tidak terkendali akan menyebabkan kepadatan
penduduk. Hal ini merupakan fenomena yang terjadi, karena program
menahan lajupertumbuhan penduduk yang belum berhasil. Upaya
pengendalian lajupertumbuhan penduduk melalui berbagai program
kependudukan dan Keluarga Berencana dinilai berjalan lambat. Tentunya
ada pihak yang harus bertanggung jawab akan masalah tersebut. Di
Indonesia berbagai kebijakan pemerintah pusat tidak terlaksana hingga
ke tingkat kabupaten/ kota karena adanya otonomi daerah. Dalam hal ini
pemerintah dan DPR sekiranya mulai perlu merancang undang-undang
pengendalian laju pertumbuhan penduduk, demi kehidupan pada masa
mendatang.
Secara global masalah kependudukan sangat kompleks terjadi, seperti
data dan fakta yang ditulis dalam suplemen Majalah National Geographic
Indonesia edisi April 2011 melihat populasi dunia. Saat populasi bumi
mencapai tujuh miliar pada tahun 2011, presentase orang dengan standar
hidup yang layak mencapai angka tertinggi dalam sejarah kehidupan.
Namun, ketidakmerataan masih berlangsung, yaitu dua persen populasi
dunia.menguasai 50 persen kekayaan. Sisanya hanya masyarakat di bawah
garis kemiskinan dengan segala keterbatasan, sehingga saat ini
ketimpangan social jelas terlihat.
Daldjoeni dalam buku "Masalah Penduduk dalam Fakta dan Angka",
menuliskan masih dibutuhkan 40 tahun lebih untuk menghentikan
pertumbuhan penduduk. Bahkan dengan program KB yang intensif sekalipun
populasi dunia tetap akan berjumlah dua kali lipatnya, pada tahun 2020
jumlah umat manusia di planet kita mencapai tujuh miliar jiwa. Namun,
kondisi nyata yang terjadi sekarang lebih cepat terjadi dari perkiraan
sebelumnya. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan jumlah penduduk
dunia akan mencapai angka tujuh miliar pada Oktober 2011, meningkat
hamper dua ratus persen dibandingkan tahun 1950 yang hanya berjumlah
2,5 miliar jiwa (Liu,www.kompas.com, Juli 2011).
Leeuwenhoek seorang ahli geometri dalam buku How Many People Can The
Earth Support? Karya Joel Cohen seorang ahli biologi populasi
mengatakan, kawasan daratan yang berpenghuni di bumi luasnya 13.385
kali luas Belanda, jadi bumi hanya bisa menampung kurang dari 13.385
miliar manusia (Kunzig, 2011: 28). Kondisi seperti itu mungkin akan
terjadi mengingat laju pertumbuhan populasi yang kian melesat. Tujuh
miliar jiwa yang diperkirakan memadati dunia pada tahun 2011 menjadi
isu khusus yang dikemas dalam edisi Majalah National Geographic
Indonesia sepanjang tahun 2011. Laju pertumbuhan penduduk kian cepat
memang sulit untuk diperkirakan. Masalah kependudukan menjadi satu
poin yang terlahir dari imbas cepatnya fenomena tersebut. Inilah yang
menjadi tantangan tersendiribagi manusia dalam menghadapi kian
melesatnya jumlah populasi global. Persoalan lain yang menjadi
penyebab semakin padatnya dunia adalah semakin banyak anak tumbuh
dewasa dan semakin sedikit orang dewasa yang meninggal karena berbagai
penyakit yang dapat dicegah. Diperkirakan masa ledakan pertumbuhan
populasi berakhir di tahun 2050, bumi akan dipenuhi lebih dari
sembilan miliar jiwa. Tantangannya adalah bagaimana saling berbagi dan
menjaga keberlanjutan bumi dan meningkatkan kesejahteraan dengan
semakin banyaknya orang di dunia.
Dwight E. Lee dan Devey Bland menuliskan angka pertama yang
dikemukakan mengenai jumlah penduduk dunia hanya sejumlah 125.000
orang, diperkirakan hidup satu juta tahun yang lalu (Mantra, 2000:
45). Tapi kini pertumbuhan populasi yang cepat menimbulkan keuntungan
dan kerugian terhadap kelangsungan hidup manusia di dunia. Manusia
merupakan makhluk hidup yang secara lahiriah diciptakan menjadi
individu, namun dalam kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan
lingkungannya. Maka manusia juga dikenal sebagai makhluk sosial.
Populasi dunia yang terus meningkat juga akan menimbulkan beragam
permasalahan salah satunya adalah masalah kependudukan. Besarnya
populasi dianggap telah menimbulkan ketimpangan global karena sumber
daya alam (SDA) yang ada tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan
seluruh manusia. Hal inilah yang dituduh sebagai penyebab kemiskinan,
kehancuran lingkungan, dan kerawanan social (Rikasari,www.detik.com,
Juli 2010).
Keadaan seperti itu seperti sudah ditakdirkan dari awal kemunculan
manusia, Toynbee dalam Daldjoeni mengatakan sejak dari awal sejarahnya
manusia memang selalu terancam dengan dunia luarnya. Tantangan dari
lingkungan alam berupa iklim, perairan, tanah, hutan, harus dijawab
sendiri oleh akalnya. Manusia juga diposisikan sebagai makhluk yang
lebih kuat bertahan hidup dengan alat-alat yang dibuatnya guna
mempertahankan diri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Keharusan
manusia untuk menjawab semua tantangan dari lingkungan merupakan salah
satu pendorong bagi perkembangan peradabannya.
Data mencatat pada tahun 1650 jumlah penduduk negara Eropa, Amerika
Serikat, Amerika Tengah dan Amerika Selatan sebesar 113 juta jiwa,
pada tahun 1750 menjadi 152,4 juta jiwa, dan kemudian satu abad
berikutnya menjadi 325 juta jiwa penduduk dunia. Jadi dalam dua abad
jumlahnya menjadi tiga kali lipat (Mantra, 2000: 59). Pada 1975 hanya
ada tiga kota di seluruh dunia yang berpenduduk 10 juta jiwa. Kini ada
21 megakota serupa, sebagian besar di negara berkembang yang daerah
perkotaanya menyerap penduduk dunia yang terus bertambah banyak.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian dunia membuat
ilmuwan semakin giat berpikir untuk menganalisis fenomena kemanusiaan
tersebut, maka lahirlah beberapa ilmuwan demografi dengan
teori-teorinya. Tentang jumlah manusia yang mencapai tujuh miliar di
tahun 2011, sebenarnya telah diprediksi oleh Thomas Robert Malthus
(pelopor teori kependudukan) tahun 1798 yang dikenal sebagai teori
Malthusian menyatakan bahwa penduduk apabila tidak ada pembatasan,
akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa
bagian dari permukaan bumi ini. Di samping itu Malthus pun
menyampaikan bahwa manusia untuk hidup di bumi membutuhkan bahan
makanan, Tapi yang terjadi adalah laju pertumbuhan bahan makanan
dianggap lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Mantra,
2000: 62).
Terkait dengan dinamika kependudukan dalam pembangunan nasional,
Penduduk Indonesia terus bertambah dari waktu ke waktu. Indonesia
termasuk negara dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang besar dan
berpenduduk banyak. Indonesia juga terdiri atas ribuan pulau, beragam
budaya, ratusan suku, dan ratusan bahasa daerah. Hal ini pula yang
menjadi keunggulan Indonesia dilihat dari segi kependudukannya. Pada
tahun 2013, Indonesia tidak memiliki kegiatan pemutakhiran data
penduduk, karena biasanya sensus diadakan setiap 10 tahun sekali.
Namun dengan menggunakan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia,
diperkirakan jumlah keseluruhan penduduk Indonesia pada tahun 2013
sebesar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% per
tahun. Keadaan jumlah penduduk sebesar itu, tentu memerlukan perhatian
yang besar dari pemerintah/negara atau lembaga terkait untuk dapat
memenuhi kebutuhan penduduknya, agar jumlah penduduk yang besar ini
dapat berperan sebagai sumber daya pembangunan di tanah air. Jumlah
penduduk di setiap wilayah/provinsi maupun pulau juga berbeda-beda,
demikian juga dengan angka pertumbuhan yang berbeda pula.
Pertumbuhan penduduk Indonesia semakin tahun semakin bertambah
jumlahnya. Jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan dari tahun
1971 sampai tahun 1980 sebanyak 28.282.069 jiwa (23,72%). Secara
keseluruhan rata-rata kenaikan jumlah penduduk setiap 10 tahun hampir
mencapai 20%. Perlu diketahui bahwa menurut perkiraan Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional, jumlah penduduk Indonesia akan menjadi
250 juta jiwa pada tahun 2014 dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen
per tahun. Salah satu penyebab bertambahnya jumlah penduduk adalah
tingginya tingkat kelahiran. Jumlah penduduk yang begitu besar di
Indonesia menjadi permasalahan serius terutama di daerah perkotaan.
Karena semakin besar jumlah dan pertumbuhan penduduk, semakin banyak
pula permasalahan yang dihadapi oleh suatu daerah. Sebagai contoh
dengan pertambahan jumlah penduduk tentu harus dibarengi dengan
penambahan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Jumlah penduduk Jawa Barat menurut BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2012
mencapai 44.548.431 jiwa atau 18,24% penduduk Indonesia, terdiri dari
laki-laki sebanyak 22.609.621 jiwa dan perempuan sebanyak 21.938.810
jiwa (ditambah spasi) (Pusdalisbang Provinsi Jawa Barat, 2013). Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP) Jawa Barat pada periode 2007-2012
berfluktuasi dan lebih tinggi dari LPP Nasional sebagaimana pada
Gambar 2.1. Fluktuasi pertumbuhan penduduk tersebut, diakibatkan
kontribusi dari pertumbuhan migrasi penduduk (1,1%) sementara
pertumbuhan berdasarkan kelahiran (0,8%) menurut data Tahun 2011, hal
ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang
terbuka untuk keluar masuknya arus migrasi dari atau ke Provinsi lain.












Sumber: BPS Jawa Barat, 2007-2012
Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jawa Barat
Tahun 2007-2012
Secara demografis, komposisi penduduk Jawa Barat berdasarkan kelompok
umur menurut Sensus Penduduk (SP) Tahun 2010 adalah kelompok umur 0-14
tahun sebesar 29,27%, kelompok umur 15 – 59 tahun (usia produktif)
sebesar 63,69% , dan kelompok umur 60 tahun keatas (kelompok
masyarakat lanjut usia berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998
Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia) sebesar 7,04%.














Pada akhir Tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tercatat
sebanyak 1.697.491 jiwa. Sedangkan pada akhir Tahun 2014 angka
tersebut telah berubah menjadi 1.708.551 jiwa, keadaan ini menunjukkan
adanya kenaikan sebesar 11.060 jiwa, dengan demikian laju pertumbuhan
penduduk Kabupaten Indramayu Tahun 2013-2014 sebesar 0,65%. Laju
Pertumbuhan mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.






Adapun komposisi jumlah penduduk Indramayu Tahun 2014 ini terdiri dari
Laki-laki 880.024 jiwa dan penduduk perempuan 828.527 jiwa, dengan sex
ratio 106,22. Komposisi Penduduk Kabupaten Indramayu menurut struktur
umur dan jenis kelamin dapat digambarkan dengan jelas oleh piramida
penduduk. Dari piramida penduduk dapat dilihat bahwa selama lima tahun
terakhir telah terjadi penurunan fertilitas.






BAB II
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN KONTEKS SOSIAL STUDI
1. Gambaran Wilayah
Kabupaten Indramayu secara geografis terletak antara 10751'-10836'
Bujur Timur dan 615'-640' Lintang Selatan dengan luas wilayah 2.040,11
Km2. Wilayah Kabupaten Indramayu di sebelah utara berbatasan dengan
Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa dan Kabupaten
Cirebon, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang sedangkan
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Sumedang, dan
Cirebon. Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pesisir
pantai utara P. Jawa membuat suhu udara di Kabupaten ini cukup tinggi
yaitu berkisar antara 18° Celcius-28° Celcius. Sementara rata-rata
hujan yang terjadi di Kabupaten Indramayu adalah 1.061,25 mm/tahun.
Adapun curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Indramayu kurang
lebih sebesar 1.552 mm dengan jumlah hari hujan tercatat 59 hari,
sedang curah hujan terendah terjadi di Kecamatan Cikedung kurang Lebih
sebesar 616 mm dengan jumlah hari hujan tercatat 54 hari (BPS, 2003 :
1).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Indramayu
memiliki luas wilayah yang tercatat seluas 204.011 Ha yang terdiri
atas 115.029 Ha tanah sawah (56,38%) dengan irigasi teknis sebesar
65.743 Ha, 19.229 Ha setengah teknis 2.769 Ha irigasi sederhana PU dan
2.563 Ha irigasi non PU sedang 23.258 Ha di antaranya adalah sawah
tadah hujan. Adapun luas tanah kering Kabupaten Indramayu tercatat
seluas 88.982 Ha atau sebesar 43,62% merupakan tanah kering.
penggalian sejumlah sumur. Dari ratusan sumur yang dibor,
daerah-daerah yang berhasil memproduksi adalah Jatibarang, Cemara,
Kandanghaur Barat dan Timur, Tugu Barat, dan Lepas Pantai. Pada tahun
1980 Pertamina mendirikan terminal Balongan untuk menyalurkan bahan
bakar minyak (BBM). Kilang yang dibangun tahun 1990 tersebut mulai
beroperasi pada tahun 1994. Dikelola oleh Pertamina Unit Pengolahan
(UP) VI Balongan. Produksi kilang BBM berkapasitas 125.000 BPSD
(barrel per stream day) boleh dibilang seratus persen disalurkan untuk
DKI Jakarta. Sedangkan produksi gas atau LPG yang dikelola Kilang LPG
Mundu VI dengan kapasitas 37,3 MMSCFD (juta kaki kubik per hari) di
Kecamatan Karangampel, disalurkan untuk Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Dari sisi statistik, migas jelas-jelas dominan dalam kegiatan ekonomi
Indramayu, khususnya sektor pertambangan dan penggalian. Tahun 1996
subsektor minyak dan gas mencapai 53,82 persen, sementara empat tahun
kemudian 55,16 persen. Di satu sisi migas memberi kontribusi bagi
kegiatan ekonomi kabupaten, tapi di sisi lain migas memicu
'pertarungan' antara Pertamina, Pemerintah Kabupaten Indramayu dan
pemerintah pusat.
Persoalan utamanya adalah jumlah dana bagian daerah-sesuai UU No
25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah-dianggap tidak adil oleh pemerintah daerah (pemda). Selama ini
kontribusi migas yang diterima pemda hanyalah Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB). Untuk lima tahun terakhir realisasi penerimaan PBB di sektor
pertambangan terus meningkat, antara lain Rp 8,3 milyar (1996). Dari
beberapa keunggulan diatas, Kabupaten Indramayu juga merupakan gudang
tambak. Seperti di Kecamatan Balongan, terhampar ratusan hektar
tambakudang, tambak bandeng, dan tambak garam. Potensi alam lainnya di
Indramayu adalah mangga. Itu sesuai dengan julukannya sebagai Kota
Mangga sehubungan di sana banyak tanaman mangga. Mangga daerah ini
dikenal manis. Selain itu sarang burung alet juga merupakan kekuatan
Indramayu.








Peta desa Jengkok
Desa Jengkok merupakan desa yang berada didaerah dataran rendah pantai
utara Pulau Jawa, dengan ketinggian 65 M diatas permukaan air laut.
Sebagian besar wilayah desa adalah lahan pertanian/sawah dan tegalan.
Desa Jengkok Terletak antara 6°.85 Lintang Selatan dan 108°.15 Bujur
Timur, dengan luas wilayah 488,164 Ha. terdiri dari 3 Dusun, 3 RW dan
16 RT. dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Tenajar Kidul
Sebelah Selatan : Desa Guwa Lor Kec. Kali Wedi - Cirebon
Sebelah Barat : Desa Tulungagung
Sebelah Timur : Desa Tegalwirangrong
Jarak dari Desa Jengkok ke ibu kota Kecamatan Kertasemaya 2.5 Km,
jarak ke ibu kota Kabupaten Indramayu 47 Km, jarak ke ibu kota
Provinsi Bandung 135 Km dan jarak ke ibu kota Negara Jakarta 230 Km.
Sumber air yang ada di Desa Jengkok meliputi air permukaan dan air
tanah. Air permukaan berupa sungai dan air tanah berupa genangan,
yang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Sesuai dengan kebijakan
penyediaan air baku untuk irigasi, maka di Desa Jengkok mendapat
pasokan pelayanan irigasi berasal dari Bendung Rentang yang berada di
daerah Kabupaten Majalengka. Sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga,
masyarakat menggunakan air bersih dari sumur gali dan sumur pompa.
Luas Desa seluruhnya 455.164 Ha, terdiri dari lahan sawah 388.164
Ha (70 %) dan tanah darat 67 Ha (30 %). Untuk lebih jelasnya mengenai
luas dan penggunaan tanah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya
No L a h a n Luas (Ha)
1 Lahan Sawah 1.Sawah Teknis 250
2.Sawah Setengah Teknis 138,164
3.Sawah Tadah Hujan -
2 Lahan Darat 1. Pemukiman 59
2. Pekarangan 8
3. Tegalan -
4. Lain-lain -
Jumlah 455.164

a) Batas Wilayah Desa
Letak geografi Desa Jengkok, terletak diantara :
1. Sebelah Utara : Desa Tenajar Kidul
2. Sebelah selatan : Desa Gua Lor
3. Sebelah Barat : Desa Tulungagung
4. Sebelah Timur : Desa Tegal Wirangrong
b) Luas Wilayah Desa
1. Pemukiman .......................................................... ……...:
78 ha
2. Pertanian Sawah
................................................................: 388,164ha
3. Ladang/tegalan
.................................................................: 1
ha
4. Hutan .................................................................
: - ha
5. Rawa-rawa ................................................................: -
ha
6. Perkantoran ......................................................... ………: 0,25 ha
7. Sekolah ......................................................... ………: 0,75 ha
8. Jalan ......................................................... ………: 20 ha
9. Lapangan sepak bola
....................................................: - ha
c) Orbitasi
1. Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat
............................... : 4,5 KM
2. Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan ....................... :
15 Menit
3. Jarak ke ibu kota kabupetan
................................. ……….: 47 KM
4. Lama jarak tempuh ke ibu kota Kabupaten ...................... :
1 Jam
d) Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
1. Kepala Keluarga......................................................... :
1.912 KK
2. Laki-laki ......................................................... :
3.673 Orang
3. Perempuan ......................................................:
3.725 Orang


2. KEADAAN SOSIAL
a). Pendidikan
1. SD/ MI ..........................................................:
6.060 Orang
2. SLTP/ MTs
.........................................................: 1.363
Orang
3. SLTA/ MA ...........................................................:
696 Orang
4. S1/ Diploma .......................................................... …..:
215 Orang
5. Putus Sekolah
........................................................... ….: 1.448
Orang
6. Buta Huruf .......................................................... …..:
528 Orang

b). Lembaga Pendidikan
1. Gedung TK/PAUD : 3 buah/ Lokasi di Dusun Secang/Rw.01 dan Jengkok
Barat/Rw.02
2. SD/MI : 7 buah/ Lokasi di Dusun Rw.01, Rw.02 dan Rw.03
3. SLTP/MTs : 1 buah/ Lokasi di Dusun Jengkok Barat / Rw.02
4. SLTA/MA : - buah/ Lokasi di Dusun.
5. Lain-lain : - buah/ Lokasi di Dusun.

c). Kesehatan
a. Kematian Bayi
1. Jumlah Bayi lahir pada tahun ini .............................. :
26 orang
2. Jumlah Bayi meninggal tahun ini ............................... :
1 orang
b. Kematian Ibu Melahirkan
1. Jumlah ibu melahirkan tahun ini .................................:
.26 orang
2. Jumlah ibu melahirkan meninggal tahun ini .................: - orang

c. Cakupan Imunisasi
1. Cakupan Imunisasi Polio 3 .................................. : 270 orang
2. Cakupan Imunisasi DPT-1 .................................. : 223 orang
3. Cakupan Imunisasi Cacar .................................. : 200 orang
d. Gizi Balita
1. Jumlah Balita ....................................: 467 orang
2. Balita gizi buruk ....................................: 3 orang
3. Balita gizi baik ................................... : 459 orang
4. Balita gizi kurang ................................... : 5 orang
e. Pemenuhan air bersih
1. Pengguna sumur galian .................................. : 47 KK
2. Pengguna air PAM .................................. : - KK
3. Pengguna sumur pompa .................................. : 1054KK
4. Pengguna sumur hidran umum.................................. : - KK
5. Pengguna air sungai ................................... : 801 KK

d). Keagamaan.
1. Data Keagamaan Desa Jengkok Tahun 2015
Jumlah Pemeluk :
- Islam ............................................................:
5505 orang
- Katolik ............................................................:
- orang
- Kristen ............................................................:
- orang
- Hindu ............................................................:
- orang
- Budha ............................................................:
. - orang
2. Data Tempat Ibadah
Jumlah tempat ibadah :
- Masjid/ Musholla ................................................:
33 buah
- Gereja ................................................: - buah
- Pura ................................................: - buah
e). Adat Budaya
1. Data kegiatan Adat Budaya :
- Mapag Sri ................................................: 1 Kegiatan
- Sedekah Bumi ................................................: 1 Kegiatan
- Baritan ............................................................:
12 Kegiatan
- Kliwonan ............................................................:
1 Kegiatan

3. KEADAAN EKONOMI
a). Pertanian
Jenis Tanaman :
1. Padi sawah ............................................................:
388,164 ha
2. Padi Ladang ............................................................:
- ha
3. Jagung ............................................................:
1,000 ha
4. Palawija ............................................................:
- ha
5. Tembakau ............................................................:
- ha
6. Tebu ............................................................:
- ha
7. Kakao/ Coklat ............................................................:
- ha
8. Karet ............................................................:
- ha
9. Kelapa
............................................................:
1,000ha
10. Singkong ............................................................:
4,000 ha
11. Lain-lain ............................................................:
1,000 ha
b). Peternakan
Jenis ternak :
1. Kambing .............................................................:
117 ekor
2. Sapi .........................................................: 12 ekor
3. Kerbau .........................................................:
- ekor
3. Ayam .............................................................:1325
ekor
4. Itik .........................................................: 2500 ekor
5. Burung .............................................................:
90 ekor

c). Perikanan
1. Tambak ikan .............................................................:
- .ha
2. Tambak udang .............................................................:
- ha
3. Tambak Ikan Lele .............................................................:
1,5 ha
d). Struktur Mata Pencaharian

Jeis Pekerjaan :

1. Petani ............................................................:
854 orang
2. Pedagang ............................................................:
167 orang
3. PNS ............................................................:
18 orang
4. Tukang ............................................................:
29 orang
5. Guru ............................................................:
9 orang
6. Bidan/ Perawat ............................................................:
1 orang
7. TNI/ Polri ............................................................:
5 orang
8. Pensiunan ............................................................:
2. orang
9. Sopir/ Angkutan ............................................................:
24 orang
10. Buruh ............................................................:
329 orang
11. Jasa persewaan ............................................................:
4 orang
12. Swasta ............................................................:
32 orang

4. KONDISI PEMERINTAHAN DESA
a). Lembaga pemerintahan
Jumlah aparat desa :
1. Kepala Desa : 1 orang
2. Sekretaris Desa : 1 orang
3. Perangkat Desa : 10 orang
4. BPD : 9 orang
b). Lembaga kemasyarakatan
Jumlah Lembaga Kemasyarakatan :
1. LPM ............................................................:
1 Kelompok
2. PKK ............................................................:
1 Kelompok
3. Posyandu ............................................................:
5 Kelompok
4. Pengajian ............................................................:
15 Kelompok
5. Arisan ............................................................:
5 Kelompok
6. Simpan Pinjam ............................................................:
- Kelompok
7. Kelompok Tani ............................................................:
15 Kelompok
8. Gapoktan ............................................................:
1 Kelompok
9. Karang Taruna ............................................................:
3 Kelompok
10. Risma ............................................................:
.3 Kelompok
11. Ormas/LSM ............................................................:
1 Kelompok
12.
Lain-lain ............................................................:
- Kelompok

c). Pembagian Wilayah
Nama Dusun :
1. Kasun / RW.01
............................................................: Jumlah
6 RT
2. Kasun / RW.02
.............................................................: Jumlah
6 RT
3.Kasun / RW.03
............................................................: Jumlah 6
RT

B. METODOLOGI

Dalam kesempatan kali ini, kami mendapatkan tugas mata kuliah
demografi, kesehatan lingkungan dan metode riset aksi. Dalam mata
kuliah tersebut kami ditugaskan untuk menyensus wilayah kabupaten
indramayu tepatnya di desa jengkok kec. Kertasemaya (rumah yuyun) RT
02/RW 01. RT 02 termasuk salah satu wilayah yang warganya terbilang
banyak, maka dari itu RT 02 dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok kami
yaitu Ahmad Rizal dan Syifa Nurohmah, dan kelompok lainnya yaitu Risna
Siti Rahmah dan Ilmam Fachrizen.
Pada hari pertama melakukan observasi, yaitu pada hari kamis, 24
november 2016. Kami mendatangi Kantor Kuwu Desa Jengkok, setelah
berbincang-bincang mengenai Desa Jengkok, kami dan yang lainnya
mendapatkan wilayah Rw 001 dan membaginya kedalam 6 kelompok namun ada
2 RT yang mendapat 2 kelompok. Setelah itu kami langsung menuju ke
rumah bapak RT 02 yang bernama Bapak Kandeg untuk meminta izin
melakukan wawancara ke rumah-rumah warga RT 02 dan langsung
mewawancarai warga RT 02.
Metode yang digunakan adalah metode historis dengan menggunakan studi
literature dan wawancara sebagai teknik penelitiannya. Metode historis
adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis terhadap terhadap
rekaman serta peninggalan masa lampau dan menuliskan hasilnya
berdasarkan fakta yang telah diperoleh yang disebutkan historiografi
(Gottschalk, 1975: 32). Pendapat yang lain mengatakan bahwa metode
historis adalah suatu proses pengkajian, penjelasan dan analisis
secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau
(Syamsuddin, 1996: 63). Adapun langkah-langkah penelitian dalam metode
historis ini meliputi: pertama heuristik; yaitu suatu kegiatan
mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah; kedua
kritik sumber, yaitu meneliti secara kritis baik ekstern maupun intern
terhadap semua sumber sejarah yang berhasil dikumpulkan sehingga
mendapatkan sejumlah fakta tentang fenomena demografi di RT 002/001
pada tahun 2016; ketiga adalah interpretasi yang merupakan tahapan
menafsirkan sederet fakta yang telah diperoleh dengan menggunakan
pendekatan interdisipliner, selanjutnya adalah historiografi yang
merupakan tahapan terakhir yakni proses rekonstruksi kembali peristiwa
penting terkait fenomena demografi di RT 002/001 pada tahun 2016.



BAB III
ANALISIS DATA

1. Data jumlah total penduduk
2. Data jumlah total penduduk laki-laki
3. Data jumlah total penduduk perempuan
4. Data jumlah total penduduk yang dilahirkan pada tahun 2016
5. Data jumlah total pendudukyangmeninggal (TIDAK ADA)
6. Data jumlah total penduduk yang bermigrasi
7. Data jumlah total tingkatan penduduk (usia)


A. Tabel Struktur Data
Dari penelitian yang telah dilakukan di Desa Jengkok, Kecamatan
Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, kami akan memaparkan data yang
mencakup 1 desa.

Data Jumlah Penduduk Desa Jengkok berdasarkan RW
No. Dusun/RW Jumlah
Jiwa KK
1. RW 01 2.403 791
2. RW 02 2.116 759
3. RW 03 961 342
Jumlah 5.480 1.892






Dari data tabel jumlah penduduk Desa Jengkok berdasarkan RW, Terdapat
5.480 jiwa. Diantaranya RW 01 yang mempunyai 2.403 jiwa dengan jumlah
791 KK. Di RW 02 terdapat 2.116 jiwa dengan jumlah 759 KK. Dan untuk
RW 03 sebanyak 961 dengan jumlah 342 KK. Jadi, bisa disimpulkan bahwa
penduduk Desa Jengkok terbanyak terdapat di RW 01.
Data Lengkap RW 01
a. Struktur Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
No. RT Jumlah Penduduk Jenis Kelamin
LK PR
1. 01 269 131 138
2. 02 279 145 134
3. 03 545 276 269
4. 04 259 130 129
5. 05 137 74 63
6. 06 214 119 95
Total 1.703 875 828

Dari data tabel struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin, Desa
Jengkok, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, tepatnya di RW
01, terdapat 1.703 orang. Diantaranya, berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 875 orang, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 828 orang.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa penduduk di wilayah RW 01 didominasi oleh
penduduk berjenis kelamin laki-laki.
Pada pelaksanaan sensus di RT 02 dilakukan oleh 2 kelompok, secara
umum di RT 02 terdapat 78 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk
yang disensus sebanyak 279 jiwa, dengan rincian sebagai berikut:
Usia Laki-laki Perempuan JML
0-3 THN 8 4 12
4-7 THN 4 7 11
8-11 THN 12 8 20
12-15 THN 8 9 17
16-19 THN 15 12 27
20-23 THN 8 10 18
24-27 THN 6 7 13
28-31 THN 4 3 7
32-35 THN 11 13 24
36-39 THN 13 9 22
40-43 THN 14 17 31
44-47 THN 10 11 21
48-51 THN 5 3 8
52-55 THN 5 7 12
56-59 THN 5 6 11
60-63 THN 7 4 11
64-67 THN 5 2 7
68-71 THN 4 1 5
72-75 THN 1 1 2
JML 145 134 279


Piramida Penduduk Rt 02/01 Secara Umum

Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Usia
No Jumlah penduduk Jenis kelamin
Lk pr
142 orang 69 73
Persentase 48,59% 51,41%




Berdasarkan Tabel di atas dapat diidentifikasikan bahwa berdasarkan
jenis kelamin dalam penelitian ini yaitu responden yang berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 69 orang ( 48,59% ), sedangkan yang
berjenis kelamin Perempuan berjumlah 73 orang ( 51,41% ). Tabel di
atas menunjukan bahwa mayoritas dalam penelitian ini penduduk Rt 002
Rw 01 (Kelompok 2) yaitu berjenis kelamin perempuan.
USIA P L JUMLAH
0-3 thn 2 5 7
4-7 thn 4 2 6
8-11 thn 4 8 12
12-15 thn 5 3 8
16-19 thn 5 6 11
20-23 thn 8 5 13
24-27 thn 4 4 8
28-31 thn 1 2 3
32-35 thn 9 6 15
36-39 thn 4 6 10
40-43 thn 11 6 17
44-47 thn 6 3 9
48-51 thn 1 2 3
52-55 thn 4 1 5
56-59 thn 1 2 3
60-63 thn 2 3 5
64-67 thn 1 2 3
68-71 thn 1 3 4
72 > 0 0 0
73 69 142

BerdasarkanTabel Di Atas Jumlah Usia Terbanyak Pada Usia 40-43 Yaitu
Sebanyak 17 Orang. Pada usia tersebut kebanyakan dari mereka bekerja
sebagai petani dan ibu rumah tangga. Dan tidak terdapat usia di atas
72 tahun.
Struktur Berdasarkan Pekerjaan
NO JENIS PEKERJAAN P L
1 BURUH TANI 6 11
2 IRT 33 -
3 PELAJAR 13 19
4 PETANI - 17
5 PEDAGANG 4 3
6 TidakBekerja 5 4
7 TKI 5 4
8 WIRASWASTA - 5
9 TUKANG BANGUNAN - 2
10 GURU 1 1
11 BURUH PABRIK 1 -
12 Anak di bawahumur (ADU) 3 5
71 71

Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia yang
sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS), yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah
penduduk berumur 15 tahun keatas. Penduduk usia kerja ini dibedakan
sebagai angkatan kerja yang terdiri dari bekerja dan mencari
pekerjaan, serta bukan angkatan kerja yang terbagi atas yang
bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Dengan tersedianya
lapangan pekerjaan, maka tenaga kerja yang tersedia dapat terserap
dengan baik. Kesempatan kerja yang tidak penuh merupakan pemunculan
lain dari pada masalah kesempatan kerja yang kurang mencukupi.
Selanjutnya keadaan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari mata
pencaharian. Mata pencaharian penduduk RT 002 RW 01 Desa Jengkok
terbagi menjadi 11 bidang jenis pekerjaan. Komposisi penduduk menurut
pekerjaan dapat dilihat pada tabel diatas.
Pada tabel di atas berdasarkan mata pencaharian terdiri dari yang
bekerja di sektor pertanian sebanyak 34 orang, di sektor perdagangan
sebanyak 7 orang, adapun yang bekerja di luar sebagai TKI sebanyak 9
orang dan lainnya. Keadaan geografis desa jengkok merupakan daerah
agraris. Sebagianbesar penduduk bermatapencaharian sebagai petani,
baik petani sendiri maupunburuh tani.
Struktur Berdasarkan Area Kerja
JUMLAH PENDUDUK JENIS KELAMIN LOKASI ATAU JARAK
TEMPAT BEKERJA LAINNYA (TKI)
(DIHITUNG JARAK DARI RUMAH)
L P 0-1 km 2-10 km 11-20 km >20
Km Jepang Korea Taiwan Singapura
142 orang 44 10 24 4 2 1 2 1
16 4 6 1 2 2 1
Berdasarkan table diatas area kerja terbanyak padaj arak 2-10 KM.
dikarenakan tempat mereka bekerja atau lahan pertanian yang jauh. Pada
jarak>20 KM terdapat 3 orang yang bekerja di Jakarta.
Struktur Berdasarkan Angka Kelahiran (Fertilitas)
JUMLAH Kelahiran JENIS KELAMIN KELAHIRAN THN 2016 KETERANGAN
L P
3 anak 2 1 minggu dan 11 bulan kelahiran sesar
1 3 bulan
Berdasarkan tabel di atas terdapat jumlah kelahiran sebanyak 3 anak
pada tahun 2016, dari 3 anak tersebut semuanya proses persalinannya
secara sesar dikarenakan sesar menjadi salah satu pilihan yang banyak
di minati dan juga prosesnya yang terbilang mudah walaupun mereka
harus mengeluarkan uang lebih untuk proses persalinan secara sesar.
Struktur Berdasarkan Angka Migrasi
1. Teori Migrasi
Teori Lewis (1954) tentang mobilitas penduduk (migrasi) yang
menyatakan perbedaan kesempatan ekonomi terutama perbedaan dalam
tingkat upah dianggap sebagai penyebab utama terjadinya migrasi.
Dengan demikian, sebagian terbesar perbedaan tingkat upah akan
menyebabkan makin bertambahnya volume arus migrasi (Mulyadi,
2003:131). Banyak sekali faktor pendorong dan penarik. Diantaranya,
menurut Khoirudin (19922: 7) ada dua macam faktor yang menentukan
yaitu faktor-faktor yang bersifat pendorong dari daerah asal (push
factor)dan faktor-faktor yang bersifat penarik dari daerah tujuan
(pull factor).
Faktor-faktor pendorong (push factor), antara lain:
a. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya
dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang
tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti
hasil tambang, kayu atau bahan dari pertanian.
b. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah
untuk pertanian di pedesaan yang semakin menyempit).
c. Adanya tekanan-tekanan politik, agama, suku sehimngga
mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
d. Alasan pendidikan, pekerjaan, perkawinan.
e. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami,
musim kemarau panjang, atau adanya wabah penyakit.
Faktor-faktor penarik (pull factor), antara lain:
a. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikai taraf hidup.
b. Adanya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik.
c. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya
iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
d. Adanya aktifitas-aktifitas di kota besar, tempat-tempat hiburan,
pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk
bermukim di kota besar tersebut.

JUMLAH MIGRASI JENIS KELAMIN
TAHUN MIGRASI PENYEBAB
L P MI MO
13 8 1 7 nikah dan kerja
5 5 kerja
total 1 12

Berdasarkan hasil sensus di RT 002 RW 01, yang bermigrasi ke luar
negri sebanyak 9 orang dan yang bermigrasi ke luar kota sebanyak 3
orang dan yang bermigrasi in sebanyak 1 orang. Bagi sebagian besar
penduduk Desa Jengkok RT 002 RW 01 yang rata-ratamemiliki kondisi
sosial-ekonomi yang tidak terlalu baik, keputusan untukmenjadi TKI di
luar negeri tidak hanya sekedar alternatif melainkan sudah menjadi
pilihan dengan segala pertimbangan yang matang. Para TKI tersebut
yakin bahwa pengorbanan yang sedemikian besar tidak akan sia-sia,
karena mereka memiliki harapan bahwa mereka akan mampu membawa serta
mempersembahkan hasil jerih payahnya tidak hanya untuk dirinya sendiri
namun juga untuk seluruh keluarganya di kampung halaman. Meskipun
mereka menyadari bahwa keputusan bekerja di negeri orang berarti harus
meninggalkan kampung halamannya dan berada jauh dari keakraban
keluarga dan keluarga selama ini dinikmati.




PIRAMIDA PENDUDUK RT 02/01
Kelompok 2













Dalam piramida penduduk di atas digambarkan bahwa pada usia 0-7
relatif rendah atau mengerucut sama seperti di usia lanjut 48-71
tahun, sedangkan pada usia 32-47 relatif tinggi. Bentuk piramida di
atas piramida stationer karena perbandingan jumlah penduduk pada
kelompok usia muda dan dewasa relatif seimbang, tingkat kelahiran
umumnya tidak begitu tinggi, demikian pula dengan angka kematian
relatif lebih rendah, pertumbuhan penduduk kecil.





KESEHATAN LINGKUNGAN
A. Kemiskinan dan Kesehatan Indonesia
Kesehatan merupakan faktor penentu bagi kesejahteraan sosial. Orang
yang sejahtera bukan saja orang yang memiliki pendapatan atau rumah
yang memadai. Melainkan pula orang yang sehat baik jasmani maupun
rohani (Suharto, 2007 :17). Dari pernyataan tersebut, diketahui bahwa
kesehatan merupakan salah satu unsur penting yang harus dimiliki
manusia untuk mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak
masyarakat dunia khususnya Indonesia belum mampu untuk memenuhinya.
Dengan kata lain, derajat kesehatan masyarakat Indonesia, terutama
masyarakat miskin dan kurang mampu, masih terbilang rendah. Kemiskinan
dan kesehatan pada dasarnya saling berhubungan, yaitu hubungan yang
tidak pernah putus terkecuali dilakukan interfensi pada salah satu
atau kedua sisi, yakni pada kemiskinan atau penyakitnya. Kemiskinan
sudah pasti mempengaruhi kesehatan, sehingga orang miskin rentan
terhadap berbagai penyakit, karena mereka mengalami gangguan seperti
menderita gizi buruk, pengetahuan kesehatan kurang, perilaku kesehatan
kurang, lingkungan pemukiman yang buruk, serta biaya kesehatan tidak
tersedia. Sebaliknya, kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat
yang sehat menekan kemiskinan karena orang sehat memiliki kondisi
seperti: produktivitas kerja tinggi, pengeluaran berobat rendah,
investasi dan tabungan memadai, tingkat pendidikan maju. Tingkat
fertilitas dan kematian rendah serta stabilitas ekonomi yang mantap.
Masalah kesehatan merupakan hal yang rentan dihadapi oleh masyarakat
miskin, hal ini diakibatkan karena keterbatasan ekonomi mereka dalam
upaya mempersehat diri dan memenuhi kebutuhan masing – masing. Undang
– Undang dasar 1945 pasal 28 H dan Undang – Undang Nomor 23 Tahun1992
tentang Kesehatan, secara tegas menyatakan bahwa, setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga
dan masyarakat Indonesia berhak memperoleh perlindungan terhadap
kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhinya
hak hidup sehat bagi setiap penduduknya tidak terkecuali masyarakat
miskin dan tidak mampu (Departemen Kesehatan RI, 2008:1).Realitanya,
saat ini derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah, hal ini
tergambarkan dari angka kematian bayi (AKB) pada kelompok masyarakat
miskin tiga setengah sampai empat kali lipat lebih tinggi dari
kelompok masyarakat tidak miskin. Masyarakat miskin juga cenderung
rentan terhadap penyakit dan penyakit menular cenderung lebih cepat
menular di lingkungan mereka. Berdasarkan indikator Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yang cukup
tinggi, yaitu AKB 26,9/1000 kelahiran hidup, dan AKI 248/100.000
kelahiran hidup, serta umur harapan hidup 70,5 tahun, derajat
kesehatan masyarakat miskin dinilai masih sangat rendah. Derajat
kesehatan masyarakat miskin yang masih sangat rendah tersebut
diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan.
Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan
tingginya biaya kesehatan di Indonesia.
Beberapa upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin memerlukan
penyelesaian menyeluruh dan perlu disusun strategi serta tindak
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang peduli terhadap penduduk miskin.
Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi upaya – upaya
seperti:
b. Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah – masalah
kesehatan yang banyak diderita masyarakat miskin, seperti TB, alaria,
kurang gizi. PMS, dan berbagai penyakit infeksi lain dan kesehatan
lingkungan;
c. Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu;
d. Meningkatkan penyediaan serta efektifitas berbagai pelayanan
kesehatan masyarakat yang bersifat non personal, seperti penyuluhan
kesehatan, regulasi pelayanan kesehatan termasuk penyediaan obat,
keamanan dan fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan lingkungan
serta kesehatan dan keselamatan kerja;
e. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu;
f. Realokasi berbagai sumber daya yang tersedia dengan memprioritaskan daerah.
Saat ini pemerintah sedang memantapkan penjaminan kesehatan bagi
masyarakat miskin sebagai bagian dari pengembangan jaminan secara Atas
dasar pertimbangan untuk pengendalian biaya pelayanan kesehatan,
peningkatan mutu, transparansi dan akuntabilitas dilakukan perubahan
pengelolaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat miskin pada tahun
2008. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran
pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke
Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif
paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di RS, penempatan pelaksana
verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim
Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota serta
penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk
menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin
yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini
berganti nama menjadi "Jaminan Kesehatan Masyarakat" yang selanjutnya
disebut Jamkesmas (Departemen Kesehatan RI, 2008: 3).
B. Kaitan Kemiskinan dan Kesehatan dengan Aspek Lain
Kondisi kemiskinan dan kesehatan di Indonesia merupakan kondisi yang
tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi saling terkait, dan dipengaruhi
oleh aspek lain yang dapat memperberat ataupun memperingan kondisi
kemiskinan dan kesehatan. Di bawah ini akan diuraikan analisa situasi
kemiskinan dan kesehatan, dari aspek geografi, demografi, sumber daya
alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan.
Aspek Geografi
Kondisi geografi Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan
lebih dari 17.000 pulau dan dengan wilayah lautan yang amat luas,
merupakan salah faktor penghambat bagi pemerintah dalam berupaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat miskin di daerah yang
letaknya terpencil, dikarenakan untuk menjangkau daerah terpencil
tersebut dibutuhkan sarana transportasi dan komunikasi dengan biaya
operasional yang tinggi, sementara pemerintah kita belum mampu
menyediakannya. Sedangkan letak Indonesia yang berada di daerah tropis
merupakan reservoir yang tepat bagi berkembang biaknya berbagai
penyakit malaria, TB Paru, dan lain-lain, yang juga banyak menyerang
masyarakat miskin. Penyakit Malaria menyebar cukup merata di seluruh
kawasan Indonesia, yang paling banyak terdapat di luar Jawa-Bali. Di
beberapa tempat merupakan daerah endemis malaria. Perkembangan
penyakit malaria dalam beberapa tahun lalu cenderung meningkat di
semua wilayah, mulai tahun 2001 sudah mulai terjadi penurunan. Untuk
penyakit TB Paru menurut Suskernas 2001, TB Paru menempati urutan ke 3
penyebab kematian umum. WHO memperkirakan Indonesia merupakan negara
dengan kasus TB Paru terbesar ke 3 di dunia.

Aspek Demografi
Dari Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milllenium
Indonesia yang dikeluarkan oleh BAPPENAS pada tanggal 23 Agustus 2005,
diperoleh informasi sebagai berikut:"Jumlah penduduk Indonesia telah
meningkat dari 119 juta pada tahun 1971 menjadi 179 juta pada tahun
1990, dan diperkirakan menjadi 219 juta pada tahun 2005. Laju
pertumbuhan penduduk menunjukkan kecenderungan menurun dari 2,32
persen per tahun pada kurun waktu 1971-1980 menjadi 1,97 persen
pertahun pada kurun waktu 1980-1990, dan menjadi 1,48 persen per tahun
pada kurun waktu 1990-2000. Penurunan laju penduduk tidak terlepas
dari keberhasilan Indonesia menurunkan tingkat kelahiran (Total
Fertility Rate/ TFR) dari 5,6 anak per keluarga pada tahun 1971
menjadi 2,6 anak per keluarga pada tahun 2003. Penurunan tingkat
kelahiran erat kaitannya dengan meningkatnya pemakaian kontrasepsi.
Pada tahun 1980 tingkat pemakaian kontrasepsi hanya 26 persen,
meningkat menjadi 60,3 persen pada tahun 2002. Namun demikian, setiap
tahun (sampai tahun 2015) diperkirakan masih akan terjadi kelahiran
sekitar 4 juta jiwa, dan pertambahan penduduk baru sekitar 2,4-2,7
juta jiwa."

Aspek Sumber Daya Alam
Indonesia merupakan negara yang dianugrahi kekayaan alam berlimpah.
Kekayaan alam Indonesia terbentang dari Sabang hingga Merauke, berupa
sumber daya hutan, sumber daya tambang minyak dan mineral, dan lain
sebagainya. Sumber daya hutan memegang peranan penting dalam
meningkatkan pendapatan, menciptakan kesempatan kerja, menghasilkan
devisa dan sebagai penghasil bahan baku industri. Hanya saja
pengelolaan hutan Indonesia masih sembrawut, yang ditandai dengan
maraknya praktek-praktek ilegal logging yang merugikan negara milyaran
rupiah, dan ekspolarasi hutan yang tidak diimbangi dengan semangat
melaksanakan reboisasi untuk pelestarian hutan. Seharusnya pelestarian
hutan tetap dipertahankan agar nantinya dapat dimanfaatkan kembali
oleh generasi bangsa Indonesia berikutnya. Hal lain yang juga
memprihatinkan dalam pengelolaan hutan kita adalah kebijakan
pemerintah memberikan izin pengelolaan hutan kepada
perusahaan-perusahaan swasta penuh dengan praktek-praktek KKN dan
bersikap tidak adil pada masyarakat di sekitar hutan, terlihat dari
kondisi masyarakat disekitar hutan masih banyak hidup dalam
keterbelakangan ekonomi. Kondisi ini menggambarkan hutan belum bisa
menjadi sumber daya yang bernilai ekonomis bagi masyarakat setempat.
Pengelolaan sumber-sumber alam lain yang dimiliki Indonesia, juga
belum dimanfaatkan secara optimal untuk tujuan kesejahterakan rakyat,
khususnya masyarakat yang hidup di sekitarnya. Yang didapat masyarakat
di sekitar justru hasil dari kerusakan lingkungan dan pencemaran
lingkungan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang
mengekpolarasi sumber alam. Pencemaran lingkungan ini akan berpengaruh
pada gangguan kesehatan masyarakat sekitar untuk jangka panjang.
Sungguh keadaan yang menyedihkan, Indonesia negara dengan kekayaan
alam berlimpah, tetapi masyarakatnya masih banyak yang hidup di bawah
garis kemiskinan dan terpapar lingkungan yang tercemar, yang
membahayakan kesehatan. Ini semua karena kurangnya kepedulian dan
penegakan hukum yang belum ditaati. Pemerintah seharusnya lebih bijak
di dalam mengelola sumber-sumber alam, yang apabila dikelola dengan
baik, hasilnya dapat digunakan untuk pembiayaan yang bertujuan
mendukung Indonesia keluar dari kemiskinan.


Aspek Ideologi
Pancasila merupakan dasar ideologi dan pandangan hidup bangsa
Indonesia, yang didalamnya berisi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Pancasila lebih menitikberatkan kepada perjuangan melawan
ketidakadilan, penderitaan, kemiskinan, dengan menggunakan nilai yang
telah ada seperti Ketuhanan, persatuan, keadilan sosial, demokrasi dan
humanisme. Pancasila bertujuan mendorong seluruh rakyat Indonesia
secara gotong-royong saling membantu dan menciptakan kemakmuran secara
menyeluruh. Pancasila secara gamblang menentang sumber kemiskinan dan
penghisapan manusia atas manusia atau negara atas negara lain, seperti
yang diyakini oleh faham kapitalisme. Seiring berjalannya waktu,
Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup secara perlahan
terdegradasi dan mulai luntur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seiring dengan semakin kuatnya pengaruh ideologi kapitalis, penyusupan
ideologi terjadi perlahan-lahan melalui sains dan teknologi termasuk
teknologi kedokteran yang dikuasai oleh negara-negara maju khususnya
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Sebagai paham

Aspek Politik
Dalam bidang politik, etika berpolitik yang ditunjukkan para politikus
tidak bisa lagi dikatakan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Para
elit politik tidak lagi memikirkan kepentingkan rakyat tetapi lebih
mementingkan diri dan partainya. Para elit politik membungkus
kepentingannya dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan. Setiap
kegiatan politik selalui dibumbui dengan kecurigaan tentang
kemungkinan adanya permainan uang dan suap-menyuap.Para elit politik
kurang perhatian terhadap masalah-masalah kemiskinan dan kesehatan,
ini terlihat jarangnya para elit politik menyuarakan masalah
kemiskinan dan kesehatan. Tanpa adanya kepedulian elit politik, sulit
bagi bangsa ini untuk keluar dari kungkungan kemiskinan dan derajat
kesehatan yang masih rendah. Peran Ormas dan LSM yang seharusnya
memperjuangkan masyarakat, justru menjadi alat pemicu bagi timbulnya
situasi dan kondisi tidak kondusif bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara, juga menjadi alat politik untuk kepentingan partai
tertentu. Begitu juga dengan peran media massa, yang seharusnya
memberikan informasi, edukasi kepada masyarakat, sering menjadi media
provokasi partai tertentu, di samping mengejar keuntungan finansial.


Aspek Ekonomi
Indonesia terletak pada jalur lalu lintas perdagangan bagi
negara-negara di Asia dan Australia, karena letak Indonesia yang
berada di antara dua benua dan dua samudera. Dari letak Indonesia yang
strategis seharusnya membawa dampak positif bagi peningkatan
perekonomian bagi Indonesia. Pada kenyataannya sampai saat ini status
Indonesia masih sebagai negara yang sedang berkembang, tidak jauh
berbeda dengan negara-negara di Afrika yang kemiskinan masih menjadi
tantangan utama pemerintah. Perekonomian Indonesian semakin sulit
sejak terjadi krisis berkepanjangan yang berawal dari krisis moneter
yang berlanjut dengan krisis ekonomi, yang kemudian menjadi krisis
multi dimensial. Pada akhirnya untuk mengatasi krisis ini, pemerintah
mengeluarkan kebijakan utang luar negeri, agar pembangunan di segala
sektor tetap berjalan, termasuk sektor kesehatan. Dana yang berasal
dari utang luar negeri sebagian dipergunakan untuk membiayai sebagian
Program-Program Penanggulangan Kemiskinan.

Aspek Sosial Budaya
Dahulu bangsa Indonesia terkenal ramah tamah dan berbudi luhur,
sejalan dengan adanya krisis moneter, telah merubah bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang mudah marah, beringas, perusak, penjarah sehingga
seringkali terjadi bentrok-bentrok sosial dalam negeri yang terus
meningkat akibat kesenjangan dan kecemburuan sosial yang kian luas dan
menajam, di Indonesia dari 219 juta penduduk Indonesia, 100 juta
penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka yang super kaya
mendiami rumah-rumah super mewah, dan lebih memilih pengobatan ke luar
negeri, sementara mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan hidup di
gubuk-gubuk reyot dan tidak mampu memperoleh pelayanan kesehatan
dasar. Kondisi seperti inilah yang terjadi di Indonesia, jurang
pemisah sangat lebar antara si miskin dan si kaya. Kondisi seperti ini
tidak dapat dibiarkan, perlu ada upaya dari semua komponen bangsa
untuk bersama-sama menciptakan kondisi untuk mempersempit jurang
pemisah antara masyarakat mampu dan masyarakat miskin. Di sini sektor
kesehtan juga berperan mempersempit jurang pemisah antara masyarakat
mampu dan masyarakat miskin dengan menyediakan kemudahan bagi
masyarakat miskin untuk mengakses pelayanan kesehatan, salah satunya
dengan dengan penyediaan sarana kesehatan yang jaraknya dekat dengan
masyarakat yang membutuhkan, yang ditunjang dengan SDM yang memadai
dan tarif yang terjangkau.


Aspek Pertahanan Keamanan.
Kemiskinan berimplikasi pada instabilitas keamanan. Stabilitas
keamanan yang buruk tidak bisa disangkal sangat merugikan bagi
keberlangsungan pembangunan di semua sektor termasuk sektor kesehatan,
karena instabilitas keamanan akan mengurangi kepercayaan investor yang
akan berinvestasi di Indonesia. Instabilitas keamanan yang banyak
terjadi di negara kita adalah tindak kejahatan dengan kekerasan yang
akhir-akhir ini cukup meresahkan masyarakat. Keterbatasan jumlah
personil kepolisian mengesankan lambannya penanganan tindak kejahatan.
Rakyat Indonesia harus mawas diri, menghadapi kondisi ini, dan kendala
ini maka sudah sewajarnya pemerintah dan para elit politik mewujudkan
Sistem Pertahanan dan Keamaan Rakyat Semesta (Sishankamrata) yang
diamanatkan GBHN. Sishamkamrata berazaskan kerakyatan, kewilayahan,
dan kesemestaan, berakar semangat kekeluargaan, kebersamaan, dan
gotong royong, yang menjadi ciri khas rakyat Indonesia. Upaya
penciptaan situasi aman di Republik ini juga memerlukan peran elit
politik dalam bersikap dan berperilaku hendaknya tidak kontra
produktif dalam memprovokasi masyarakat untuk melakukan hal-hal yang
justru merugikan bangsa dan negara. Para elit politik dan kaum
intelektual harus memiliki pemahaman yang jernih tentang Pancasila,
UUD 45, serta Sishamkamrata dan upaya bela negara. Selain itu yang
tidak kalah pentingnya adalah fungsi aparat penegak hukum dalam
menegakkan kebenaran dan keadilan.

DATA SARANA KESEHATAN

No Jenis Sarana Kesehatan Cakupan Kerja Jumlah Tenaga Medis Jumlah
Perawat Jumlah Admistrasi
(RT/ RW/ Kel/ Kec) LK PR LK PR LK PR
1 Posyandu RT 3 3 1 2 2 1
2 apotik RW 2 2 - - 2 2
3 klinik RW 2 3 - 2 2 1
4 puskesmas Kecamatan 5 8 3 6 2 2
Jumlah 12 16 4 10 8 6




DATA PERILAKU KESEHATAN



NO JUMLAH

JENIS SAKIT Obat Warung /Apotek
/Herbal Ke Dokter/ Tenaga Medis Ke Orang Pintar/ mantri Dibiarkan Saja
L P Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
1 - 3 Katarak 
2 - 5 Hipertensi  
3 - 2 Darah Tinggi  
4 1 - Jantung  
5 2 - Penyakit Kulit 
6 1 - Lambung 
7 4 Maag
8 5 6 Flu 
9 3 2 Batuk 

Berdasarkan tabel di atas RT 002 RW 01 desa jengkok kabupaten
indramayu kekurangan tenaga medis baik dokter umum maupun dokter
spesialis. Warga RT 002 RW 01 Desa Jengkok rata-rata tidak memiliki
BPJS kesehatan di karenakan kurangnya sosialisasi terhadap pembuatan
kartu bpjs dan proses pengurusan kartu BPJS yang lama. Kebanyakan dari
mereka juga takut berobat di RS daerah Indramayu di karenakan
banyaknya kasus kegagalan dalam melakukan operasi. Maka dari itu, alas
an warga desa jengkok lebih memilih berobat umum di RS Arjawinangun
Cirebon.
Berdasarkan tabel di atas RT 002 RW 01 masalah kesehatan warga banyak
yang terjangkit penyakit flu dan batuk yang memang sering kita ketemui
untuk pengobatannya mereka kebanyakan di biarkan saja sampai sembuh.
Untuk yang terkena penyakit katarak, setelah kita diskusikan penyebab
dari penyakit tersebut salah satunya adalah akibat dari bertani
(terkena sinar uv) akibat terlalu lama di bawah sinar matahari. Warga
mengusulkan para petani untuk mendapatkan kacamata yang mengandung
anti uv. Selain itu warga juga meminta untuk adanya dokter spesialis
mata agar warga bias memeriksa kondisi matanya. Di desa jengkok juga
kekurangan tempat pembuangan sampah mengakibatkan masyarakat membuang
sampah ke sungai.
















BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil sensus di RT 002 RW 01, sebagian besar penduduk Desa
Jengkok RT 002 RW 01 yang rata-rata memiliki kondisi sosial-ekonomi
yang tidak terlalu baik, keputusan untuk menjadi TKI di luar negeri
tidak hanya sekedar alternatif melainkan sudah menjadi pilihan dengan
segala pertimbangan yang matang. Para TKI tersebut yakin bahwa
pengorbanan yang sedemikian besar tidak akan sia-sia, karena mereka
memiliki harapan bahwa mereka akan mampu membawa serta mempersembahkan
hasil jerih payahnya tidak hanya untuk dirinya sendiri namun juga
untuk seluruh keluarganya di kampung halaman. Meskipun mereka
menyadari bahwa keputusan bekerja di negeri orang berarti harus
meninggalkan kampung halamannya dan berada jauh dari keakraban
keluarga dan keluarga selama ini dinikmati.
Berdasarkan hasil sensus RT 002 RW 01, masalah kesehatan warga banyak
yang terjangkit penyakit flu dan batuk yang memang sering kita ketemui
untuk pengobatannya mereka kebanyakan di biarkan saja sampai sembuh.
Untuk yang terkena penyakit katarak, setelah kita diskusikan penyebab
dari penyakit tersebut salah satunya adalah akibat dari bertani
(terkena sinar uv) akibat terlalu lama di bawah sinar matahari. Warga
mengusulkan para petani untuk mendapatkan kacamata yang mengandung
anti uv. Selain itu warga juga meminta untuk adanya dokter spesialis
mata agar warga bias memeriksa kondisi matanya. Di desa jengkok juga
kekurangan tempat pembuangan sampah mengakibatkan masyarakat membuang
sampah ke sungai. Selain itu, sampah yang biasa dibuang kesungai dapat
dijadikan bahan yang bernilai ekonomis yaitu dijadikan produk
kreatifitas dari sampah.
REKOMENDASI PEMBERDAYAAN
Sebagian besar masalah persampahan bagi masyarakat Kota Jakarta masih
dilayani oleh Pemerintah Kota. Di area permukiman, petugas akan
mengambil sampah dari tiap-tiap rumah secara rutin dan menitipkannya
di TPS yang ada di sekitar permukiman sampai Dinas Kebersihan
mengangkutnya ke TPA. Petugas sampah bisa saja dikelola oleh
pemerintah setempat (RT, RW, Kelurahan), Dinas Kebersihan atau bisa
pula dilakukan oleh sektor swasta. Bila dilihat dari tingginya
prosentase masyarakat yang masih dilayani dalam pengelolaan sampahnya,
maka dapat disimpulkan bahwa peran masyarakat dalam pengelolaan sampah
masih sangat minim. Belum lagi tidak sedikit masyarakat yang masih
membuang sampah tidak pada tempat yang seharusnya, tetapi malah
membuang sampah ke sungai atau tempat-tempat yang bukan merupakan TPS
atau TPA ( misalnya dipinggir jalan atau ruang terbuka hijau/taman).
Selain mencemari lingkungan dan berakibat buruk pada kesehatan, sampah
memberi dampak banjir khususnya pada saat musim penghujan, terutama
bila sampah menyumbat saluran drainase atau menyebabkan sungai yang
meluap karena dipenuhi oleh sampah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini