Nama : Lilis Yunengsih
Nim : 1110054000005
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Tugas : Ekologi Manusia
PENCEMARAN LIMBAH DETERJEN TERHADAP EKOLOGI LINGKUNGAN, AKIBAT FAKTOR KEBUTUHAN MANUSIA.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek merusak.
Macam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada macam bahan pencemarnya, diantaranya pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, polusi udara.[1]
Dari macam-macam pencemaran yang sudah disebutkan diatas tadi, salah satu penyumbang setia pencemaran yang ada di bumi ini adalah pencemaran yang dihasilkan dari limbah rumah tangga.
Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada dan lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton. Limbah ini juga memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan aki.
Limbah rumah tangga dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Yang pertama berupa sampah. Kemudian ada air limbah yang dihasilkan dari kegiatan mandi dan mencuci. yang terakhir adalah kotoran yang dihasilkan manusia. Limbah-limbah ini, jika tak dikelola baik, berpotensi tinggi mencemari lingkungan sekitar.[2]
Dilaporan ini saya akan menjelaskan lebih merinci tentang pencemaran lingkungan dari limbah rumah tangga yang dihasilkan dari limbah sisa sabun dan detergen setelah mencuci.
Penggunaan sabun dan detergen saat mencuci yang berlebihan sebenarnya sangat bahaya, bukan hanya bahaya bagi alam tetapi berbahaya juga bagi kelangsungan kesehatan manusia.
Pemahaman masyarakat akan bahaya dari sabun dan detergen yang sering digunakan sangat minim sekali, menurut kebanyakan masyarakat yang menggunakan sabun dan detergen untuk mencuci, semakin banyak sabun dan detergen yang digunakan semakin bersihlah cucian yang mereka cuci. Jelas sekali pemahaman mereka ini salah, didalam sabun dan detergen terkandung banyak sekali bahan kimia yang mereka tidak ketahui.
B. Tujuan Dan Manfaat Laporan
Tujuan dari laporan yang saya buat adalah untuk memenuhi persyaratan tugas kuliah semester 6 untuk mata kuliah Ekologi Manusia. Selain itu untuk mengetahui dan sama-sama belajar mengenai masalah pencemaran yang ada di muka bumi ini yang dilakukan oleh manusia.
Manfaat dari laporan ini adalah agar tulisan dari laporan ini bermanfaat untuk yang membacanya dan menambah wawasan mereka mengenai pencemaran lingkungan.
C. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan adalah dengan teknik pengumpulan data-data dari berbagai macam sumber.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek merusak.
Macam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada macam bahan pencemarnya, diantaranya pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, polusi udara.
Seperti yang sudah dijelaskan di latar belakang, penyumbang setia dari pencemaran yang ada di bumi adalah salah satunya pencemaran dari limbah rumah tangga.
B. Pengertian Limbah Rumah Tangga Dan Air Limbah.
Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada dan lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton. Limbah ini juga memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan aki.
Limbah rumah tangga dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Yang pertama berupa sampah. Kemudian ada air limbah yang dihasilkan dari kegiatan mandi dan mencuci. yang terakhir adalah kotoran yang dihasilkan manusia. Limbah-limbah ini, jika tak dikelola baik, berpotensi tinggi mencemari lingkungan sekitar.
Yang akan dijelaskan dari laporan ini adalah limbah rumah tangga yang dihasilkan dari kegiatan mandi dan mencuci, yang rutin dilakukan manusia di muka bumi ini setiap harinya.
C. Pengertian Air Limbah
Air Limbah adalah air buangan yang dihasilkan dari suatu proses pruduksi industri maupun domestik (rumah tangga), yang terkadang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Dalam konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negative terhadap lingkungan tertutama kesehatan manusia sehingga dilakukan penanganan terhadap limbah.
Air kotor adalah air bekas pakai yang sudah tidak memenuhi syarat kesehatan lagi dan harus dibuang agar tidak menimbulkan wabah penyakit.[3]
Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
- Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
- Tidak mengotori permukaan tanah.
- Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
- Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
- Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
- Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.
- Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.[4]
D. Pengertian Deterjen
Deterjen merupakan salah satu produk industri yang biasa digunakan di dalam kehidupan manusia. Salah satu manfaat dari deterjen adalah untuk melindungi kebersihan dan kesehatan manusia. Deterjen biasanya digunakan dalam industri maupun rumah tangga sebagai bahan pencuci atau pembersih. Dalam rumah tangga khususnya digunakan untuk mencuci pakaian.
Deterjen dalam arti luas menurut Srikandi Fardiaz (1992:66) adalah bahan yang digunakan sebagai pembersih, termasuk sabun pencuci piring alkali dan cairan pembersih. Definisi yang lebih spesifik dari deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia atau surfaktan sintetik lainnya. Deterjen merupakan bahan yang mengandung senyawa petrokimia karena terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Deterjen berfungsi sebagai penghilang kotoran berupa minyak yang serupa dengan sabun, yaitu dengan cara mengemulsi lemak, minyak atau gemuk (grease), tetapi deterjen tidak menyebabkan gumpalan seperti pada sabun (Hiasinta A. Purnawijayanti, 2001: 22). Mengemulsikan lemak yang dimaksud dalam hal ini adalah membuat fasa lemak menjadi emulsi sehingga lemak mudah terlepas dari pakaian.[5]
E. Bahan-Bahan Deterjen:
Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan sebagai berikut:
1) Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Surfaktan ialah molekul organik dengan bagian lifofilik dan bagian polar, yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan membentuk bagian penting dari semua detergen komersial.
2) Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Bahan ini ditambahkan untuk menyingkirkan ion kalsium dan magnesium (kesadahan) dari air pencuci. Pembangun dapat melakukan hal ini lewat pengkelatan (pembentukan kompleks) atau lewat pertukaran ion-ion ini dengan natrium. Pembangun juga meningkatkan pH untuk membantu emulsifikasi minyak dan bufer terhadap perubahan pH. Pembangun yang paling lazim ialah natrium tripolifosfat (5Na+ P3O105-), tetapi karena limbah fosfat dapat mencemari lingkungan, jumlah yang digunakan dibatasi oleh peraturan; baru-baru ini, natrium sitrat, natrium karbonat, dan natrium silikat mulai menggantikan natrium tripolifosfat sebagai pembangun.
3) Zeolit
Zeolit (natrium aluminosilikat) digunakan sebagai penukar ion, terutama untuk ion kalsium.
4) Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan Detergen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
F. Proses Bagaimana Pencemaran Dilakukan Manusia Kepada Alam Atau Lingkungan.
Mencuci dan mandi adalah salah satu kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat Indonesia bahkan bukan hanya masyarakat Indonesia saja masyarakat di seluruh dunia juga rutin melakukan kegiatan mencuci dan mandi.
Deterjen dan sabun merupakan bahan pencuci yang sering digunakan. Deterjen dan sabun mengandung bahan-bahan penyusun yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Bahan-bahan penyusun dari deterjen adalah surfaktan, builder, filler, dan aditif. Bahan-bahan penyusun deterjen tersebut memiliki dampak bagi pencemaran lingkungan. Salah satu dampak dari pencemaran lingkungan adalah terjadinya eutrofikasi.
Deterjen merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap rumah tangga di Indonesia. Mencuci dengan menggunakan deterjen merupakan salah satu hal lazim yang dilakukan oleh ibu rumah tangga. Harga deteejen yang dijual dipasaranpun bervariasi, mulai dari ukuran kecil dengan harga ribuan rupiah sampai dengan berukuran satu kilogram dengan harga pilihan ribu rupiah. Di Indonesia pun terdapat berbagai macam jenis deterjen yang dijual dipasaran. Deterjen dapat dengan mudah ditemui diwarung-warung kecil, pasar tradisional, minimarket, maupun di supermarket.
Pemahaman masyarakat akan bahaya dari sabun dan detergen yang sering digunakan sangat minim sekali, menurut kebanyakan masyarakat yang menggunakan sabun dan detergen untuk mencuci, semakin banyak sabun dan detergen yang digunakan semakin bersihlah cucian yang mereka cuci. Jelas sekali pemahaman mereka ini salah, didalam sabun dan detergen terkandung banyak sekali bahan kimia yang mereka tidak ketahui.
G. Dampak Atau Bahaya Dari Pencemaran Limbah Deterjen.
Seperti yang sudah disebutkan di pembahasan sebelumnya, salah satu dampak dari pendemaran lingkungan adalah terjadinya eutrofikasi.
Eutrofikasi mengakibatkan terganggunya rantai makanan yang dapat menyebabkan limbah deterjen masuk ke dalam tubuh manusia. Senyawa sisa limbah deterjen yang menumpuk didalam tubuh dapat menyebabkan kanker. Iritasi juga dapat timbul akibat penggunaan deterjen. Oleh karena itu, konsumen diharapkan mencermati kandungan yang terdapat dalam deterjen sebalum membeli produk dan memilih deterjen yang ramah lingkungan.
Dampak atau efek paling nyata disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan eceng gondok). Limbah deterjen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan eceng gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastic. Kehidupan aiota air mengalami degradasi, dan unsur hara maningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung rumah tangga pasti membuang limbah deterjennya melalui saluran selokan ini, dan coba kita lihat, dipenghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan kepadatan populasi yang sangat besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.
Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajatcelcius.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzene dan klor sangat mungkin terjadi pada pengelolaan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.[6]
Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa deterjen itu memang mempunyai dampak buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita. Baik itu lingkungan terrestrial dimana kita hidup, kemudian lingkungan perairan termasuk organisme yang hidup di dalamnya, atau bahkan juga lingkungan kesehatan manusia sendiri yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai perlahan-lahan menyerang kesehatan kita.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Deterjen yang selama ini kita gunakan untuk mencuci pakaian sebenarny merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. Generasi awal deterjen pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1960-an dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa.[7]
Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini ini mendapatkan respon yang menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti lebih lanjut diketahui mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap lingkungan yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah deterjen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas lingkungan hidup kita.
Pemahaman dari masyarakat mengenai bahayanya penggunaan sabun dan deterjen yang sering mereka gunakan sangat kurang sekali, sehingga mereka berpendapat bahwa semakin banyak deterjen atau semakin banyak busa yang dihasilkan semakin bersih pula pakaian yang mereka cuci.
Tanpa mengurangi makna manfaat Detergen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada Detergen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk Detergen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi 'sedang' pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam Detergen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan. Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri Detergen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam Detergen adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk Detergen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci Detergen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam Detergen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam Detergen.[8]
[1] http://gurungeblog.wordpress.com/2009/01/13/polusi-atau-pencemaran-lingkungan/
[2] http://josuabili.blogdetik.com/2013/02/22/limbah-rumah-tangga/
[3] http://josuabili.blogdetik.com/2013/02/22/limbah-rumah-tangga/
[4] http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=5&doc=5e6
[5] http://kristinagustina.blogspot.com/2012/08/bahaya-limbah-deterjen-terhadap.html
[6] http://www.rajagrosir.com/news/1/
[7] http://www.rajagrosir.com/news/1/
[8] http://punyanyavika.wordpress.com/2011/12/25/dampak-penggunaan-detergen-sebagai-pembersih-pakaian-dalam-kehidupan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar