Judul : Resume Tentang Definisi, Sejarah Teori, dan Teori Demografi
Nama : Badzlia Rusydina Framutami
Jurusan : PMI 5
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Tugas : I (satu)
A. Definisi Ilmu Kependudukan atau Demografi
· Definisi Demografi
Kata demografi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata yaitu Demos yang artinya rakyat dan grafein yang artinya tulisan atau karangan. Jadi demografi adalah tulisan atau karangan tentang rakyat atau penduduk. Istilah demografi pertama kali digunakan oleh seorang ahli bernama Achille Guillard dalam buku karangannya yang berjudul "Elements de Statistique Humaine on Demographic Compares" pada tahun 1885.
· Definisi Demografi Menurut Beberapa Ahli
Menurut George W Barclay (1970) mengemukakan demografi sebagai gambaran statistik mengenai penduduk dan yang digambarkan adalah tingkah laku penduduk secara keseluruhan bukan individu.
Menurut Donald J. Bogue (1969) menyatakan demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu Fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.
Menurut Achille Guillard dalam bukunya berjudul Elements de Statistique Humaine on Demographic (1885). Demografi mempelajari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur secara kuantitatif.
Menurut John Suszmilch demografi mempelajari hukum Illahi dalam perubahan-perubahan pada umat manusia yang tampak dari kelahiran, kematian, dan pertumbuhannya.
dan secara lebih luas maka definisi Demografi yang disampaikan oleh Philip M. Hauser dan Dudley Duncan ini yang banyak digunakan, yaitu mempelajari tentang jumlah, persebaran teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab dari perubahan tersebut.
Pemisahan antara studi kependudukan dan analisa demografi umpamanya telah dilakukan oleh Hauser yang menyatakan bahwa :
1. Analisa demografi merupakan analisa statistik terhadap jumlah, distribusi, dan komposisi penduduk, serta komponen-komponen variasinya dan perubahan, sedangkan
2. Studi kependudukan mempersoalkan hubungan-hubungan antara variabel demografi dan variabel dari sistem lain
Demografi formal hanya mempersoalkan hubungan antar variabel demografi, baik yang diperlakukan sebagai variabel independen maupun variabel dependen. Ilmu kependudukan mungkin melihat variabel non-demografi sebagai variabel independen, dan variabel demografi sebagai variabel dependen, atau sebaliknya. Contoh-contoh dari pusat perhatian analisa demografi formal dan ilmu kependudukan disajikan pada tabel berikut :
Tipe studi / ilmu | Variabel independen | Variabel dependen |
Demografi formal Contoh : | Demografi Komposisi umur Proporsi kawin Dari wanita reproduksi | Demografi Angka kelahiran Angka kematian |
Ilmu kependudukan Contoh : Contoh : | Non-demografi Undang-undang perkawinan Lapangan kerja Pangan/ kemiskinan Kesempatan kerja Demografi Angka kelahiran Angka kelahiran | Demografi Angka kelahiran Angka kematian Angka kematian Migrasi/gerak penduduk Non-demografi Keperluan pangan Pertumbuhan ekonomi |
· Definisi Ilmu Kependudukan
Ilmu kependudukan adalah ilmu yang berusaha menjawab "mengapa" terjadi perubahan-perubahan variable demografis. Dengan demikian ilmu kependudukan lebih luas daripada demografi karena menyangkut segi-segi kualitatif, dan ilmu ini merupakan penghubung antara penduduk dan sistem sosial dengan harapan dengan harapan dapat memecahkan pertanyaan dasar bagaimana kita menambah pengertian kita terhadap masyarakat melalui proses analisis kependudukan.
· Secara khusus memang ada perbedaan antara ilmu kependudukan dan demografi terutama pada ruang lingkup dan pendekatan (approach) yang digunakan. Namun secara umum atau dalam pengertian yang luas antara kedua ilmu ini tidak berbeda. Pada dasarnya ilmu kependudukan atau demografi ialah ilmu yang mempelajari tentang jumlah, persebaran (distribusi), komposisi dan pertumbuhan atau perubahan serta sebab-sebab dari perubahan tersebut.
B. Transisi Demografi
Transisi demografi adalah suatu teori yang menggambarkan proses perubahan penduduk dengan angka kelahiran dan kematian yang tinggi ke arah kelahiran dan kematian yang rendah sejalan dengan proses kemajuan tahapan pembangunan. Ada empat kategori transisi adalah sebagai berikut :
1. Kelahiran dan kematian keduanya pada tingkat yang tinggi sekitar 40-50. Reproduksi atau kelahiran tidak terkendali, kematian bervariasi setiap tahunnya. Panen yang gagal, harga yang tinggi menyebabkan kelaparan dan daya tahan tubuh terhadap penyakit sangat lemah. Ditambah lagi dengan meluasnya penyakit menular, menyebabkan angka kematian tinggi. Tahap ini merupakan keadaan sosial ekonomi masyarakat pada tahapan tradisional atau primitif.
2. Angka kematian menurun akibat diperbesarnya anggaran kesehatan dan juga mulai adanya penemuan obat-obatan yang makin maju. Sementara itu angka kelahiran tetap pada tingkat tinggi. Sehingga memgakibatkan pertumbuhan penduduk meningkat dengan pesatnya.
3. Angka kematian terus menurun tetapi tidak secepat pada kategori 2. Angka kelahiran mulai menurun akibat dari urbanisasi, pendidikan, dan peralatan kontrasepsi yang semakin maju.
4. Pada tingkat ini kelahiran dan kematian mencapai tingkat yang rendah dan pertumbuhan penduduk kembali lagi seperti pada kategori pertama yaitu mendekati nol.
Keempat proses ini menurut teori transisi demografi akan dialami oleh negara- negara yang sedang melaksanakan pembangunan ekonomi pesat. Dikatakannya pula bahasa pembangunan ekonomi berarti pembangunan dari sektor agraria ke sektor industri. Disinilah salah satu kelemahan dari teori ini, oleh karena banyak negara dapat menurunkan angka kematian tanpa melalui proses industrialisasi sedangkan angka kelahirannya masih tetap tinggi.
C. Teori Malthus
Dalam melihat hubungan antara penduduk dan ekonomi dalam kaitan pembangunan masyarakat maka tidak bisa dilupakan jasa seorang ahli di bidang ini adalah Robert Malthus. Malthus terkenal sebagai pelopor ilmu kependudukan (population studies) sebagai bagian dari rentetan perkembangan demografi yang telah dimulai sejak pertenghan abad ke-17. Malthus memberikan jawaban bahwa kemampuan manusia untuk meningkatkan sarana-sarana kehidupan ternyata jauh lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan mereka untuk memperbanyak jumlah jenisnya ; selain itu ditegaskan pula bahwa jumlah penduduk yang terlalu banyak dapat menimbulkan bahaya yang cukup gawat, dan bahaya itu senantiasa tetap ada. Menurut pendapat Malthus sejarah kemanusiaan telah menunjukkan bahwa penduduk selalu cenderung menuju ke arah batas-batas yang ditentukan oleh nafkah hidup ; justru di dalam batas-batas itulah akan timbul "kesengsaraan" dan "kepincangan" di dalam masyarakat kecuali bila sesuatu perkawinan dapat ditunda.
Malthus mengembangkan teorinya lebih lanjut dan sekaligus menguraikan secara panjang lebar mengenai peranan penduduk yang justru merupakan penyebab utama daripada kemiskinan, berikut beberapa penjelasa Malthus yang mencerminkan proposisinya yang utama, yaitu :
1. Penduduk biasanya selalu mengalami kesulitan hidup
2. Penduduk senantiasa akan bertambah banyak apabila sarana kehidupan meningkat, kecuali bila terhambat oleh beberapa rintangan yang dahsyat.
3. Rintangan-rintangan tersebut dan juga rintangan yang selalu menekan kekuatan penduduk, yang berpengaruh pada suatu tingkat sarana-sarana kehidupan, dapat dikelompokkan sebagai pengekangan moral, kejahatan dan kesengsaraan.
Setelah Malthus mengemukakan pendapatnya bahwa pertambahan penduduk selalu mengahadapi hambatan yang serius, ia mulai mempertanyakan bagaimana keadaan pertambahan penduduk secara alamiah apabila terhambat oleh rintangan-rintangan itu, serta bagaimanakah bentuk tingkat yang sebenarnya dimana sarana-sarana kehidupan dapat ditingkatkan. Atas dasar pendapat itulah Malthus mengajukan dua proposisi, yaitu bahwa penduduk akan cenderung berlipat ganda dua kali dengan sendirinya dalam jangka waktu 25 tahu, dan ini berarti mengikuti perhitungan deret ukur ; sedangkan di lain pihak dalam kondisi yang paling menguntungkan maka produksi pertanian hanya dapat bertambah dalam jumlah yang tetap sama setiap 25 tahun dan ini berarti mengikuti perhitungan deret hitung. Ia mengambil kesimpulan sebagai berikut :
"diseluruh dunia ini manusia akan bertambah menurut perhitungan 1,2,3,4,8,16,32,64,128,256, sedangkan produksi makanan hanya bertambah menurut perhitungan 1,2,3,4,5,6,7,8,9 dan seterusnya. Dalam jangka waktu dua abad perbandingan antara jumlah penduduk dengan jumlah makanan akan menjadi 256 : 9 "
D. Sejarah Teori Kependudukan
Pengamatan tentang kependudukan telah lama ada sejak beberapa ratus tahun sebelum masehi. Ada beberapa kebijaksanaan yang dilakukan oleh negara yang setuju pada kelahiran (pronatalis) dan yang sebaliknya (antinatalis). Pada zaman Cina kuno misalnya sekitar 500 tahun yang lalu sebelum masehi, Confusius mengamati masalah kependudukan dan menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang besar dapat menekan standar kehidupan masyarakat. Kemudian pada zaman Yunani kuno, pelopornya adalah Plato dan Aristoteles (300 tahun SM). Penduduk optimum kota dipertahankan dengan cara melakukan pembatasan kelahiran dan jika penduduk terlalu besar, dan melakukan rangsangan dengan hadiah-hadiah bagi ibu yang melahirkan seandainya jumlah penduduk kurang.
Pada abad 17 dan 18 timbul aliran Merkantilisme di Eropa yang pronatalis. Penduduk yang besar upah buruh menjadi murah, keuntungan negara menjadi besar. Intervensi negara diperlukan dalam kehidupan ekonomi untuk memaksimalkan kekayaan nasional, dan pada periode inilah penduduk tumbuh dengan pesat, pada zaman ini pula analisis ilmiah tentang kependudukan muncul yang dipelopori oleh John Graunt seorang pedagang kelontong dari London, Inggris yang kemudian dikenal sebagai bapak Demografi. John Graunt mengumpulkan catatan gereja tentang kelahiran, kematian, perkawinan, perpindahan penduduk.
Dan pada akhir abad 18 muncullah tulisan Malthus, masalah penduduk mempunyai angin baru dalam literatur-literatur ekonomi. Sedangkan pada zaman sebelum Malthus pun masalah penduduk sudah banyak dibicarakan, tetapi belum terarah.
Teori-teori kependudukan kemudian berkembang dengan pesatnya, pengemuka-pengemuka teori pada dasarnya bertitik tolak pada masalah kependudukan dalam kaitannya dengan masalah ekonomi, etik, agama, pertahanan atau politik dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja,Prathama.2004.Dasar-Dasar Demografi.Jakarta:Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Rusli,Said.1995.Pengantar Ilmu Kependudukan.Jakarta:LP3ES
Tjiptoherijanto,Prijono.1987.Materi Pokok Demografi.Jakarta:Karunia Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar