Rabu, 28 Desember 2016

Munah Herawati_Kontribusi Pendidikan Karakter Sejak Usia Kanak-kanak pada Masyarakat Kecamatan Setu_PMI 3

KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER SEJAK USIA KANK-KANAK PADA MASYARAKAT KECAMATAN SETU

Dosen Pengampu :    Dr. Tantan Hermansyah M,Si.


Disusun:

MUNAH HERAWATI : 11150540000003

 

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

PENGEMBANGANGAN MASYARAKAT ISLAM

Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah

Jakarta

JL. Ir. Haji Juanda No. 95, Ciputat, Tangerang Selatan 15412



KATA PENGANTAR

 

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, tuhan semesta alam. Karena atas izinnya penelitian yang berjudul Kontribusi Pendidikan Karakter Sejak Usia Kanak-kanak Pada Masyarakat Desa Viktor dapat terselesaikan . Sholawat dan salam yang selalu tertuju untuk Baginda Rasul tercinta Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mencintai dan dicintai Rasullah.

 Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa pentinggnya pendidikan karakter pada usia kanak-kanak dalam rangka membantu mempersiapkan diri untuk masuk kejenjang pendidikan yang lebih formal.

Dalam penulisan penelitian ini peneliti berusaha memberikan yang terbaik . Namun, dengan penuh kesadaran bahwa tidak ada yang sempurna, begitupun dengan penelitian ini. Sebagai manusia yang sedang berperoses, peneliti dengan senang hati mengharapkan adanya saran ataupun kritik dari semua pihak, guna memperbaiki isi materi penelitian ini.

Harapannya semoga isi materi penelitian ini dapat memenuhi dan memberikan apa yang kita harapkan, dan semoga pemilik ilmu meridhoi apa yang sama-sama kita pelajari dari isi materi ini, sehingga ilmu yang kita dapat bisa bermanfaat, amin.

 

 

Ciputat, 11 Oktober 2016

 

Munah Herawati

DAFTAR ISI

 

Cover………………………………………………………………..….

Kata Pengantar……………………………………………………..…ii

Daftar isi…………………………………………………….……..…iii

Bab I : Pendahuluan……………………………………………….….1

A.    Latar Belakang

B.     Pertanyaan Penelitian

C.     Metode Penelitian

D.    Tinjauan Teoritis

Bab II : Gambaran Umum Subyek Kajian……………………………7

A.    Profil Umum Subyek

B.     Lokasi Kajian

Bab III : Analisis Hasil……………………………………………...11

Bab IV : Penutup…………………………………………………....16

Kesimpulan

Daftar Pustaka……………………………………………………...18

Lampiran……………………………………………………….…..19



BAB I

PENDAHULUAN

A.                     Latar Belakang Permasalahan

Pendidikan menurut Bapak Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, bahwa pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan bertujuan dalam menuntun (bukan menentukan) segala kekuatan kodrat (hendak Tuhan) yang ada pada anak-anak tersebut, agar kelak nantinya mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

 Berbicara tentang pendidikan anak, pada praktiknya pendidikan dan pengajaran anak pada usia dini (kanak-kanak) sangatlah di anjurkan karena, pembentukan karakter, pendidikan memberikan pengaruh dan kontribusi  yang sangat besar bagi perkembangan diri anak. Pendidikan dalam hal ini di pahami sebagai suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja guna mencapai tujuan yang telah ditentukan, atau mencapai kondisi yang lebih baik bagi anak. Karena, segala prilaku dan stimulasi yang diterima anak akan berpengaruh terhadap terhadap pembentukan dan pengembangan dirinya, baik disengaja maupun tidak di sengaja.

Pengembangan diartikan sebagai tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan. Pendidikan paling dini dimulai dari lingkungan keluarga dah hal tersebut dapat dikatan sebagai pendidikan awal untuk sebelum masuk kejenjang pendidikan formal. Orangtua pada dasrnya akan selalu ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Namun, yang disayangkan adalah kurangnya perhatian orangtua (yang tinggal di desa) terhadap pembentukan pendidikan karakter sejak usia kanak-kanak. Olek karena itu, sebagian orangtua beranggapan bahwa pendidikan karakter sejak usia kanak-kanak tidaklah terlalu penting. Asalkan anaknya telah memasuki usia yang dianggap telah memasuki usia pendidikan dasar maka orangtua (wali murid) akan langsung mendaftarkan anaknya ke sekolah dasar tersebut.

 

B.     Pertanyaan Penelitian

1.      Mengapa pendidikan karakter usia kanak-kanak sangat dianjurkan?

2.      Bagaimana pengaruh dalam pembentukan karakter terhadap pendidikan usia kanak?

3.      Adakah perbedaan pembentukan karakter terhadap anak yang mendapatkan pendidikan usia kanak-kanak dan anak yang tidak mengikuti pendidikan kanak-kanak?

C.    Tujuan Penelitian

Dari beberapa pertanyaan penelitian maka tujuan penelitian adalah:

1.      Untuk mengetahuai seberapa penting penerapan pendidikan karakter pada usia kanak-kanak.

2.      Untuk mengetahui pengaruh pembentukan karakter melalui pendidikan di usia anak-anak

3.      Untuk mengetahui perbedaan dari segi karakter pada anak yang diterapkan pendidikan karakter dengan anak yang tidak diterapkan pendidikan karakter.

 

D.    Metode Penelitian

1.      Pengumpulan data

Dengan adanya pengumpulan data ini peneliti dapat mengetahui apa saja yang berkaitan dengan tema yang dikutip, terlebih hal tersebut dapat menambha wawasan agar ketika terjadinya proses wawancara peneliti tidak canggung dan bingun.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif, yang dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi, waktu dan lokasi.

2.      Proses Wawancara

Pada proses wawancara peneliti mengunjungi langsung sekolah yang dituju, yaitu MI Tahdzibul Athfal yang terletak di Setu. Pada proses wawancara ini peneliti memakan waktu kurang lebih hampir satu jam, dimulai sekitar pukul 10:00 saat anak-anak murid dan guru-guru istirahat sampai jam 11:00 pada hari senin saat bel masuk berbunyi. Sebelumnya peneliti telah menonfirmasi kepada gurun yang bersangkutan yaitu Ibu Siti Aminah selaku guru serta wali murid dari kelas satu MI Tahdzibul Athfal. Selain Ibu Siti, peneliti juga mewawancarai guru bidang agama yaitu Ibu Mi, sebelumnya peneliti juga mengimpormasikan kepada Ibu Mi selaku guru bidang agama, dalam proses wawancara ini peneliti memakan waktu hampir kurang lebih satu jam yaitu pukul 14:00 sampai 15:00 pada hari jum'at, setelah itu peneliti melanjutkan proses wawancara dengan Ibu Lia dan memakan waktu kurang satu jam, dalam proses wawancara ini peneliti langsung mendatangi kediaman Ibu Mi dan Ibu Lia karena sebelumnya peneliti dan narasumber telah sepakat untuk melakukan proses wawancara di luar kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain guru SD/MI peneliti juga menggali informasi dengan mewawancarai salah satu guru yang mengajar di tamakn kanak-kanak yang bernama lengkap May Linda Sari kediamannya berada di jl Haji Ta'lif Kedaung no.44 Rt 04 Rw 19, dan pada proses wawancara berlangsung peneliti dan guru yang bersangkutan telah sepakat untuk melakukan proses wawancara di luar kegiatan belajar mengajar tepatnya proses wawancara ini berlangung di kediaman Ibu May Linda Sari. Ibu Melindasari mengar di taman kanak-kanak Tunas Permata. Proses wawancara yang pertama dilakuakn pada hari senin tanggal 13 Desember 2016. Proses wawancara yang kedua dilakukan pada hari jum'at tanggal 23 Desember 2016, serta proses wawancara ketiga pada hari rabu tanggal 28 Desember 2016.

 

3.      Proses Observasi

Observasi adalah salah satu metode yang digunakan peneliti dalam mengambil data informasi yang diperlukan. Hal-hal yang menjadi fokus dalam observasi ini adalah bagaimana sikap murid-murid kelas satu dalam bersosialisasi dan keaktifan dalam proses belajar. Dari obsefrvasi ini peneliti mendapat jawaban dari beberapa pertanya terkait pentingnya pembentukan karakter sejak usia kanak-kanak. Sikap beberapa murid-murid kelas satu ini menunjukan bagaimana ia bersosialisai kepada teman sebayanya, kepada orang yang lebih dewasa dan kepada orang yang baru mereka kenal. Dalam observasi ini peneliti menemukan informasi dengan cara bersosialisasi langsung kepada murid-murid kelas satu.

4.      Dokumentasi

Untuk memperkuat fakta yang jelas dari hasil penelitian.

5.      Waktu dan lokasi

Dalam penelitian waktu dan lokasi menentukan dalam keberhasilan data yang diterima akan waktu dan lokasi yang menjadi bahan penelitian.

6.      Tinjauan teoritis

Aplikasi teori Max Weber di dunia pendidikan bila di cermati lebih lanjut ternyata ada beberapa teori Max Weber yang sesuai. Teori perilaku sosial, beberapa perilaku sosial di dunia pendidikan dapat dikategorikan kedalam teori Max Weber. Pendidikan dilihat dari kaca mata sosiologi ialah belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar untuk hidup bersama, dan belajar untuk menjadi seseorang.

Maka sangatlah penting akan peran pendidikan bagi seorang anak. Seperti apa yang dikatankan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani.

Pendidikan dilaksanakan dengan memberi contoh teladan, memberi semangat, dan mendorong anak untuk berkembang. Sistem yang dipakai ialah dengan maksud memberi kemerdekaan, kekuasaan, demokrasi, toleransi, ketertiban, kedamaian, kesesuaian dengan keadaan, dan hindari perintah dan paksaaan. Sistem ini mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batinnya, pikirannya, dan tenaganya, serta dapat mencari pengetahuan sendiri.

Friederich Wilhem Frobel merupakan salah satu tokoh pendidikan anak yang memberikan pengaruh dalam pemikiran baru (modern) dalam pengembangan anak usia dini, khususnya taman kanak-kanak. Frobel lahir 1782 di Obersweiszbach (Jerman). Walaupun ia banyak mempelajari visi kependidikan Pestalozzi, namun Frobel banyak memberikan critial thinking pada sekolah Pestalozzi terutama dari segi kurangnya keterpaduan model pelaksanaan pembelajaran. Pola pendidikan demokratis yang dikembangankannya banyak menimbulkan konfrontasi dengan pihak pemerintah sehingga ia dianggap sebagai pemberontak.

Pada tahu 1840, untuk merealisasikan cita-citaya Frobel meresmikan sebuah lembaga pendidikan yang diberi nama Kindergarten. Nama inilah, sebagai awal dari nama taman kanak-kanak. Walaupun banyak tantangan tidak membuat Frobel patah semangat sehingga ia berniat untuk mengembangkan cita-citanya di Amerika.

Frobel memiliki prinsip bahwa pendidikan anak sebagai 1. Pengembangan autoaktivitas. Anak didik  pada dasarnya merupakan individu yang aktif. Bila anak belum menunjukan aktivitas perlu didorong untuk melakukan aktif sehingga dapat melakan berbagai kegiatan yang produktif, 2. Kebebasan atau suara merdeka. Autoakvitas anak akan timbuh dan berkembang apa bila pada anak diberikan kesempatan dalam suasanya bebas sehingga anak mampu berkembang sesuai potensinya masing-masing, melalui suasana bebas atau merdeka, anak akan memperoleh kesempatan mengembangkan daya fantasi atau khalayaknya, terutama daya cipta untuk membentuk sesuatu dengan kekuatan fantasi anak, 3. Pengamatan dan peragaan. Kegiata ini dimaksudkan terutama dalam mengembangkan seluruh indra anak.

Pinsip Frobel ini selaras dengan Pestalozzi tentang verbalistikk. Untuk menghindari verbalistik anak  perlu diberi kesempatan untuk melakukan pengamatan terhadap berbagai kondisi lingkungan alam disekitar. Pad lingkungan alam yang juah atau sulit untuk diamati maka dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip keragaan. Apaendidik dapat meragamkan hl-hal yang tidak mumngkin diamati secara langsung, baik perlindungan fisik, sosial, mapum keagamaan.

Dalam teori tabula rasa (John Lucke), memndang bahwa anak sebagai kertas putih. Teori ini memandang bahwa sejak lahir anak tidak berdaya dan tidak memilki apa-apa. Anak berada dan hidup didalam lingungan yang sangat berpengaruh dalam pembentukan proses pada dirinya. Lingkunganah yang membentuk dan memberi warna kertas putih. Warna ini adalah sebagai pengalaman. Melalui pengalaman yang dimiliki anak saat berada di lingkungan pada saat itu akan menentukan pola pikir dan sifat alami ataunyang biasa di kenal dengan karakter anak. John Locke sangat mempercayai bahwa untuk medapatkan pembelajaran dari lingkungannya diperlukan satu cara, yaiut mendapat pelatihan-pelatihan sensoris.Pelatihan ini bertujuan untuk membentuk dalak kesiapan belajar (learning readiness). Kesiapan inilah yang akan mempengaruhi keseiapan anak.[1]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

Gambaran Umum Subyek/Obyek Kajian

 

A.    Profil Umum Subyek/Obyek

Pendidikan menurut Bapak Ki Hajar Dewantara adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan bertujuan dalam menuntun (bukan menentukan) segala kekuatan kodrat (hendak Tuhan) yang ada pada anak-anak tersebut.

                  Masa kanak-kanak adalah masa dimana seorang anak mengenal berbagai lingkuangan dengan cara bermain. Menurut psikologi, anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahu, periode ini biasanya di sebut dengan periode prasekolah, kemudain berkembang setara dengan tahun-tahun sekolah dasar. Dikaitkan dengan teori ini berada pada tahap berpikir pra-opreasional (usia 2-7 tahun) pada tahap ini perkembangan anak sudah ditandai dengan perkembangan bahasa dan berbagai bentuk representasi lainya serta perkembangan konseptual yang pesat, yang biasanya dalam hal ini bisa dilatih melalui pendidikan taman kanak-kanak.[2]

Di desa Setu Tangerang Banten, tempat dimana penelitian berlangsung. Mayoritas anak-anak yang melanjutkan kejenjang sekolah dasar (SD) ataupun Madrasah Ibtidaiyyah (MI), sebelumnya wali murid terlebih dahulu telah menyekolahkan anaknya dijenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ataupun Taman Kanak-kanak (TK) yang bertujuan agar siswa tersebut tidak canggung ataupun kaget dengan keadaan-keadaan yang terjadi dilingkugan yang baru, misalkan seperti anak yang menangis ketika ditinggal orangtuannya, hanya ingin bermain, tidak mau belajar, dan lain lainnya dari tingkah laku anak anak tersbut.

Pengertian anak-anak enurut para ahli adalaha  anak yang berada pada usia dini tersebut dikatakan sebagai masa emas, karena pada masa ini anak sedang berkembang dengan pesat dan luar biasa. Sejak anak dilahirkan, sel-sel otaknya berkembang secara luar biasa dengan membuat sambungan antar sel. Proses nilah yang akan membentuk pengalaman yang akan dibawa seumur hidup dan sangat menentukan. Dalam berbagai media sebagai hasil penelitian riset otak, disebutkan bahwa otak manusia ketikalahir terdiri atas 100-200 miliar sel otak, yang siap mengembangkan beberapa triliun informasi. Selanjutnya melalui proses persaingan, otak akan memusnahkan sambungan (sinapsi) yang jarang digunakan atau tidak pernah digunakan. Maka dari itu apabila anak-anak jarang disentuh dengan berbagai rangsangan menentang perkembangan otaknya, maka sekitar 20 atau 30 persen otaknya akan menjadi lebih kecil dari pada ukuran normalnya.

Apabila diklasifikasi mengenai karakteristik usia kanak-kanak sangat banyak dan beragam. Karakteristik anak anatara lain: suka meniru, dunia anak adalah dunia bermain, anak masih berkembang, anak-anak tetaplah anak-anak, anak adalah kretif dan anak masih polos (Susanto).

Pertumbuhan fisik usia kanak-kanak masih sangat memerlukan aktivitas yang banyak guna mengembangkan otot-otot kecil maupun otot besar. Gerakan fisik ini tidak hanya beguna bagi perkembangan fisik saja, tetapi berpengaruh juga tehadap rasa harga diri anak dan perkembangan kognisi. Kemapuan lain dari anak ialah kecakapan untuk memahami pembicaraan dan pandangan orang lain semakin meningkat. Selain itu keterampilan komunikasi yang meningkat anak akan merasa senang dalam bergaul dan berhubuga dengan orang lain.

Usia kanak-kanak merupakan sososk individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fungsidamental bagi kehidupan selanjutnya. Mak pada usia inilah anak sudah harus mulai diberikan pendidikan yang tepat, pendidikan yang ditujukn suapaya anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki sejak dini sehingga mereka dapat berkembang secara wajar bagi anak.[3]

Dalam penelitian ini peneliti mengambil daerah Setu sebagai lokasi penelitian. Hal ini atas dasar pertimbangan jarak yang tidak terlalu jauh sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi yang selanjutnya.

Desa setu kecamatan setu merupakan salah satu daerah di Tangerang Selatan, Banten. Wadah Pendidikan di daerah ini terdapat MI Tandzibul Athfal. MI Tandzibul athfal ini merupakan Sekolah Dasar bertaraf islam  yang didirikan sejak tahun 1990-an. Madrasah Ibtidaiyah ini merupakan sekolah dasar tertua yang berdomisili didaerah setu ini. dahulu sekolah ini merupakan sekolah yang dibangun oleh masyarakat sekitar yang bertujuan untuk meningkatkan taraf pendidikan di daerah ini.

Desa Setu ini merupakan pemekaran dari kecamatan Cisauk, Tangerang dengan batas sungai Cisadane, sebelah barat sungai Cisadane masuk kecamatan Cisauk dan sebelah timur masuk kecamatan Setu.

Berdasarkan peta kota Tangerang Selatan nomor 10 tahun 2012, pada tanggal 23 Oktober 2012, semua desa dikecamatan Setu telah berstatus kelurahan.

Kecamatan ini terdiri dari enam kecamatan yaitu:

1.      Kelurahan Setu

2.  Kelurahan Karangan

3.  Kelurahan Muncul

4. Kelurahan Bababkan

5. Kelurahan Bakti Jaya

6. Kelurahan Kademangan.

B. Lokasi Kajian

Kecamatan Setu, Tangerang Selatan Propinsi Banten. Kelurahan Setu memiliki luas wilayah 3,64 km2.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

Analisis Hasil

A.    Mengetahui pentingnya Penerapan Pendidikan Karakter Pada Usai Anak-anak

Tepat pada tanggal 24 Desember 2016 pada saat melakukan wawancara yang terahir peneliti menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tercatat dalam penulisan penelitian ini. Pada hari itu semua jawaban-jawaban yang diberikan oleh narasumber menjadi kunci dari berbagai pertanyaan yang muncul dan menjadi pembahasan dalam seberapa pentingnya penerapan karakter sejak masa kanak-kanak.

Secara umum layanan di taman kanak-kanak bertujuan untuk membantu anak didik agar mengenal dirinya serta lingkungan terdekatnya sehingga dapat menyesuaikan diri melalui tahap peralihan dari kehidupan di sekolah serta masyarakat sekitar.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga. Dalam lingkungan sekolah guru merupakan unsur yang penting dan posisinya sangat menentukan. Tugas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar khususnya di taman kanak-kanak, bukan hanya mengembangkan aspek kognitif dan psikomoter, melainkan juga mengembangkan aspek-aspek afektif. Ketiganya terpadu dalam membentuk prilaku yang positif dan keterpaduan mendapat pengembangan yang memadai.

Dalam kurikulum taman kanak-kanak keterpaduan antara aspek kognitif, psikomotor, dan afektif diharapkan sebagai alat pengembangan kepribadian secara menyeluruh sebagai upaya untuk memperoleh hasil yang seimbang baik intelektualnya, emosionalnya, sosialnya, maupun fisik, dan ini dimungkinkan apabila seorang guru mampu mengintegrasikan penerapan bimbingan dalam kegiatan belajar mengajar.

Sesungguhnya peran guru di taman kanak-kanak telah melaksanakan perannya sebagai pembimbing terhadap anak. Karena pada dasarnya guru ditaman kanak-kanak telah mengintegrasikan bimbingan pada saat proses kegiatan belajar mengajar.

Menurut Rochman Natawidjaja (1984:33) bimbingan dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu individu dalam mencapai hal-hal sebagai berikut:

1.      Kebahagian hidup pribadi

2.      Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat

3.      Hidup bersama dengan individu lain

4.      Harmonis antara individu dan kemapuan yang dimilikinya

Sebagai barometer dari tujuan bimbingan di atas dianggap berhasil apabila dapat mencapai kempat tujuan itu secara menyeluruh. Adapun menurut Mortensen (1964: 8) tujuan bimbingan identik dengan tujuan sekolah, yaitu tercapainya perkembangan individu dengan optimal sesuai dengan kemapuan, minat dan kebutuhan.[4]

B.     Mengetahui Pengaruh Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Usia Kanak-kanak

Pada proses penerapan karakter sejak usia kanak-kanak juga dapat membantu anak untuk mulai memikirkan masa depannya. Seperti ketia ia dewasa ia ingin menjadi seorang dokter, guru, polisi, perawat dan lainnya. Karena secara umum layanandi taman kanak-kanak bertujuan membantu naka didik supaya dapat mengenal dirinya dan lingkunganterdekatnya sehingga dapat menyesuaikan diri melalui tahap peralihan dari kehidupan di rumah ke kehidupan disekolah dan masyarakat sekitar anak.

Adapun secara khusus taman kanak-kanak berpengaruh untuk:

1.      Membantu anak lebih mengenal dirinya, kemampuannya, sifat-sifatnya, kebiasannya, dan kesenangannya.

2.      Membantu anak supaya dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

3.      Membantu anak dalam menghadapi kesulitan yang dihadapinya.

4.      Membantu dan menyiapkan perkembangan mental dan sosial anak untuk masuk kelembaga pendidikan selanjutnya.

5.      Membantu orangtua suapaya mengerti, memahami, dan menerima anak sebagai individu.

6.      Membantu orangtua dalam mengatasi gangguan emosi anak yang ada hubungannya dengan situasai dirumah.

7.      Membantu orantua dalam mengambil keputusan memilih sekolah bagi anaknya yang sesuai dengan kemampuan intelektual, fisik, dan indranya.

8.      Memberi informasi kepada orangtua untuk memecahkan masalah kesehatan anaknya.

C.    Mengetahui Perbedaan Karakter Pada Anak Yang Diterapkan Pendidikan Karakter Dengan Anak Yang Tidak Diterapkan Pendidikan Karakter

Dalam hal ini terlihat adanya perbedaan dari segi pemikiran antara anak yang mendapatkan didikan di taman kanak-kanak dengan anak yang tidak mengikuti pendidikan di taman kanak-kanak.

Anak yang mendapatkan pendidikan karakter usia kanak-kanak (TK) memiliki pola pikir yang lebih jauh tentang masa depannya jika dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan pendidikan usia kank-kanak. Anak yang tidak mendapatkan pendidikan usia kank-kanak akan sedikit kebingungan pada saat menjawab pertanyaan tentang masa depannya. Jika ditanya mau menjadi apa ketika sudah besar maka anak tersebut kelihatan aga kebingungan dalam menjawab pertanyaan tersebut walau pada akhirnya ia akan menjawab terkait cita-citanya. Beda dengan anak yang mendapati pendidikan di TK, apabila ditanya terkait cita-citanya maka ia akan menjawab dengan pilihan hatinya.

Hal ini terjadi karena sejak di taman kanak-kanak telah mulai di terapkan tentang cita-cita murid, guru TK akan sedikit memperkenalkan apa itu dokter, polisi, perawat dan lainnya sehingga menimbulkan ketretarikan pada anak muridnya terkait profesi tersebut. Selain guru yang memiliki peran pembimbing pada anak, orang tua juga memiliki peran sebagai pembimbing, bahkan orangtua memiliki peran yang sangat vital dan menentukan bagi anak. Melalui bimbingannya, anak ditentukan nasib dan perkembangan masa depannya.

Sejak saat yang paling dini, Ayah dan Ibu sebagai agen pengasuh anak, mulai memperkenalkan anak pada lingkungan didekatnya. Inila awal dari proses penyesuaian diri dengan lingkungan, dimana orangtua berusaha memberi bimbingan supaya anak peka terhadap rangsangan-rangsangan sosial. Salah satu tujuan proses sosialisai, yaoutu mempertajam tingkah laku sosial dalam rangka penyesuaian diri yang baik terhadap lingkungannya.[5]

Melalui proses penyesuaian diri inilah seorang anak dapat belajar dari mencontoh pengalamnnya dengan cara meniru orang terdekatnya yaitu orangtuanya. Pengaruh keluarga keluarga terhadap pembentukan perkembangan prilaku sangatlah besar dalam arti banyak faktor lingkungan dalam keluarga yang berpengaruh terhadap perkembangan prilaku anak, dan salah satu faktor tersebut yaitu pola asuh orangtua.

Karena penerapan karakter sejak usia kank-kanak tidak lepas dari peran keluarga atau orangtua. Hal ini dipaparkan oleh Ibu Mi dan Ibu Lia yang mengatakan bahwa keluarga khususnya orangtua adalah merupakan faktor penting dalam penerapan karanter anak. Oleh karena apa yang sudah diterapkan di taman kanak-kanak belum tentu mampu membentuk karakter pada anak tersebut, hal ini kembali lagi pada karakter si anak itu sendiri.

Maka dari itu bagimana proses orangtua untuk menerapkan hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan karakter pada anak tersebut, karena dalam proses sosialisai anak pertama kali belajar bersosialisasi adalah di unit terkecil yaitu lingkungan keluarga. Maka, peran keluarga atau orangtua sangat berpengaruh bagi pertumbuhan anak, bagaimana cara keluarga atau orantua menerapkan hal-hal yang sifatnya dapat mebantu dalam proses pertumbuhan anak tersebut.

Bagaimana keluarga atau orangtua mendidik anak akan berpengaruh bagi anaknya. Walupun anak tersebut mendapatkan bimbingan di taman kanak-kanak namun, apabila orantuanya bersikap acuh serta tidak memperhatikan tumbuh kembang anak maka mustahil apa yang didapatkan di sekolah mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena dalam masa tumbuh kembang anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dibandingkan dengan waktu di sekolah.

Oleh karena itu, haruslah ada keseimbangan antar fokus perhatian orangtua kepada anaknya dengan diiringi pembelajaran dan pembentukan karakter di taman kanak-kanak. Karena pendidikan yang diterapkan di taman kanak-kanak dapat membantu individu anak untuk mempersiapkan pasca pendidikan formal baik secara fisik maupun secara psikologi. Agar ketika anak tersebut berada di lingkungan sekolah maka ia tidak lagi kesulitan dalam bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya, dan tidak tertinggal dalam segi akademik seperti mengenal huruf-huruf, mengenal angka-angka, mengenal warna-warna, belajar menghitung bahkan mampu untuk membaca kalimat-kalimat yang mudah.

Sehingga apa yang telah diterapkan di taman kanak-kanak mampu diampikasikan kedalam kehidupan anak sehari-hari. Karena taman kanak-kanak merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia dini. Dimana lembaga ini diharpakn dapat mengembangkna potensi siswanya yang meliputi perkembangan akademis, keterampilan sosial serta memiliki kemandirian dalam individu anak.

Jika seorang anak diibarkan sebagai sebuah botol maka, orangtua dan taman kanak-kanak diibaratkan sebagai air yang akan mengisis wadah tersebut. Jika wadah tersebut diisi dengan air yang bening maka secara otomatis botol tersebut akan menjadi bening. Tetapi, apabila botol tersebut diisi dengan air yang keruh maka, jangan berhrap bahwa botol tersebut akan menjadi bening.

 

 

 

BAB IV : PENUTUP

KESIMPULAN

Berbicara tentang pendidikan anak, pada praktiknya pendidikan dan pengajaran anak pada usia dini (kanak-kanak) sangatlah di anjurkan karena, pembentukan karakter, pendidikan memberikan pengaruh dan kontribusi  yang sangat besar bagi perkembangan diri anak. Pendidikan dalam hal ini di pahami sebagai suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja guna mencapai tujuan yang telah ditentukan, atau mencapai kondisi yang lebih baik bagi anak.

Berbicara tentang pendidikan anak, pada praktiknya pendidikan dan pengajaran anak pada usia dini (kanak-kanak) sangatlah di anjurkan karena, pembentukan karakter, pendidikan memberikan pengaruh dan kontribusi  yang sangat besar bagi perkembangan diri anak. Pendidikan dalam hal ini di pahami sebagai suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja guna mencapai tujuan yang telah ditentukan, atau mencapai kondisi yang lebih baik bagi anak.

Pendidikan menurut Bapak Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, bahwa pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan bertujuan dalam menuntun (bukan menentukan) segala kekuatan kodrat (hendak Tuhan) yang ada pada anak-anak tersebut, agar kelak nantinya mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Seorang anak diibaratkan sebagai kertas putih yang masih bersih belum diisi tulisan, mereka lahir bagai kertas putih bersih, karakternya perlu dibangun tahap demi tahap melalui berbagai pengalaman selama perkembangannya (John Locke).

Disinilah peran orantua serta keluarga sengatlah penting dalam proses tumbuh kembang seorang anak, yang turut dibantu dengan penerapan pendidikan usia kanak-kanak. Jika hal ini dapat berjalan seimbang maka tunbuh kembang anak akan berjalan seperti apa yang selama ini diharapkan serta dicita-citakan bangsa. Karena, anak muda adalah generasi penerus bangsa yang akan menentukan arah masa depan bangsa. Sebelum menjadi seorang pemuda maka, ia harus melewati masa kanak-kanak. Oleh sebab itu, apabila karakter yang baik sudah mampu diterapkan sejak usia dini, tidaklah mustahil untuk bangsa ini melahirkan anak muda-anak muda yang mampu mencerahkan bangsa ini.

Karena, anak-anak bagaikan bintang yang menghiasai serta menerangi langit. Dimana satu bintang tidak akan mampu untuk memberikan cahaya dalam penerangan. Akan tetapi, apabila bintang itu dalam jumlah yang banyak maka, sinarnya akan mampu menembus kegelapan.

                                                    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Anwar Yesmil & Adang. Sosiologi untuk universitas. Maret 2013. Bandung. PT Refika Aditama.

Saworno Jonathan. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. 2006. Yogyakarta.Graha Ilmu.

Yus Anita. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Maret 2012. Jakarta. Kharisma Putra Utama.

Susanto Ahmad. Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak. Agustus 2015. Jakarta. Kharisma Putra Utama.

 

 

 



[1] Dr. Anita Yus. M.PD. Model Pendidikan anak usia dini. Kencana Predana Media Grup. Jakarta: 2012. Hal 26

[2] Dr. Ahmad Susanto, M.pd. Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak. Kharisma Puta Utama. Jakarta: 2015. Hal 43

 

[3] Ibid Hal 45-46

[4] Dr. Ahmad Susanto,M.PD. Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-kanak. Kharisma Puta Utama. Jakarta: 2015. Hal 7-8

 

 

[5] Ibid Hal 25



LAMPIRAN





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini