Senin, 06 Oktober 2014

tugas 3 @ Taufik Abdullah, kelas : KPI 5 E

Nama  : Taufik Abdullah

NIM     : 1112051000163

Tugas ke 3

 

A.    Definisi Filsafat

 

Filsafat berasal dari bahasa Yunani "philosophia", seiring dengan perkembangan jaman dikenal juga dalam berbagai bahasa seperti "philosphic" dalam kebudayaan bangsa Jerman, "philosophy" dalam bahasa Belanda dan Perancis, "philosophia" dalam bahasa Latin, dan "falsafah" dalam bahasa Arab.

 

Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau philosophia (philien: cinta dan sophia:kebijaksanaan). Jadi bisa dipahami bahwa filsafat itu berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pencinta kebijaksanaan dalam arti hakikat. Secara terminologi filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.

 

Menurut pandangan para ahli tentang filsafat:

 

Ø  Plato (428-348): Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

 

Ø  Aristoteles (384-322): Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala bentuk. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

 

Ø  Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah yang disebut hakekat.

 

Ø  Prof. Mr. Muhammad Yamin: Filsafat adalah pemutusan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu didalam kesungguhan.

 

Ø  Betrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan denitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan, namun seperti sain, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.     Unsur-Unsur Filsafat

 

·         Ontologi

Menurut Lorens Bagus, istilah ontologi dalam bahasa Yunani terdiri atas on, ontos, artinya ada atau keberadaan, dan logos artinya studi atau ilmu tentang. Dalam bahasa Inggris disebut ontology. Ontology juga berarti cabang filsafat yang menggeluti tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin.

·         Epistimologi

Istilah epistimologi berasal dari bahasa  Yunani epistiteme, artinya pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan logos, artinya pengetahuan, informasi. Jadi dapat dikatakan bahwa epistimologi adalah pengetahuan tentang pengetahuan. Adakalanya juga disebut teori pengetahuan.

·         Aksiologi

Istilah aksiolog berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata axios, artinya layak, pantas, dan kata logos, artinya ilmu, studi mengenai. Karena itu, aksiologi merupakan analisis nilai-nilai. Selain itu dapat dikatakan bahwa aksiologis adalah studi filosofis tentang hakikat nilai-nilai. Pertama, bahwa nilai sepenuhnya berhakikat subyektif. Kedua, bahwa nilai-nilai merupakan kenyataan, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Ketiga, nilai-nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun kenyataan.

C.    Metode Filsafat

1.      Metode Kritis : Socrates dan Plato

Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat atau aturan-aturan yang dikemukakan orang. Merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog), membedakan, membersihkan, menyisihkan, dan menolak yang akhirnya ditemukan hakikat.

2.      Metode Intuitif : Plotinus dan Bergson

Dengan jalan metode introspeksi intuitif dan dengan pemakaian simbol-simbol diusahakan membersihkan intelektual (bersama dengan pencucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran.

3.      Metode Skolastik : Aristoteles, Thomas Aquinas, filsafat abad pertengahan

Metode ini bersifat sintetis-deduktif dengan bertitik tolak dari definisi-definisi atau prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya di tarik kesimpulan-kesimpulan.

4.      Metode Geometris : Rene Descartes dan pengikutnya

Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks dicapai intuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari hakikat-hakikat itu didedukasikan secara matematis segala pengertian lainnya.

5.      Metode Empiris : Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume

Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide) dalam intropeksi dibandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian di susun bersama secara geometris.

6.      Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo Skolasti

Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.

7.      Metode Fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme

Fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakan diri, atau yang membicarakan gejala.

8.      Metode Dialektis : Hegel dan Mark

Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri menurut triade tesis, antithesis, sistesis dicapai hakikat kenyataan . DIalektis itu diungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua pengertian pengertian yang bertentangan kemudian didamaikan (tesis-antitesis-sintesis).

9.      Metode Non-Positivistis

Kenyataan yang dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).

10.  Metode Analitika Bahasa : Wittgenstein

Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis. Metode ini di nilai cukup netral sebab tidak sama sekali mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaannya adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa didasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.

D.    Hakikat Filsafat

Filsafat merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan cara berpikir logis, tentang objek yang abstrak logis, kebenaran-kebenarannya hanya dipertanggung jawabkan secara logis pula. Pengetahuan tentang apa filsafat sebenarnya telah mencakup pemahaman apa objek material filsafat. Objek material filsafat, yaitu objek yang diteliti oleh filsafat, ialah semua yang ada dan yang mungkin ada, yang diselidikinya ialah bagian yang abstrak tentang objek itu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber :

1. Prof. Dr. Ahmad Tafsir. 2002. Filsafat Umum (Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra).Bandung. PT Remaja Rosadakarya

2. Tebba Sudirman, Filsafat dan Etika Komunikasi, Tanggerang: Pustakan Irvan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini