Senin, 13 Mei 2013

Teori kritis (pendekatan konteks kepentingan)_sutrisno sugiyono_109051000171_tugas 4

I . Pendahuluan

Teori Kritis

            Teori kritis adalah produk sekelompok neo-marxis jerman yang tak puas dengan keadaan teori Marxian (Berntein, 1995; Kellner, 1993; untuk tinjauan yang lebih luas terhadap teori kritis, lihat Agger, 1998), terutama kecenderungannya menuju determinime ekonomi. The Institute of social Research, organisasi yang berkaitan dengan teori kritis ini resmi didirikan di frankfrut, jerman, 23 februari 1923, meski jumlah anggotanya telah aktif sebelum oganisasi itu didirikan (Wiggershaus, 1994). Teori kritis ini telah berkembang melampaui batas aliran frankfrut (Calhoun dan karaganis, 2001;telos, 1989-90). Teori kritis berasal dari dan sebagian besar berorientasi ke pemikir Eropa, meski pengaruhnya tumbuh dalam sosiologi Amerika (Marcus, 1999; van den Berg, 1980).

            Kelompok teori krtis dan interpretative. Mengacu pada pandangan sendjaja (2002:1.25), bahwa kelompok teori ini gagasan-gagasanya bayak berasal dari berbagai tradisi, seperti sosiologi interpretative, pemikiran max Weber, phenomenology dan hermeneutics, Marxisme dan aliran frankfrut school serta berbagai pendekatan tekstual, seperti teori-teori retorika, biblical, dan kesusastraan. Pendekatan kelompok teori ini terutama sekali popular di Negara-negara eropa. Teori-teori kritis dan interpretative ini kemudian melahirkan teori dan pendekatan baru dalam komunikasi seperti sosiologi komunikasi, hokum komunikasi dan hokum media, komunikasi antar budaya, komunikasi politik, omunikasi organisasi, komunikasi public, public relation, dan sebagainya. Meskipun ada beberapa perbedaan di antara-antara teori-teori yang termasuk dalam kelompok ini, namun terdapat dua karakteristik umum. Pertama, penekanan terhadap peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individual. Kedua, makna atau meaning merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini. Pengalaman dipandang sebagai meaning centered atau dasar pemahaman makna. Dengan memahami makna dari suatu pengalaman seseorang menjadi sadar akan kehidupan dirinya. Dalam hal ini bahasa menjadi konsep sentral karena bahasa dipandang sebagai kekuatan yang mengemudikan pengalaman manusia. Disamping persamaan umum, juga terdapat perbedaan yang mendasar antara teori-teori interpretative dan teori-teori kritis dalam hal pendekatannya. Pendekatan teori interpretative cenderung menghindarkan sifat-sifat prespektif dan keputusan-keputusan absolute tentang fenomena yang diamati. Pengamatan menurut teori interpretative, hanyalah sesuatu yang bersifat tertatif dan relative. Sementara teori-teori kritis lazimnya cenderung menggunakan keputusan-keputusan absolute, perspektif, dan juga politis sifatnya.

 

II . Metode Studi

           

Dalam penulisan Resume ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Dalam pengerjaannya, penulis mencari dan mendapatkan sumber informasi dari buku-buku yang membahas mengenai teori-teori sosiologi dan buku yang berkaitan dengan sosiologi.. Seperti buku teori sosiologi modern (George Ritzer-Douglas J. Godman). Sosiologi komunikasi: teori, paradigama, dan diskursus teknologi komunikasi masyarakat (Burhan Bungin).

 

III . Analisis

 

            Teori Kritis merupakan salah suatu perspektif teoritis yang bersumber pada berbagai pemikiran yang berbeda seperti pemikiran Aristoteles, Foucault, Gadamer, Hegel, Marx, Kant, Wittgenstein dan pemikiran-pemikiran lain. Pemikiran-pemikiran berbeda tersebut disatukan oleh sebuah orientasi atau semangat teoretis yang sama, yakni semangat untuk melakukan emansipasi.

Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.

Ciri khas Teori Kritis tidak lain ialah bahwa teori ini tidak sama dengan pemikiran filsafat dan sosiologi tradisional. Singkatnya, pendekatan teori ini tidak bersifat kontemplatif atau spektulatif murni. Pada titik tertentu, ia memandang dirinya sebagai pewaris ajaran Karl Marx, sebagai teori yang menjadi emansipatoris.Selain itu, tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah.

            Pada dasarnya, esensi Teori Kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter politis, terkait dengan kehidupan sosial dan politik. Sifat politis pengetahuan ini berkembang dari atau dipengaruhi oleh tiga pemikiran yang berbeda

  • Pertama, pemikiran Kant mengenai keterbatasan pengetahuan, yaitu bahwa manusia tidak dapat memahami dunia secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja (parsial).
  • Kedua, pemikiran Hegel dan Marx bahwa teori dan pembentukan teori tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Ilmuwan harus melakukan refleksi terhadap teori atau proses pembentukan teori tersebut.
  • Ketiga, pemikiran Horkheimer yang membedakan teori ke dalam dua kategori, yakni tradisional dan kritis. Teori tradisional menganggap adanya pemisahan antara teoretisi dan obyek kajiannya. Artinya, teori tradisional berangkat dari asumsi mengenai keberadaan realitas yang berada di luar pengamat, sementara teori kritis menolak asumsi pemisahan antara subyek-obyek dan berargumen bahwa teori selalu memiliki dan melayani tujuan atau fungsi tertentu.

 

Daftar Pustaka

Burhan Bungin, (Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat) teori sosiologi modern (George Ritzer-Douglas J. Godman). http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_kritis

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini