Senin, 06 Oktober 2014

Syifa Maulidina Tugas 3: Filsafat

            Definisi Filsafat
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu, dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.
          
  Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai orang yang berpijak di bumi sedang mengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau seorang, yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya. Dia ingin menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya. Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dan konstelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral, kaitan ilmu dengan agama, dan dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya atau tidak. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar.
            Unsur-unsur Filsafat
Ontologi sering disebut teori hakikat, hakikat mengenai apa saja yang ingin dikaji. Membicarakan hakikat sesuatu yang ada dan yang mungkin ada atau ajaran mengenai keberadaan, yakni realitas artinya kenyataan sebenarnya. Jadi, hakekat ada adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah. Ontologi atau metafisika umum ini adalah bagian dari bidang telaah filsafati yang menjadi tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah. Diibaratkan pikiran adalah roket yang siap meluncur menembus galaksi dan awan, maka ontologi adalah landasan peluncurannya.
            Epistemologi sering disebut teori pengetahuan, hakikat yang mencari tahu cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Menurut Conny Semiawan dalam Susanto (2011) epistemologi adalah cabang filsafat yang menjelaskan tentang masalah-masalah filosofis sekitar teori pengetahuan. Epistemologi memfokuskan pada makna pengetahuan yang dihubungkan dengan konsep, sumber dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan dan sebagainya. Epistemology merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal-usul, susunan, metode-metode, dan sahnya pengetahuan.
Hakikatnya kita mengharapkan jawaban yang benar, dan bukannya sekedar jawaban yang bersifat sembarang saja. Lalu, timbul masalah, bagaimana cara kita menyusun pengetahuan yang benar? Persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing. Demikian juga halnya dengan masalah yang dihadapi epistemologi keilmuan yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjalankan permasalahan mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengontrol gejala alam.
             Aksiologi sering disebut teori tentang nilai, yang menyelidiki hakikat nilai, nilai kegunaan ilmu. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu kepada permasalahan etika dan estetika. Aksiologi juga menunjukkan kaedah-kaedah apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu ke dalam praktis. Aksiologi memuat pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya, nilai moral, nilai agama, nilai kebudayaan, dan nilai bahasa.
            Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan, jadi ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu, dan epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya.
            Metode Filsafat Ilmu
            Di dalam Dictionary of Philosophy yang dikutip oleh DR. Anton Bakker disebutkan adanya sepuluh metode filsafat, yaitu:
1.      Metode kritis: Socrates, Plato. Metode yang bersifat analisa istilah dan pendapat, yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan.
2.      Metode intuitif: Platinus, Bergson. Dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
3.      Metode skolastik: Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat Abad Pertengahan. Dengan bertitik tolak dari definisi-definisi yang jelas dengan sendirinya, ditarik kesimpulan-kesimpulan.
4.      Metode matematis: Descrates dan pengikutnya. Melalui analisa mengenai hal-hal kompleks, mencapai hakikat, dari hakikat itu dideduksikan secara matematis.
5.      Metode empiris: Hobbes, Locke, Barkeley, Hume. Hanya pengalaman yang menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian dalam introspeksi dibandingkan dengan serapan-serapan, kemudian disusun secara geometris.
6.      Metode transedental: Kant, Neo-Skolastik. Metode yang bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis yang disertai syarat-syarat tertentu.
7.      Metode dialektis: Hegel, Marx. Dengan jalan mengikuti dinamika pikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis dan antitesis dicapai hakikat kenyataan.
8.      Metode fenomenalogis: Husserl, eksistensialisme. Metode yang menggunakan jalan beberapa pemotongan sistematis refleksi atas fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat.
9.      Metode neo-positivistis. Dengan jalan menggunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksata).
10.  Metode analitika bahasa: Wittgenstein. Dengan jalan analisis pemakaian bahasa sehari-hari.
Hakikat Filsafat Ilmu
Jujun Suriasumantri (2005: 33-34) memandang filsafat ilmu sebagai bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat ilmu sebagai berikut. Kelompok pertanyaan pertama antara lain sebagai berikut ini. Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia? Kelompok pertanyaan kedua: Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang dimaksud dengan kebenaran? Dan seterusnya. Dan terakhir, kelompok pertanyaan ketiga: Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu  Bagaimana kaitan antara cara menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Dan seterusnya. Kelompok pertanyaan pertama merupakan tinjauan ilmu secara ontologis. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan kelompok kedua merupakan tinjauan ilmu secara epistemologis. Dan pertanyaan-pertanyaan kelompok ketiga sebagai tinjauan ilmu secara aksiologis.
Sumber:
Suriasumantri. S. Jujun. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:  Pustaka Sinar Harapan.
Sudarsono. Drs. 2001. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini