Nama : Mia Kurnia Ningsih
Kelas : KPI 5 E
Nim :1112051000156
Pengertian filsafat komunikasi
Onong U.Effendi dalam bukunya Ilmu, Teori dn filsafat komunikasi mendefinisikan filsafat komunikasi sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analistis, kristis, holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dan metodenya.
Mengacu pada paradigma Laswell dengan 5 unsur komunikasi, ada 5 unsur komunikasi,ada komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tentunya tidaklah cukup untuk mengupas kounkasi secara mendalam. Adabanyak hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan lima unsur tersebut misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, ganngguan (noise) dan lain-lain.[1]
Joseph A. Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1997) menyebut adanya lingkungan komunikasi. Lingkunga komunikasi sedikitnya mempunyai tiga dimensi :
1. Dimensi Fisik
2. Dimnensi sosoal-psikologis
3. Dimensi temporal (waktu)
Dimensi fisik artinya lingkungan nyata atau berwujud, dimensi fisik ini berkaitan dengan tempat, dimana komunikasi berlangsung. Apapun bentuk tempat tersebut, pastilah mempunyai pengaruh tertentu atas kandungan pesan kita.(apa yang kita sampaikan) selain juga bentuk pesan (bagaimana kita menyampaikan),
Dimensi sosial-psikologis artinya lingkungan hubungan kejiwaan antara komunikator dan komunikan. Dimensi sosial-psikologis berkaitandengan suasana dimana komunikasi berlangsung. Suasana baik pada diri komunikator maupun komunikasn akan berpengaruh terhadap pesan yang akan disampaikan dan bagaimana cara menyampaikanya.
Dimensi temporal (waktu) mencakup waktu dalam sehari maupun dalam hitungan sejarah dimana komunikasi itu berlangsung, dimensi temporal ini jelas berkaitan dengan waktu.
Tanpa bahasa manusia tidak dapat mengkomunikasikan hasil berfikirnya kepada orang lain. Kegiatan berfikir ini secara sistematisdan terartur tidak dapat dilakukan apabila manusia tidak mempunya kemampuan berbahasa. Bahasa memungkinkan manusia untuk berfikir secara abstrak dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berfikir mengenai suatu objek tersebut secara faktual tidak berada do tempat dimana kegiatan berfikir itu dilakukan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat komunikasi adalah studi secara mendalam tentang pernyataan manusia yang disampaikan ada manusia lain menuju kemengertian yang sama.[2]
Komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia. Dari manusia kepada manusia bahwa manusia dalam komunikasi itu penting . dalam komunikasi paling sedikit harus ada tiga unsur, yakni komunikator, pesan dan pernyataan, dan komunikan. Dua dari tiga komponen itu, yakni komunikator dan komunikan adalah manusia dengan segala kompleksitas kejiwaannya.
Ada beberapa aliran atau faham mengenai manusia itu
- Faham materialisme
- Faham idealisme
- Faham eksistensialisme
Faham Matrealisme
Faham matrealisme berpemandangan bahwa manusia pada prinsipnya hanyalah materi, atau benda: lain tidak memang manusia ada kelebihannya dibanding dengan benda lainnya.
Faham Idealisme
Faham idealisme adalah aliran yang bertentengan secara ekstrim dengan faham materialisme.
Idealisme berasal dari perkataan eidos, yang berarti pikiran manusia adalah manusia, karena ia berfikir, karena ia mempunyai idea, karena ia sedar akan dirinya. Manusia mungkin saja belum pernah melihat sesuatu hal seperti kapal selam, namun ia mengerti kapal selam.
Faham Eksistensialisme
Aliran eksistensialisme menentang kedua aliran terdahulu menurut kata asalnya
- Eks berarti keluar
- Sistensia berarti berdiri
- Eksistensi berarti : berdiri sebagai diri sendiri dengan keluhan diri sendir yang dimaksud ialah cara manusia berada di dunia, dan cara ini adalah khusus untuk manusia.
[1] Sumarno AP, Kisyanti EL Karimah, Ninis Agustini Damayanti.Filsafat dan etika Komunikasi. Universitas Terbuka. (Jakarta:2007).hal : 214
[2] Sumarno AP, Kisyanti EL Karimah, Ninis Agustini Damayanti.Filsafat dan etika Komunikasi. Universitas Terbuka. (Jakarta:2007).hal : 218
Tidak ada komentar:
Posting Komentar