KARL MARX
Pertentangan Kelas
Analisis tentang masyarakat dalam masalah kelas sosial sebenarnya tidak ditemukan oleh Marx. Bahkan para penulis dari kalangan 'borjuis' seperti Adam Smith atau Alexis de Tocqueville juga mengakui sebelumnya bahwa masyarakat memang terbagi atas kelas-kelas yang ditentukan oleh posisi ekonomi, status, penghasilan, posisi kekuasaan yang berbeda dan memiliki kepentingan yang berkelindan. Untuk memahami teori Marxis maka kita perlu memahami spesifikasinya.
Perlu diingat lagi dalam masyarakat seperti apakah Marx pernah hidup. Perkembangan kapitalisme pernah mengacaukan masyarakat feodal yang terstruktur pada tiga aturan besar yaitu: kaum petani, kaum aristokrat atau bangsawan dan pendeta. Dengan perkembangan perdagangan, industri dan pusat-pusat urban munculah dua kelas baru yaitu: kelas borjuis (bourgeois) yang telah mendestabilisasikan rezim (tatanan) lama dan memegang tempat yang dominan dan kemudian kalangan poletar atau rakyat jelata yang miskin dan terdiri dari sekumpulan tukang di pabrik-pabrik dan para petani yang terusir dari tanahnya dan kemudian menjadi tenaga kerja utama di bengkelkerja dan firma-firma industri besar. Berbagai kondisi kerja dan eksistensi kaum proletar pada pertengahan abad XIX banyak dilaporkan melalui sejumlah penelitian. Laporan-laporan ini kurang lebih mendeskripsikan hal yang sama yaitu: irama kerja buruh yang tidak masuk akal, jadwal yang tidak manusiawi, eksploitasi anak-anak, kemelaratan, kecanduan alcohol dan degradasi moral yang menumpa kelas buruh.
Proyek yang dilakukan Marx kurang mengungkapkan eksistensi kelas-kelas sosial atau mendeskripsikan situasinya dibanding memahami dinamika pergulatan kelas. Pertama ia mendefinisikan kelas-kelas itu lewat situasi yang dikaitkan dengan hubungan produksi. Kaum borjuis menjadi pemilik modal. Para borjuis kecil yang merupakan kategori tidak terlalu tajam terdiri dari para tukang atau pengrajin, pedagang, notaris, pengacara dan seluruh birokrat. Sedangkan kaum proletar adalah mereka yang menjual tenaga dalam bekerja.
Namun yang terpenting menurut Marx bukanlah membuat deskripsi tentang stratifikasi sosial. Ia ingin mendeskripsikan dinamika sebuah masyarakat yang menurut pendapatnya bergerak dalam suatu konflik sentral yaitu antara kelas borjuis dengan kelas proletar. Kaum borjuis yang didorong oleh persaingan dan haus akan keuntungan tergerak untuk semakin lama semakin mengeksploitasi kaum proletar. Karena terperangkap dalam kemelaratan dan pengangguran yang bersifat endemik maka kelas proletar hanya memiliki satu-satunya jalan keluar yaitu pemberontakan sporadis atau melakukan revolusi.
Dengan memperunakan kosakata istilah yang diwarisi dari Hegel, Marx membedakan kelas sebagaimana kondisi dirinya sendiri dari kelas bagi dirinya sendiri. Kelas sebagaimana kondisi dirinya sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan individu yang secara umum memiliki kondisi kerja yang sama, status yang sama dan permasalahan yang sama, namun tidak harus terorganisasikan dalam suatu proyek atau rencana bersama. Sedangkan kelas bagi dirinya sendiri merupakan sebuah kelas yang karena telah menyadari akan adanya kepentingan bersama, lalu mengorganisasikan diri menjadi gerakan sosial berbentuk sinidkat dan partai, yang berarti menempa diri untuk mencari identitas.
Agama
Bagi Feuerbach agama itu merupakan proyeksi dalam bentuk surga bagi pemikiran (ide), harapan dan keyakinan manusia. Orang bisa mempercayai eksistensi Tuhan secara riil seperti yang ditemukannya. Marx mengambil kembali pemikiran ini bahwa agama adalah candu bagi masyarakat.
Ideologi
Marx tidak memiliki teori yang sistematik tentang ideologi. Sebaliknya, yang ada hanya analisis-analisis parsial dan belum rampung namun seringkali berbobot dan tajam. Analisis ini berkisar pada beberapa tema yang sifatnya fundamental. Marx menempatkan ideologi sebagai keseluruhan ide yang dominan dan diusung oleh sebuah masyarakat sebagai kelompok sosial dalam bingkai atau batas ekonomi dan menjadi semacam refleksi atas bingkai itu. Dengan demikian kaum borjuis yang semakin menanjak telah menentukan pemikiran-pemikiran tentang kebebasan, hak asasi manusia, kesetaraan di hadapan hokum (hak) bingkai pergulatan menghadapi orde atau tatanan lama. Mereka ini cenderung memindahkan apa-apayang menjasi ekspresi kepentingan kelasnya menjadi nilai-nilai yang universal. Marx juga memiliki sebuah teori tentang ideologi sebagai semacam alienasi.
Modal Produksi
Cara produksi dari sebuah masyarakat berupa tenaga kerja produksi (manusia, mesin dan teknik) dan hubungan produksi (perbudakan, sistem bagi hasil, sistem kerajinan tangan, bekerja upahan). Cara produksi ini membentuk kaki penopang yang menyangga superstruktur politik, yuridris dan ideologis masyarakat. Selama kurun waktu berlangsungnya sejarah terjadi pergantian cara berproduksi yaitu dari yang model kuno, model Asia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar