Nama : Ahmad Munsorif
Kelas : PMI 3
Makul : Sosiologi Perkotaan
Teori Konflik
Teori
konflik memberikan perspektif ketiga mengenai kehidupan sosial. Berbeda
dengan para fungsionalis, yang memandang masyarakat sebagai sutau
keseluruhan yang harmonis, dengan bagian-bagian yang bekerja bersama,
para ahli teori konflik menekankan bahwa masyarakat terdiri atas yang
terlibat dalam persaingan sengit mengenai sumber daya yang langka.[i]Meskipun
aliansi atau kerjasama dapat berlangsung di permukaan, namun di bawah
permukaan tersebut terjadi pertarungan memperebutkan kekuasaan.
Perspektif
konflik berasal dari pemikiran Karl Marx. gagasan-gagasanya mengenai
dominasi kaum borjuis dan eksploitasi terhadap kaum proletar adalah
contoh-contoh yang jelas bagaimana kekuasaan digunakan untuk kepentingan
suatu kelompok di atas penderitaan kelompok lain[ii].
Salah
satu kontribusi utama teori konflik adalah meletakkan landasan untuk
teori-teori yang lebih memanfaatkan pemikiran Marx. Masalah mendasar
dalam teori konflik adalah teori itu tak pernah berhasil memisahkan
dirinya dari akar structural fungsionalnya. Teori ini lebih lebih
merupakan sejenis fungsionalisme structural yang angkuh ketimbang teori
yang benar-benar berpandangan kritis terhadap masyarakatnya.[iii]
Sumbangan
Marx terhadap sosiologi terletak pada teorinya mengenai teori kelas.
Marx sendiri tidak pernah sampai pada definisi yang tepat mengenai
pengertian kelas. Penjelasan-penjelasanya mengenai pengertian ini yang
terdapat dalam jilid ketiga dari Capital yang diterbitkan setelah
dia meninggal. Hanya terdiri atas beberapa kalimat. Tetapi ia
memberikan fungsi sentral kepada kelas-kelas.[iv] Dia bependapat bahwa sejarah masyarakat hingga kini adalah sejarah perjuangan kelas.[v]
Dengan
munculnya kapitalisme terjadi pemisahan antara mereka yang menguasai
alat produksi dan mereka yang hanya mempunyai tenaga. Pengembangan
kapitalisme memperuncing kontradiksi antara kedua kategori sosial
sehingga pada akhirnya terjadi konflik di antara kedua kelas. Dan
nantinya akan muncul tiga kelas, yaitu Borjuis yang merupakan kelas elit. Kelas di bawahnya adalah kelas menenganh dan kelas yang paling bwah biasa disebut dengan kelas Proletariat. Kelas bawah biasanya dihuni oleh para buruh industri.
Dalam buku sosiologi sebuah pengantar ; tinjauan pemikiran sosiologi perspektif Islam
dijelaskan bahwa konflik kelas yang dikembangkan oleh Marx adalah
antagonism antara kaum borjuis dan proletar. Dalam masayarakat
kapitalisme, kaum borjuis merupakan kelas elit yang menguasai alat-alat
produksi, sedangkan proletar terdiri dari buruh, para pekerja pabrik dan
orang yang hanya mengandalkan tenaga untuk bekerja. Jumlah kaum
proletar lebih banyak daripada kaum borjuis. Atas dasar ini Marx
berpandangan bahwa masayarakat berada dalam konflik dan perjuangan
kelas.[vi]
Jadi,
dapat disimpulkan bahwasanya teori konflik itu muncul karena adanya
ketegangan antara kaum elit dan bawah, atau biasa disebut kaum borjuis
dan proletar. Marx menamakan konflik tersebut dengan konflik kelas atau
perjuangan kelas, karena masing-masing kaum memperebutkan dan
memperjuangkan kelasnya masing-masing.
[i] James M Henslin Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi, ,(Erlangga, Jakarta)hlm. 18
[ii] M. Bambang Pranowo, Sosioologi sebuah pengantar,(Lab Sosiologi Agama, Ciputat) hlm 25
[iii] George Ritzer, Douglas J goodman ,Teori Sosiologi Modern, , (kencana, Jakarta) hlm. 153
[iv] L.Laeyendecker, Tata, Perubahan, Dan Ketimpangan.Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi. (Gramedia, Jakarta)hlm. 255
[v] Soekanto, Soerjono Pengantar Sosiologi, (UI Jakarta) hlm 218
[vi] M. Bambang Pranowo, Sosioologi sebuah pengantar,(Lab Sosiologi Agama, Ciputat) hlm 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar