A. PENGERTIAN FILSAFAT
Kata filsafat berasal dari kata 'philosophia' (bahasa Yunani), diartikan dengan 'mencintai kebijaksanaan'. Sedangkan dalam bahasa inggris kata filsafat disebuut dengan istilah 'philosophy' dan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah 'falsafah', yang biasa diartikan 'cinta kearifan'.
Sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu manusia yang sehat yang berusaha keras dengan sunggung-sungguh untuk mencari kebenaran dan akhirnya memperoleh kebenaran.
Untuk melengkapi definisi filsafat yang telah dikemukakan diatas, berikut akan dipaparkan pendapat para filosof dan para ahli mengenai filsafat. Diantara para filosof dan para ahli yang memberikan definisi filsaat itu adalah sebagai berikut
:
:
1. Pythagoras (572-497 SM.). Dalam tradisi filsafat Yunani Knuno, pyhtagoras adalah orang yang pertama-tama memperkenalkan istilah philosophia, yang kemudian dikenal dengan istilah filsafat sebagai the love of wisdom. Menurutnya manusia yang paling tinggi nilainya adalah manusia pencinta kebijaksanaan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan.
2. Socrates (469-399) ia adalah seorang filosof dalam bidang moral yang terkemuka setelah thales pada zaman Yunani Kuno. Socrates memahami bahwa filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat refletif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia.
3. Rane Descartes (1596-1650). Ia memberikan definisi filsafat sebagai kumpulang segala pengetahuan dimana Tuuhan, Alam dan Manusia menjadi pokok penyelidikannya
4. Immanuel kant (1724-1650) menurutnya filsafat adalah ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup masalah epistemology, etika dan masalah ketuhanan.
Sebenarnya masih banyak definisi, konsepsi dan interprestasi mengenai filsafat dan berbagai ahli yang merumuskan bahwa filsafat berhubungan dengan bentuk kalimat yang logis dari bahasa keilmuaan, dengan penilaian, dengan perbincangan kritis, pra anggapanilmu atau dengan ukuran bangku tindakan.
B. UNSUR-UNSUR FILSAFAT ILMU
a. Ontologi
Ontology merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Istilah ontology berasal dari bahasa Yunani, yaitu ta onta berarti "yang ada", dan logos berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Dengan demikian, ontology berarti berarti ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang berada. Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontology. Dalam persoalan ontology orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini.
Pembicaraan tentang hakikat sangat luas, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada yakni realitas, realita adalah ke-riil-an, riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi, hakekat ada adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.
b. Epistemologi
Istilah epistimologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971:94)
Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan logos, theory. Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan (Uyoh Sadulloh,2007:30). Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat, atau cara mendapatkan pengetahuan yang benar (Suriasumantri J, 1990:101)
Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan "kebenaran" macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Bila kumpulan pengetahuan yang benar/episteme/diklasifikasi, disusun sitematis dengan metode yang benar dapat menjadi epistemologi. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya (Sutardjo AW, 2007:32).
c. Axiologi (teori tentang nilai)
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai dalam berbagai bentuk.
Dalam kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika.
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
1. Moral Conduct yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
2. Estetic expression yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
3. Socio-politcal life yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat social politik.
Menurut pandangan Kattsoff aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang nilai-nilai, menjelaskan berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu yang dianggap baik di dalam tingkah laku manusia
Aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang nilai-nilai, menjelaskan berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu yang dianggap baik di dalam tingkah laku manusia
C. METODE FILSAFAT
Metode yang dipakai dalam ilmu filsafat ini sebenarnya sangat banyak, sebanyak para tokoh filsafat atau filosof, yang masing-masing memiliki dan menamakan metodenya masing-masing. Seperti yang dilakukan oleh Socrates dan Plato,maka metode yang mereka pakai dinain metode kritis. Metode kritis adalah cara kerja atau bertindak yang bersifat analistis.
Metode lain, yang bisa dipakai dalam ilmu filsafat adalah metode skolastik, yang dikembangkan oleh Ariestoteles dan Thomas Aquinas. Metode skolastik ini sering disebut dengan istilah sinestis dedukatif. Metode ini banyak dipakai untuk menguraikan metode belajar di sekolah atau diperguruan tinggi, bukan hanya dalam bidang ilmu filsafat saja, melainkan dalam semua ilmu, seperti ilmu hukum, ilmu pasti, kedokteran dan lainya.
Sedangkan metode historis digunakan bila para pelajar mengkaji filsafah dengan mengikuti sejarahnya. Ini daoat dilakukan dengan cara membecirakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah.Cara lain untuk mempelajari filsafat dengan menggunakan metode historis ini adlah dengan cara membagi babakan atau priode sejarah.
Adapun metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Dimana para pelajar harus sudah memiliki bekal pengetahuan ilmu filsafat secara memadai. Dalam metode ini pengajar dapat menggunakan metode sistematis atau historis.
Selain dengan ketiga metode diatas, dalam ilmu filsafat dikenal juga dengan metode empiris yang dipahami oleh Thimas Hobbes, John Locke, David Hume. Menurut mereka hanya pengalamanllah yang dapat menyajikan pengertian benar. Masih banyak metode-metode yang lain, seperti metode intuitif, metode geometris, metode transcendental, metode fenomeologis dan metode-metode lainya yang semuanya lahir dikarenakan keyakinan dan pengalaman mereka dalam memahami filsafat secara sungguh-sungguh sehingga menghasilkan metode yang berbeda-beda.
D. HAKIKAT FILSAFAT
1. Hakikat merupakan istilah filsafat yang dimaksudkan sebagai pemahaman atau hal yang paling mendasar
2. Filsafat tidak saja bicara wujud atau materi sebagaimana ilmu pengetahuan tetpi juga bicara makna yang terdapat dibelakangnya.
3. Hakikat filsafat adalah sebagai akibat berfikir radikal
4. Filsafat adalah kebebasan berpikir terhadap sesuatu tanpa batas, dan dia mengacu pada hukum keraguan atas segala hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar