Judul buku : Pengantar Ilmu Kependudukan
Meresum : BAB I – BAB II
Nama : M. Imamudin Arya
Tugas : ke -1
BAB I
Studi kependudukan terdiri dari analisis-analisis yang bertujuan dan mencakup:
1. Memperoleh informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik dan perubahan-perubahannya.
2. Menerangkan sebab-sebab perubahan dari faktor dasar tersebut, dan
Menganalisis segala konsekuensi yang mungkin sekali terjadi di masa depan sebagai hasil perubahan-perubahan itu
Introduksi istilah ilmu kependudukan sesungguhnya dimaksud untuk memberi pengertian lebih luas tentang demografi, karena sejumlah ahli telah menggunakan istilah demografi untuk menunjuk pada demografi formal, demografi murni atau kadang-kadang demografi teoretis. Kata demografi berasal dari Greek (Yunani) yang untuk pertama kali digunakan oleh Guillard, lebih dari seabad silam. Digunakan sebagai sinonim bagi Population study. Sedangkan kata Population bersumber dari bahasa latin.
Demogarfi adalah studi ilmiah terhadap penduduk manusia, terutama mengenai jumlah, struktur, dan perkembangannya sementara Bogue memberikan batasan sebagai berikut : Demografi adalah studi matematik dan statistik terhadap jumlah, komposisi dan distribusi spesial dari penduduk manusia, dan perubahan-perubahan dari aspek-aspek tersebut yang senantiasa terjadi sebagai akibat bekerjanya lima proses yaitu : fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.
Dapat dilihat dalam makna yang sempit, yang dalam hal ini sama dengan analisa demografi atau dalam makna yang luas yang mencakup baik analisa demografi maupun studi kependudukan. Pemisahan antara studi kependudukan dan analisa demografi umpamanya telah dilakukan oleh Hauser yang menyatakan bahwa :
- Analisa demografi merupakan analisa statistik terhadap jumlah, distribusi dan komposisi penduduk, serta komponen-komponen varyasinya dalam perubahan.
- Studi kependudukan mempersoalkan hubungan-hubungan antara variable demografi dan variable dari sistem lain.
Demografi formal hanya mempersoalkan hubungan antara variable demografi, baik yang diperlakukan sebagai variable independen maupun variable dependen. Ilmu kependudukan mungkin melihat variable non-demografi sebagai independen, dan variable demografi sebagai variable dependen, atau sebaliknya.
Robert Thomas Malthus dan Teori-teori Alamiah
Robert Thomas Malthus (1766-1834) terkenal sebagai pelopor Ilmu kependudukan (populatin Studies) sebagai bagian dari rentatan perkembangan demografi yang telah dimulai saat pertengahan abad ke 17. Tulisan monumentalnya An Essay On The Principle Of Population As It Affects Future Improvement Of Society, With Remarks On The Speculations Of Mr. Godwin, Mr. Condorcet and Other Writers atau lebih popularnya dengan sebutan Prinsip Kependudukan ( The Principle Of Population) untuk pertama kali terbit pada tahun 1798. Meskipun memperoleh banyak keritik, pada dasarnya mendapat pengakuan yang luas dikalangan para ahli. Inti pemikiran dan pendapat Malthus kemudian dikenal dengan Teori Kependudukan Malthus.
Malthus memulai dengan merumuskan dua postulat yaitu :
1. Bahwa pangan dibutuhkan untuk hidup manusia
2. Bahwa kebutuhan nafsu seksual antar jenis kelamin akan tetap sifatnya sepanjang masa.
Atas dasar ponsulat tersebut Malthus menyatakan bahwa , jika tidak ada pengekangan, kecendrungan pertambahan jumlah manusia akan lebih cepat dari pertambahan substen (pangan) perkembangan substen (pangan) mengikuti deret hitung dengan interval waktu 25 tahun.
Menurut Malthus pengekangan pengembangan penduduk dapat berupa pengekangan segera dan pengekangan hakiki. Yang dimaksud dengan faktor pengekangan hakiki adalah pangan, sedangkan pengekangan segera dapat berbentuk pengekangan prefentif dan pengekangan positif. Pengekangan prefentif adalah faktor-faktor yang bekerja mengurangi anggka kelahiran. Pengekangan prefentif yang dianjurkan Malthus adalah pengendalian diri dalam hal nafsu seksual antara jenis seperti penundaan perkawinan. Pengekangan positif merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian dapat berupa epidiem, penyakit-penyakit dan kemiskinan.
Kritik-kritik terhadap teori kependudukan Malthus yang juga sering dipandang sebagai kelemahan-kelemahan dari teori tersebut antaranya berkisar pada:
1. Malthus terlalu menekankan keterbatasan persediaan tanah meskipun dia adalah salah seorang penganjur industrialisasi dan penggunaan tanah secara efisien. Kenyataan dalam masa setelah Malthus menunjukan bahwa perbaikan teknologi pertanian seperti penggunaan pupuk buatan, pemakaian pestisida, dan irigasi yang efesien menghasilkan peningkatan produktivitas.
2. Dia kuarang memperhitungkan bahwa, penemuan-penemuan baru, teknologi unggul dan industrialisasi dapat memberikan efek yang cukup berarti pada peningkatan hidup.
3. Dia perpandangan bahwa pengontrolan kelahiran tidak bermoral dan tidak pernah melamarkan penggunaan alat-alat kontrasepsi secara meluas.
4. Dengan majunya sistem trasportasi dan berlangsungnya pandangan internasional membuka pasaran baru bagi barang-barang hasil pabrik/industri, sumber-sumber bahan mentah tambahan dan mempermunah imigrasi.
Timbulnya kesadaran bahwa ekploitasi sember daya dunia dan batasanya. Jika cepatnya perkembangan penduduk dunia berlangsung terus pada suatu saat akan melampaui kemampuan dunia menyediakan berbagai kebutuhan untuk mendukung suatu tingkat hidup dibanyak negara berkembang masih rendah dan perbaikan relatif lambat. Perkembangan yang begitu cepat dapat menjadi faktor penghambat bagi perbaikan hidup yang rendah itu. Dan kekhawatiran orang ini membicarakan kembali teori kependudukan Malthus sebagai sesuatu yang berharga.
Munculnya teori-teori kependudukan hukum alamiah (natural theories) dan teori-teori kependudukan sosial (social theories) merupakan pula bagian dari usaha-usaha pencarian hukum-hukum kependudukan. Mereka yang dapat dikategorikan sebagai pendukung kelompok teori alamiah atau teori fisikologis, antara lain Michael Thomas Sadler, Thomas Doubleday, Herbert Spencer, Corrado Gini, dan Raymond Pearl. Mereka percaya bahwa ada hukum-hukum alam yang mengatur yang membebaskan setiap tanggungjawab manusia dari pengendalian pertumbuhan penduduk.
Michael Thomas Sadler menyatakan bahwa ada suatu hubungan terbalik antara jumlah penduduk suatu wilayah dan daya reproduksi mereka. Meningkatkan jumlah penduduk akan mengakibatkan menurunnya daya reproduksi yang bersangkutan, sedangkan menurut Herbert Spencer semakin maju manusia mengembangkan dirinya semakin banyak energi-energi untuk daya reproduksi.
Teori Transisi Demografi Dan Aliran-aliran Pemikiran
Teori transisi demografi ini merupakan teori kependudukan yang dominan meskipun bukan dengan tanpa kritikan-kritikan, teori ini merupakan salah satu di antara teori-teori kependudukan yang tergolong social theories. Kelompok teori kependudukan sosial beranggapan bahwa perubahan penduduk merupakan hasil dari kondisi sosial ekonomi penduduk yang bersangkutan. Teori transisi demografi menyatakan bahwa setiap masyarakat memulai dengan fase angka menurutnya angka kelahiran-kematian tinggi, kemudian disusul oleh fase menurutnya angka kelahiran secara perlahan-lahan hingga berada pada angka kelahiran dan kematian rendah.
Fase kelahiran dan kematian tinggi sejajar dengan fase perkembangan masyarakat yang tradisional agraris dicirikan oleh ekonomi berlandaskan pertanian dengan pendapatan rendah, unsur-unsur industrialisasi/modernisasi relatif belum berpengaruh tahap pemulaan suatu masyarakat untuk pertama kali berpengaruh atas angka kematian hingga mengalami penurunan.
Perubahan dari tipe rezim fertilitas pertama yang dicirikan oleh economically restricted fertility pada dasarnya lebih merupakan produk sosial. Akhirnya patut disebut aliran pemikiran yang diplopori Marx yang lebih merupakan doktrin sosial mengenai kependudukan adanya surplus penduduk dan kemiskinan semata-mata merupakan akibat logis dari sistem kapitalisme. Dengan demikian pemecahan menurut aliran ini haruslah melalui suatu revolusi sosialis. Tidak ada persoalan pertumbuhan penduduk yang perlu dirisaukan.
BAB II
Beberapa Ukuran Dasar Teknik Analisa Kependudukan
Angka Mutlak dan Relatif
Jumlah kelahiran yang berada dari dua daerah atau negara dengan jumlah penduduk yang berbeda tidak memberikan gambaran yang jelas mengenai perbandingan keadaan kelahiran antara kedua daerah atau negara yang bersangkutan. Sebagai ilustrasi jika pada tahun 1971 sebanyak 3.150.000 kelahiran di jawa dan 978.000 kelahiran di Sumatram tidak lah berarti bahwa pada tahun tersebut rata-rata wanita dipulau Jawa lebih banyak melahirkan dari pada di sumatera, jumlah penduduk dijawa lebih banyak dari pada sumatera. Dalam hal seperti ini, biasanya jumlah pristiwa-pristiwa demografi dihubungkan dengan jumlah penduduk atau bagian penduduk menjadi pristiwa-pristiwa tersebut, yang menghasilkan angka atau ukuran-ukuran relatif. Ada beragam ukuran relatif seperti rasio, persentase dan reit.
Rasio dan Reit
Angka-angka mutlak tersedia dari daftar-daftar statistik yang dipelihara atau dipublikasikan oleh berbagai instalasi/badan yang memuat jumlah orang atau pristiwa-pristiwa demografi. Rasio merupakan besaran hasil perbandingan antara dua angka. Rasio adalah ukuran relatif , sehingga tidak merupakan indikator besarnya angka-angka yang diperbandingkan. Rasio 50 laki-laki terhadap 40 perempuan adalah lebih besar dari 1000 laki-laki terhadap 1.200 perempuan meskipun angka-angka yang dibandingkan lebih kecil pada kasus pertama dari kasus kedua.
Distribusi Frekuensi
Ilmu kependudukan distribusi frekuensi merupakan alat untuk menggambarkan profil penduduk menurut karakteristik tertentu. Karakteristik ini contohnya umur, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, lapangan pekerjaan, agama, dan kewarganegaraan.
Teknik Pro-Rating
Pro-rating biasanya dilakukan untuk masing-masing jenis kelamin, pro-rating bisa dilakukan terhadap penduduk total perkiraan total tahun-tahun depan dengan menggunakan struktur umur penduduk sebelumnya, atau terhadap penduduk total yang tak diketahui struktur umurnya dengan mengasumsikan suatu stuktur umur penduduk yang polanya dianggap kurang lebih sama.
Teknik Penghitungan Umur Median
Umur median dipakai sebagai salah satu petunjuk untuk melihat struktur umur penduduk suatu negara atau wilayah tertentu dalam suatu negara. Struktur umur penduduk muda akan memperlihatkan median rendah, dan sebaliknya struktur penduduk tua akan menunjukkan umur median tinggi. Semakin mengarah umur kestruktur tua akan semakin tinggi umur struktur median penduduk suatu wilayah. Umur median adalah umur yang berada pada titik tengah membagi penduduk suatu wilayah dalam jumlah yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar