Minggu, 19 Oktober 2014

Fitri Permata Sari / KPI 5E / Tugas Etika 4

Nama              : Fitri Permata Sari
NIM                : 1112051000151
Kelas               : KPI 5/E
Tugas              : Etika dan Filsafat Komunikasi
 
Filsafat Komunikasi
Pengertian Filsafat Komunikasi
Filsafat komunikasi sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis teori dan komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya dan metodenya.
Mengacu pada paradigma Lasswell dengan 5 unsur komunikasi, ada komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tentunya tidaklah cukup untuk mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan kelima unsure tersebut. Misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, gangguan dan lain-lain sebagainya.
Joseph A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1997) menyebut adanya lingkungan komunikasi. Lingkungan (konteks) komunikasi sedikitnya mempunyai tiga dimensi:
1.      Dimensi fisik.
Dimensi fisik artinya lingkungan nyata atau berwujud. Dimensi fisik ini berkaitan dengan tempat, dimana komunikasi berlangsung. Apapun bentuk tempat, pastilah mempunyai pengaruh tertentu atas kandungan pesan kita (apa yang kita sampaikan) selain juga bentuk pesan (bagaimana kita menyampaikan).
2.      Dimensi sosial-psikologis.
Dimensi sosial-psikologis artinya lingkungan hubungan kejiwaan antara komunikator dan komunikan. Dimensi sosial-psikologis berkaitan dengan suasana dimana komunikasi berlangsung. Suasana baik pada diri komunikator maupun komunikan akan berpengaruh terhadap pesan yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya. Suasana formalitas maupun informalitas, suasana serius atau sendu gurau pastilah akan berbeda suasana komunikasinya.
3.      Dimensi temporal (waktu).
Dimensi temporal (waktu) mencakup waktu dalam sehari maupun dalam hitungan sejarah di mana komunikasi berlangsung. Dimensi temporal ini jelas berkaitan dengan waktu. Demikian pula waktu dalam hitungan sejarah tidak kalah pentingnya, karena kelayakan dan dampak dari suatu pesan bergantung sepenuhnya atau sebagian pada waktu pesan tersebut dikomunikasikan. Yang lebih penting adalah bagaimana suatu pesan tertentu disesuaikan dengan rangkaian temporal peristiwa komunikasi.
      Ketiga dimensi lingkungan komunikasi di atas akan selalu berinteraksi, masing-masing dimensi akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain.
      Hal lain dalam proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adalah unsure gangguan (noise). Noise adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Dalam suatu sistem komunikasi ada gangguan apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator berbeda dengan pesan yang diterima oleh komunikan. Gangguan ini dapat berupa fisik (ada suara dari selain komunikator), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala komunikator-komunikan) serta gangguan sematik (salah mengartikan makna).
 Tiga macam gangguan
1.      Fisik = Interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain.
Contohnya: Desingan mobil yang lewat, dengungan computer, kaca mata.
2.      Psikologis = Interferensi kognitif atau mental.
Contohnya: Prasangka dan bias pada sumber-penerima, pikiran yang sempit.
3.      Sematik = Pembicara dan pendengar memberi arti yang berlainan.
Contohnya: Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda,menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang dipahami pendengar.
Salah satu gangguan dalam proses komunikasi, yaitu gangguan sematik, perlu mendapatkan pembahasan yang lebih khusus. Hal ini disebabkan berkaitan dengan bahasa yang dilakukan baik oleh komunikator ataupun komunikan, yaitu manusia itu sendiri. Manusia sebagai makhluk yang berpikir homo-sapiens sehingga mampu mengkomunikasikan pikirannya, oleh Ernst Cassirer manusia disebut sebagai animal symbolicum, yaitu mahkluk yang mempergunakan symbol, yang secara generic mempunyai cakupan yang lebih luas daripada homo sapiens. Hal ini disebabkan dalam berpikirnya manusia mempergunakan symbol.
Tanpa bahasa manusia tidak dapat mengomunikasikan hasil berpikirnya kepada orang lain. Kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak dapat dilakukan apabila manusia tidak mempunyai kemampuan berbahasa. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak di mana objek-objek yang faktual ditransformasikan menjadi symbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai sesuatu objek tertentu meskipun objek tersebut secara faktual tidak berada di tempat di mana kegiatan berpikir itu dilakukan.
Pemaknaan terhadap bahasa yang sama akan mengakibatkan komunikasi yang efektif sehingga apa yang menjadi tujuan komunikasi dapat tercapai. Hal yang paling mendasar dari proses komunikasi adalah adanya statement atay pernyataan dari hasil pikiran seseorang.
Menurut Astrid S. Susanto, masyarakat ideal harmois dan adil tercapai apabila:
1.      Pendapat-pendapat dan norma-norma dalam masyarakat diarahkan kepada harmonisasi.
2.      Sifat-sifat khas dari materi publisistik/komunikasi dipergunakan sesuai dan demi perwujudan ataupun peningkatan harmoni dalam masyarakat.
3.      Apabila dalam proses komunikasi terjadi pula komunikasi yang harmonis, yaitu apabila antara pemberi lambang (komunikator) dan penerima lambang (komunikan) terdapat pengertian, saling mempengaruhi dalam rangka perwujudan suatu masyarakat harmonis. Dengan kata lain, publisistik terutama menyelidiki bagaimana dan faktor-faktor apa dalam masyarakat yang harus diperhatikan oleh komunikator maupun komunikan dalam mengggunakan proses komunikasi, agar supaya harmoni tidak terganggu ataupun sebaliknya agar ideal dapat didekati.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat komunikasi adalah studi secara mendalam tentang pernyataan manusia yang disampaikan pada manusia lain menuju kemengertian bersama.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini