Globalisasi dan Realitas Media_Nurul Rizki Salam_109051000154_Tugas 9
A. Pendahuluan
Dunia kini telah berkembang demikian cepatnya. Kemajuan ini juga diikuti dengan perkembangan teknologi dan komunikasi. Menurut para ahli menyebut perkembangan teknologi komunikasi sebagai gejala ini suatu revolusi. Revolusi ini bisa terjadi karena salah satu faktor penyebabnya adalah globalisasi, yang telah menjadi isu sentral di dunia. Globalisasi yang mulai intens didiskusikan dan banyak pihak dianggap sebagai fenomena baru yang dicirikan oleh penyusutan ruang dan waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mencerminkan peningkatan interkoneksi dan interdependensi segala bidang di semua wilayah di dunia.
Melihat begitu besarnya pengaruh globalisasi terhadap berbagai bidang kehidupan di dunia, membuat menarik apa saja yang turut berperan dalam proses globalisasi tersebut. Para ahli menganalisis bahwa Integrasi, interkoneksi, dan bahkan interdependensi yang terjadi dalam proses globalisasi tersebut tidak dapat dilepaskan peran media dan teknologi komunikasi yang beroperasi lintas batas negara bangsa. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa tanpa adanya teknologi komunikasi, maka tidak ada pasar-pasar global sebagaimana adanya sekarang.
Perkembangan teknologi komunikasi yang merata hingga saat ini berdampak pula dengan media massa sebagai wadah komunikasi masyarakat dunia. Efek yang begitu besar yang ditimbulkan dengan kehadiran media massa bagi audiensnya, membuat orang yang memiliki kepentingan memanfaatkan situasi tersebut. Melalui media, orang dapat dengan mudah menyebarkan informasi sesuai dengan tujuannya. Karena ketika informasi sudah diterima pemaknaan sepenuhnya menjadi milik publik, sehingga proses pemaknaan bisa dilakukan sebelum informasi tersebut sampai ke publik.
B. Metode Studi
Metode yang penulis gunakan pada penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan metode studi pustaka.Yakni penulis melakukan pencarian terhadap bahan bacaan relevan yang sesuai dengan judul materi tersebut.
C. Analisis
Realitas dalam paradigma sosial adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial dan di sekelilingnya. Realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas secara objektif. Peter L. Berger dan Luckmann menjelaskan konstruksi sosial atas realitas terjadi melalui tiga proses sosial, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Tiga proses ini terjadi di antara individu satu dengan individu lainnya dalam masyarakat.[1] Konstruksi social, dalam pandangan mereka,tidak berlangsung dalam ruang hampa,namun sarat dengan kepentingan-kepentingan. Eksternalisasi adalah penyesuaian diri individu dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Internalisasi adalah proses dimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga social atau organisasi social tempat individu menjadi anggotanya. Sedangkan obyektivasi adalah interaksi social yang terjadi dalam dunia intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses intitusionalisasi.[2]
Dalam konteks ini media penting untuk melihat bagaimana media memproduksi dan mempertukarkan makna melalui praktik bahasanya. Berita, sebagai keluaran akhir dari praktik bahasa media dapat dipahami sebagai produksi makna. Sebagai kesatuan organik, media merepresentasikan pikiran dan gagasan-gagasannya melalui berita yang dimereka hadirkan ke ruang publik. Sebagian orang mengatakan bahwa apa yang tampil di media merupakan realitas, dalam pengertian bahwa realitas yang tersaji di media dinilai sama dengan realitas empirik. Media berperan sebagai reflektor yang sekadar menghadirkan fakta atau peristiwa yang ada berlangsung dalam masyarakat, tidak kurang dan tidak lebih. Pada kutub yang berlawanan, sebagian lagi mengatakan bahwa apa yang tersaji dalam media merupakan representasi. Realitas yang tampil di media merupakan hasil konstruksi yang boleh jadi telah mengalami penambahan maupun pengurangan karena turut campurnya faktor subyektivitas dari pelaku representasi alias orang-orang yang terlibat dalam media. Tidaklah sesederhana pandangan reflektif, penggunaan istilah representasi berangkat dari kesadaran bahwa apa yang tersaji di media seringkali tidak selalu persis dengan apa yang ada di realitas empirik.[3]
[1] Prof.Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos,M. Si, "Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi, Komunikasi di masyarakat", (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008), h. 189.
[2] http://operadewa.wordpress.com/2012/10/05/konstruksi-realitas-oleh-media-massa/
[3] http://id.scribd.com/doc/53199685/realitas-media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar