Sabtu, 18 Oktober 2014

Muhammad Arif Fathurrahman_KPI 5E_Etika dan Filsafat Komunikasi Tugas ke-4

Nama               : Muhammad Arif Fathurrahman
NIM                : 1112051000154
Kelas               : KPI 5E
Tugas               : Etika dan Filsafat Komiunikasi ke-4
 
Filsafat Komunikasi
Filsafat sebagai cara berpikir yang radikal dan menyeluruh untuk mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Untuk itu kita berusaha mengupas komunikasi sedalam-dalamnya, artinya kita mencoba menemukan hakikat/inti/esensi dari komunikasi.
Mengacu pada paradigma Lasswell dengan 5 unsur komunikasi, ada komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tentunya tidaklah cukup untuk mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan kelima unsur tersebut. Misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, gangguan (noise) dan lain sebagainya.
Joseph A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1997) menyebut adanya lingkungan komunikasi. Lingkungan (konteks) komunikasi sedikitnya mempunyai tiga dimensi:
1.      Dimensi fisik
Dimensi fisik artinya lingkungan nyata atau berwujud (tangible). Dimensi fisik ini berkaitan dengan tempat, di mana komunikasi berlangsung. Apa pun bentuk tempat tersebut, pastilah mempunyai pengaruh tertentu atas kandungan pesan kita (apa yang kita sampaikan) selain juga bentuk pesan (bagaimana kita menyampaikan).
 
2.      Dimensi sosial-psikologis
Dimensi sosial-psikologis artinya lingkungan hubungan kejiwaan antara komunikator dan komunikan. Dimensi sosial-psikologis berkaitan dengan suasana di mana komunikasi berlangsung. Suasana baik pada diri komunikator maupun komunikan akan berpengaruh terhadap pesan yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya.
3.      Dimensi temporal (waktu)
Dimensi temporal (waktu) mencakup waktu dalam sehari maupun dalam hitungan sejarah di mana komunikasi berlangsung. Dimensi temporal ini jelas berkaitan dengan waktu. Sebagian orang menggunakan waktu pagi hari untuk berkomunikasi dengan keluarganya. Sebagian orang lain menggunakan waktu sore atau malam hari untuk berkomunikasi dengan keluarganya. Demikian pula waktu dalam hitungan sejarah tidak kalah pentingnya, karena kelayakan dan dampak dari suatu pesan bergantung sepenuhnya atau sebagian pada waktu pesan tersebut dikomunikasikan. Yang lebih penting adalah bagaimana suatu pesan tertentu disesuaikan dengan rangkaian temporal peristiwa komunikasi.
Ketiga dimensi lingkungan komunikasi di atas akan selalu berinteraksi, masing-masing dimensi akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Hal lain dari proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adalah unsur gangguan (noise). Noise adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan.  Dalam suatu sistem komunikasi ada gangguan apabila pesan yang dis ampaikan oleh komunikator berbeda dengan pesan yang diterima oleh komunikan. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada suaradari selain komunikator), psikologis (pemikiran yang salah ada di kepala komunikator-komunikan) serta gangguan semantik (salah mengartikan makna). (Devito, 1997:29)
Salah satu gangguan dalam proses komunikasi, yaitu gangguan semantik, perlu mendapat pembahasan yang lebih khusus. Hal ini disebabkan berkaitan dengan bahasa yang dilakukan baik oleh komunikator ataupun komunikan, yaitu manusia itu sendiri. Tanpa bahasa manusia tidak dapat mengomunikasikan hasil berpikirnya kepada orang lain. Pemaknaan terhadap bahasa yang sama akan mengakibatkan komunikasi yang efektif sehingga apa yang menjadi tujuan komunikasi dapat tercapai. Hal yang paling mendasar dari proses komunikasi adalah adanya statement atau pernyataan dari hasil pikiran seseorang. Sebagai makhluk yang berpikir, maka manusia mempunyai hak untuk menyatakan hasil pikirannya tersebut. Di sinilah mulainya proses komunikasi. Karena manusia mempunyai hak untuk menyatakan pikirannya, maka manusia juga mempunyai kewajiban untuk mendengarkannya.
Hak adalah sesuatu yang boleh dikerjakan oleh manusia, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dikerahkan oleh manusia. Interaksi antar manusia yang satu sebagai komunikator dengan manusia yang lain sebagai komunikan apabila didasari akan adanya hak dan kewajiban tersebut maka akan menghasilkan suatu proses komunikasi yang seimbang dan harmonis. Menurut Astrid S. Susanto, (1996:16) masyarakat ideal harmonis dan adil tercapai apabila:
1.      Pendapat-pendapat norma-norma dalam masyarakat diarahkan kepada harmonisasi
2.  Sifat-sifat khas dari materi publisistik/komunikasi dipergunakan sesuai dan demi perwujudan ataupun peningkatan harmoni dalam masyarakat
3.   Apabila dalam proses komunikasi terjadi pula komunikasi yang harmonis, yaitu apabila antara pemberi lambang (komunikator) dan penerima lambang (komunikan) terdapat pengertian. Saling mempengaruhi dalam rangka perwujudan suatu masyarakat harmonis.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat komunikasi adalah studi secara mendalam tentang pernyataan manusia yang disampaikan pada manusia lain menuju kemengertian bersama.
 
Daftar Pustaka :
Sumarno AP, Kisyanti EL Karimah, Ninis Agustini Damayanti, Filsafat dan Etika Komuniksi, (Jakarta: Universtitas Terbuka, 2007).
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini