Minggu, 05 Oktober 2014

Tugas 3_Etika Filsafat_Tiara Desta Arum(1112051000124)_KPI5D

Nama : Tiara Desta Arum (1112051000124)
KPI 5D_Tugas 3
Definisi Filsafat
Secara epistimologi atau asal-usul bahasa, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, "philosopia", yang merupakan penggabungan dua kata yakni "philos" atau "philein" yang berarti "cinta", mencintai" atau "pecinta", serta kata "shopia" yang berarti "kebijaksanaan" atau "hikmat". Dengan demikian, secara bahasa, "filsafat" memiliki arti "cinta akan kebijaksanaan". Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan, artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya.
Plato (427-347 SM), mengatakan bahwa filsafat adalah mengkritik pendapat-pendapat yang berlaku. Jadi, kearifan atau pengetahuan intelektual itu diperoleh melalui suatu proses pemeriksaan secara kritis, diskusi, dan penjelasan.[1]
Unsur-Unsur Filsafat
1.      Ontologi
Menurut Lorens Bagus, istilah ontologi dalam bahasa Yunani terdiri atas on, ontos, artinya ada atau keberadaan, dan logos artinya studi atau ilmu tentang. Dalam bahasa Inggris disebut ontology. Ontology juga berarti cabang filsafat yang menggeluti tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin.
2.      Epistimologi
Istilah epistimologi berasal dari bahasa  Yunani epistiteme, artinya pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan logos, artinya pengetahuan, informasi. Jadi dapat dikatakan bahwa epistimologi adalah pengetahuan tentang pengetahuan. Adakalanya juga disebut teori pengetahuan.
3.      Aksiologi
Istilah aksiolog berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata axios, artinya layak, pantas, dan kata logos, artinya ilmu, studi mengenai. Karena itu, aksiologi merupakan analisis nilai-nilai. Selain itu dapat dikatakan bahwa aksiologis adalah studi filosofis tentang hakikat nilai-nilai. Pertama, bahwa nilai sepenuhnya berhakikat subyektif. Kedua, bahwa nilai-nilai merupakan kenyataan, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Ketiga, nilai-nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun kenyataan.[2]
 
Metode filsafat
1.      Metode Reductio Ad Absurdum, metode ini dikembangkan oleh Zeno, sarah seorang murid Parmenides. Metode ini adalah metode yang ingin memperoleh kebenaran, dengan menimbulkan kesalahan premis lawan.
2.      Metode Maieutik Dialektis Kritik Induktif, Metode ini dikembangkan oleh Sokrates. Pemikiran Sokrates berpusat pada manusia. Rekleksi filosofis Sokrates berawal dari kehidupan sehari-hari.
3.      Metode Silogisme Deduktif, metode ini dikembangkan oleh Aristoteles. Aristoteles menyatakan bahwa ada dua metode yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan yang benar, yaitu metode induktif dan deduktif. Induksi menarik kesimpulan dari umum ke khusus dan deduksi menarik kesimpulan dari dua kebenaran yang pasti.
4.      Metode Deduktif Spekulatif Transendental, metode ini dikembangkan oleh Plato, murid Sokrates.
5.      Metode Intuitif-Kontemplatif Mistis, metode ini berkembang dengan ide Plotinos dengan ajaran Neoplatonisme.
6.      Metode Skolastik: Sintetis-Deduktif, filsafat skolastis dikembangkan disekolah biara-biara dan keuskupan. Para filsuf skolastik tidak memisahkan filsafat dari teologi kristiani. Jadi dapat dikatakan bahwa filsafat integral dalam ajaran teologi.
7.      Metode Skeptisisme, metode ini dikembangkan oleh Rene Descartes. Awal filsafat Descartes adalah kebingungan. Filsafat begitu beragam dan dianggapnya sebagai ilmu simpang siur dan penuh kontradiksi.
8.      Metode Kritis-Transendental, metode ini dikembangkan oleh Immanuel Kant. Ia mengsintesakan dan mengatasi aliran rasionalisme dan empirisme.
9.      Metode Idealisme-Dialektis, oleh George Wilhelm Fiedrich Hegel. Hegel melawan ajaran filsafat Descartes dan Spinoza.
10.  Metode Eksitensial, aliran filsafat yang menolak pemutlakan akan budi dan pemikiran konsep abstrak murni.
 
Hakikat Filsafat
Filsafat, membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam. Maka dapat dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran yang menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang bersifat relatif. Seperti dalam hal nya filsafat komunikasi oleh Richad L. Laningan, yang secara khusus membahas analisis filosofis atas proses komunikasi.[3]


[1] Mufid Muhammad, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 3
[2]Tebba Sudirman, Filsafat dan Etika Komunikasi, Tanggerang: Pustakan IrVan, hlm. 48
[3] Mufid Muhammad, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 85

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini