Minggu, 23 September 2012


Nama               : Ahmad Munsorif
Kelas               : PMI 3
Makul              : Sosiologi Perkotaan
Teori Konflik
Teori konflik memberikan perspektif ketiga mengenai kehidupan sosial. Berbeda dengan para fungsionalis, yang memandang masyarakat sebagai sutau keseluruhan yang harmonis, dengan bagian-bagian yang bekerja bersama, para ahli teori konflik menekankan bahwa masyarakat terdiri atas yang terlibat dalam persaingan sengit mengenai sumber daya yang langka.[i]Meskipun aliansi atau kerjasama dapat berlangsung di permukaan, namun di bawah permukaan tersebut terjadi pertarungan memperebutkan kekuasaan.
Perspektif konflik berasal dari pemikiran Karl Marx. gagasan-gagasanya mengenai dominasi kaum borjuis dan eksploitasi terhadap kaum proletar adalah contoh-contoh yang jelas bagaimana kekuasaan digunakan untuk kepentingan suatu kelompok di atas penderitaan kelompok lain[ii].
Salah satu kontribusi utama teori konflik adalah meletakkan landasan untuk teori-teori yang lebih memanfaatkan pemikiran Marx. Masalah mendasar dalam teori konflik adalah teori itu tak pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar structural fungsionalnya. Teori ini lebih lebih merupakan sejenis fungsionalisme structural yang angkuh ketimbang teori yang benar-benar berpandangan kritis terhadap masyarakatnya.[iii]
Sumbangan Marx terhadap sosiologi terletak pada teorinya mengenai teori kelas. Marx sendiri tidak pernah sampai pada definisi yang tepat mengenai pengertian kelas. Penjelasan-penjelasanya mengenai pengertian ini yang terdapat dalam jilid ketiga dari Capital yang diterbitkan setelah dia meninggal. Hanya terdiri atas beberapa kalimat. Tetapi ia memberikan fungsi sentral kepada kelas-kelas.[iv] Dia bependapat bahwa sejarah masyarakat hingga kini adalah sejarah perjuangan kelas.[v]
Dengan munculnya kapitalisme terjadi pemisahan antara mereka yang menguasai alat produksi dan mereka yang hanya mempunyai tenaga. Pengembangan kapitalisme memperuncing kontradiksi antara kedua kategori sosial sehingga pada akhirnya terjadi konflik di antara kedua kelas. Dan nantinya akan muncul tiga kelas, yaitu Borjuis yang merupakan kelas elit. Kelas di bawahnya adalah kelas menenganh dan kelas yang paling bwah biasa disebut dengan kelas Proletariat. Kelas bawah biasanya dihuni oleh para buruh industri.
Dalam buku sosiologi sebuah pengantar ; tinjauan pemikiran sosiologi perspektif Islam dijelaskan bahwa konflik kelas yang dikembangkan oleh Marx adalah antagonism antara kaum borjuis dan proletar. Dalam masayarakat kapitalisme, kaum borjuis merupakan kelas elit yang menguasai alat-alat produksi, sedangkan proletar terdiri dari buruh, para pekerja pabrik dan orang yang hanya mengandalkan tenaga untuk bekerja. Jumlah kaum proletar lebih banyak daripada kaum borjuis. Atas dasar ini Marx berpandangan bahwa masayarakat berada dalam konflik dan perjuangan kelas.[vi]
Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya teori konflik itu muncul karena adanya ketegangan antara kaum elit dan bawah, atau biasa disebut kaum borjuis dan proletar. Marx menamakan konflik tersebut dengan konflik kelas atau perjuangan kelas, karena masing-masing kaum memperebutkan dan memperjuangkan kelasnya masing-masing.


[i] James M Henslin Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi, ,(Erlangga, Jakarta)hlm. 18
[ii] M. Bambang Pranowo, Sosioologi sebuah pengantar,(Lab Sosiologi Agama, Ciputat) hlm 25
[iii] George Ritzer, Douglas J goodman ,Teori Sosiologi Modern, , (kencana, Jakarta) hlm. 153
[iv] L.Laeyendecker, Tata, Perubahan, Dan Ketimpangan.Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi. (Gramedia, Jakarta)hlm.   255
[v] Soekanto, Soerjono  Pengantar Sosiologi, (UI Jakarta) hlm 218
[vi] M. Bambang Pranowo, Sosioologi sebuah pengantar,(Lab Sosiologi Agama, Ciputat) hlm 20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini