Sejarah Perkembangan Penduduk: Dunia dan Indonesia
Keseimbangan Lama dan Baru
Yang dimaksud dengan keseimbangan lama dari perkembangan penduduk adalah, ketika reit kematian dan kelahiran dari penduduk suatu wilayah masing-masing berada pada tingkat yang tinggi, sehingga perkembangan jumlah penduduk sangat lambat. Bahkan untuk sebagian besar peride, jumlah kelahiran tak banyak bebeda dengan jumlah kematian.
Keseimbangan baru berarti keadaan dimana reit kelahiran dn kematian berada pada tingkat yang rendah. Sehubungan dengan reit kelahiran dan kematian, perserikatan bangsa-bangsa mengklafikasikan penduduk-penduduk dalam tipe-tipe: kelahiran tinggi-kematian tinggi, kelahiran tinggi-kematian cukup tinggi/ sedang menurun, ,kelahiran tinggi-kematian rendah, kelahiran sedang menurun-kematian rendah, dan kelahiran rendah-kematian rendah. Dalam pada itu Borrie[1] membedakan masyarakat ke dalam tiga tipe yaitu: masyarakat yang tidak terkontrol fertilitas atau moralitas secara efesien, masyarakat yang tidak mengontrol fertilitas akan tetapi sedang mengalami penurunan reit kematian, dan masyarkat yang mengontrol fertilitas dengan cara yang sangat efesien dan mempunyai harapa hidup rata-rata yang panjang.
Proses menuju keseimbangan baru setelah tergantungnnya keseimbangan lama arti turunnya reit kematian (adalah mulai turunya reit kematian) adalah mulainya turun reit kelahiran (lihat juga "tentang transisi demografi dan aliran-aliran pemiiran"). Reit kematian kasar pada keseimbangan lama berkisar pada 45 per seribu penduduk. Dewasa ini suatu teit kematian kasar diatas dari 30 per seribu telah dipandang sangat tinggi. Suatu masyarakat yang berada pada keseimbangan baru (kelahiran rendah-kematian rendah) berarti masyarakat yang bersangkutan telah melalui fase transisi demografi.[2]
Angka-angka Perkembangan Penduduk Dunia Pada Berbagai Periode
Seperti telah diemukakan, fase perkembangan penduduk dunia yang sangat lambat berjalan untuk jangka waktu yang sangat lama. Bagi hampir keseluruhan periode adanya manusia di bumi, reit perkembangan penduduk tahunan dunia hampir-hampir mendekati nol. Fenomena-fenomena perkembangan pendudu cepat (ledakan penduduk) merupakan fenomena yang muncul dalam abad-abad terakhir.
Kemajuan pesat dalam perkembangan jumlah manusia pararel dengan penemuan-penemuan besar yaitu penemuan sistem pertanian, mulai kehidupan perkotaan dan perdagangan, pengendalian kekuatan-kekuatan non-manusiawi, dan revolusi teknologi. Jika pada permulaan tahun masehi (AD1) penduduk bumi ditaksir hanya sekitar 250 juta, dan pada tahun 1650 baru menjadi sekiatar 500 juta, pada tahun 1975 telah di mencapai sekitar 4 milyar dan pada tahun 1987 menjadi 5 milyar.
Perkembangan Penduduk Jawa Abad ke-19
Di indonesia, sekali pun untuk jawa, informasi atau data demografi abad ke-19 yang tersedia sangat terbatas. Bahkan informasi yang sangat mendasar seperti angka-angka jumlah penduduk sering merupakan sumber perdebatan. Para ahli pada umumnya berpendapat adanya under enumeration bagi angka-angka tersebut seperti angka "sensus" Raffles masih di pandang bermanfaat. Bahkan ada penulis-penulis yang walaupun mengakui angka Raffles terlalu rendah sebagai penduduk jawa dipermulaan abad ke-19 telah mengambil data "Sensus" Raffles tersebut sebagai starting point.[3]
Breman[4] berpendapat bahwa angka-angka pertambahan penduduk jawa abad ke-19 atas dasar angka-angka resmi lebih tinggi daripada kenyataan yang sesungguhnya walaupun dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya dan dengan masyarakat praindus-tri lainnya, jawa mengalami pertambhan penduduk yang sangat cepat. Reit perkembangan penduduk tahunan sepanjang abad ke-19 yang reasonable untuk diterima menurut Breman adalah sekitar 1,6 persen.
Kemudian reit perkembangan tahunan sepanjang abad ke-19 adalah tidak lebih lambat dari pada reit perkembangan tahunan dalam bagian pertama abad tersebut. Bebrapa ahli telah mencoba untuk mengoreksi angka "sensus" penduduk Raffles yang diantaranya Breman (1971) dan peper (1970). Meurut Breman suatu persentase kesalahan sebesar 34 persen dari angka jumlah penduduk yang dikemukakan Raffles akan berarti jumlah penduduk jawa pada tahun 1815 sebanyak 6,3 juta.[5]
Alasan-alasan terpenting yang umumnya dikemukakan untuk menerangkan perkembangan penduduk cepat di jawa berkisar pada[6]
1. Terjadinya perbaikan tingkat hidup dari penduduk pribumi;
2. Meluasnya pelayanan kesehatan; kongkritnya adalah introduksi vaksianasi cacar; dan
3. Perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah belanda.
Perkembangan penduduk dihubungkan dengan meningkatnya pengaruh sistem pertanian colonial belanda terhadap berbagai lapangan kehidupan. Ungkapan-ungkapan seperti ekspansi statis[7] dan kemiskinan berbagi.[8] Perkembangan penduduk dan angkatan kerja yang luar biasa sebagai reaksi terhadap westrn know how dibarengi oleh perluasan sistem pertanian ke daerah-daerah yang belum di usahakan.
Penduduk Indonesia di Abad ke-20
Seperti telah disebutkan pada bagian sebelumnya, jumlah penduduk jawa diperkirakan sekitar 28,5 juta pada akhir abad ke-19. Sedangkan untuk lain-lain daerah atau pulau-pulau di indonesia, bagi periode sampai tahun 1905 informasi demografi yang tersedia secara terbatas diragukan kemanfaatannya karena sangat kurang realibilitasnya.[9] Dalam zaman sebelum indonesia merdeka pengumpulan data jumlah penduduk yang lebih seksama mencakup seluruh wilayah indonesia dilaksanakan untuk pertama kali pada tahun 1920 yang dikenal sebagai sensus penduduk 1920.
Jumlah penduduk indonesia pada waktu itu diperkirakan sebanyak 49,3 juta, dan jawa 35,0 juta (colonial verslag, beberapa penerbitan).[10] Dalam masa 60 tahun terakhir antara 1930-1990 jumlah penduduk indonesia hampir menjadi tiga kali lipat. Secara keseluruhan bagi indonesia, reit perkembangan penduduk yang sebelumnya 1,5 persen per tahun dalam periode 1930-1961, meningkat lagi menjadi 2,3 persen per tahun. Suatu percatatan perkembangan penduduk telah terjadi di indonesia dalam jangka waktu 5 dekade terakhir hingga tahun 1980.
[1] W.D. Borrie, the Growth and Control of World Population (London: Weidenfeld and Nicolson, 1970), hal.18
[2] Pertanyaan yang dapat diajukan sehubungan dengan ini; dapatkah atau dalam keadaan bagaimanakah masyarakat yang bersangkutan dapat mengalami kemabli kenaikan reit kelahiran?
[3] Umpamanya Myrdal mengobsarvasi bahwa, sesuai dengan hasil suatu perkiraan, penduduk jawa yang berjumlah 4,5 juta umumnya dipandang cukup reliable. Myrdal, asian drama vol. II (New York: 1968), hal. 1395.paper B. population Growth in java in the 19 th century, population studies (1970), hal. 73
[4] J.C. Breman, jawa pertumbuhan penduduk dan struktur demografis (jakarta: Bhrarta press,1971), hal.52
[5] ibid
[6] Boeke, (1941)
[7] Boeke, (1941)
[8] C. Geertz, agriculture involutions the processes of ecological change in indonesia (Berkeley: university of California press, 1963).
[9] Widjojo Nitisasrtro,op.cit., hal. 60-62. Umpamanya menurut perkiraan resmi, penduduk lain-lain pulau di indonesia (selain jawa) pada tahun 1849 berjumlah 10.473.500, berflutuasi cukup besar hingga pada tahun 1905 berjumlah 7.304.522.
[10] G. McNicoll, dan S.G.M. Mamas, keadaan Demografi di indonesia Yogyakarta: Gadjah Mada University press, 1976), hal. 5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar