Sabtu, 18 Oktober 2014

Fahmi, KPI 5 E, 1112051000129 | Tugas 4 Etika dan Filsafat Komunikasi

NAMA           : FAHMI
NIM                : 1112051000129
KELAS          : KPI 5 E
 
Filsafat Komunikasi
            Komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia. Dari manusia kepada manusia. Bahwa manusia dalam komunikasi itu penting, tak dapat disangkal lagi. Dalam komunikasi paling sedikit harus ada tiga unsur, yakni komunikator, pesan atau pernyataan, dan komunikan. Dua dari tiga komponen itu, yakni komunikator dan komunikan adalah manusia dengan segala kompleksitas kejiwaannya.
            Onong U. Effendi mendefinisikan filsafat komunikasi sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dah metodenya.
            Mengacu pada paradigma Lasswell dengan 5 unsur komunikasi, ada komunikator, pesan, komunikan, media dan efek tentunya tidaklah cukup untuk mengupas komunikasi secara mendalam. Ada banyak hal yang mempengaruhi proses komunikasi dengan melibatkan kelima unsur tersebut. Misalnya berkaitan dengan tempat, waktu, gangguan (noise) dan lain sebagainya.
            Dalam proses komunikasi yang perlu mendapat perhatian adalah unsur gangguan (noise). Noise adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Dalam suatu sistem komunikasi ada gangguan apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator berbeda dengan pesan yang diterima oleh komunikan. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik  (ada suara selain dari komunikator), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala komunikator-komunikan) serta gangguan sematik (salah mengartikan makna).
            Untuk mengerti komunikasi dengan sebaik-baiknya, kita perlu memahami diri manusia itu, meskipun memang tidak mudah untuk menerangkanapa manusia itu, disebabkan sifatnya yang kompleks. Ada beberapa aliran atau faham mengenai manusia itu:
1. Faham materialisme
            Faham ini berpandangan bahwwa manusia pada prinsipnya hanyalah materi, atau benda. Memang manusia ada kelebihannya dibandingkan dengan benda lainnya, seperti kerbau dan batu, namun pada hakekatnya sama saja. Manusia adalah materi semata, akibat dari proses unsur kimia.
2. Faham idealisme
            Faham idealisme adalah aliran yang bertentangan secara ekstrim dengan materialisme. Idealisme berasal dari kata eidos yang berarti pikiran. Manusia adalah manusia, karena ia berfikir, karena ia mempunyai ide, karena ia sadar akan dirinya. Manusia belum pernah melihat kapal selam, tetapi ia mengerti kapal selam; belum pernah pergi ke Amerika, tetapi mengerti Amerika. Terkenallah Descartes orang yang terkenal dalam aliran ini, yang terkenal pula prinsipnya yaitu cogito ergo sum, yang berarti: aku berfikir; jadi aku ada. Descartes memandang manusia sama saja dengan kesadarannya. Dan kesadaran tersebut tidak berhubungan sama sekali dengan jasmani.
            Menurut Descartes, manusia itu terdiri dari dua macam zat yang berbeda secara hakiki, yaitu:
·         Res cogitans (zat yang dapat berpikir)
Res cogitans adalah zat roh, zat yang bebas, tidak terikat oleh hukum alam, bersifat rohaniah.
·         Res extensa (zat yang mempunyai luas)
Res extensa adalah zat materi,, tidak bebas, terikat dan dikuasai oleh hukum alam.
            Kedua zat itu berbeda dan terpisah kehidupannya. Kehidupan manusia berpokok pada kesadarannya, pikirannya yang bebas. Jadi di situ terdapat dualisme antara jiwa dan raga
 
3. Faham eksistensialisme
      Aliran eksistensialisme menentang ke-dua aliran di atas. Menurut kata asalnya:
·         Eks berarti keluar
·         Sistensia berarti berdiri
·         Eksistensi berarti: berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari diri sendiri.
Yang dimaksudkan dengan eksistensi adalah cara manusia berada di dunia, dan cara ini adalah khusus untuk manusia, tidak untuk benda lain. Sebab beradanya manusia di dunia berada dengan benda-benda lain di dunia.
Menurut ajaran eksistensialisme, manusia bukan saja berada di dunia, tetapi juga menghadapi dunia, menghadapi benda lain di dunia. Dan dalam menghadapi barang itu, ia mengerti arti barang yang dihadapinya itu. Dan ia mengerti pula apa itu hidup. Ia mengerti arti dan gunanya api atau kayu. Ia mengerti apa artinya dan apa gunanya bercocok tanam. Kesemuanya itu, bearti manusia adlah subyek, subyek artinya sadar, sadar akann dirinya dan sadar akan obyek-obyek yang dihadapinya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini