Minggu, 05 Oktober 2014

Tugas3_Wita Eka Sucita(1112051000126) KPI 5 E

Definisi Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani "philosophia", seiring dengan perkembangan jaman dikenal juga dalam berbagai bahasa seperti "philosphic" dalam kebudayaan bangsa Jerman, "philosophy" dalam bahasa Belanda dan Perancis, "philosophia" dalam bahasa Latin, dan "falsafah" dalam bahasa Arab.

Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau philosophia (philien: cinta dan sophia:kebijaksanaan). Jadi bisa dipahami bahwa filsafat itu berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pencinta kebijaksanaan dalam arti hakikat. Secara terminologi filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.

Menurut pandangan para ahli tentang filsafat:

Plato (428-348): Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

Aristoteles (384-322): Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala bentuk. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah yang disebut hakekat.

Prof. Mr. Muhammad Yamin: Filsafat adalah pemutusan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu didalam kesungguhan.

Betrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan denitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan, namun seperti sain, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.

Unsur-unsur Filsafat

Ontologi

Ontologis secara ringkas membahas reatitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan tentang ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir didasarkanpada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.

Epistemologis

Epistemologi adalah proses terjadinya masalah mendasar sebab hal ini akan mewarnai pemikiran kefilsafatannya, pengetahuan didapatkan dari pengamatan inderawi tidak dapat ditetapkan apa yang subjektifdan apa yang objektif, sedangkan pengalaman dengan akal hanya mempunyai fungsi mekanisme semata-mata. Sementara itu salah seorang tokoh empirisme berpendapat "akal (rasio) adalah pasif pada waktu pengetahuan didapatkan, akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri".

Aksiologis

Aksiologi adalah merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi juga biasa disebut dengan filsafat nilai dan norma yang berkenan dalam kehidupan manusia. Aksiologis pun berkembang menjadi etika dan estetika.

Metode Filsafat

Metode Kritis (Socrates): Metode ini disebut metode kritis karena proses yang terjadinya dalam implikasinya adalah menjernihkan keyakinan-keyakinan orang.

Metode Intuitif (Platinos dan Bergson): Metode intuitif adalah gambaran yang merupakan suatu gerakan dinamik, sesuai dengan kenyataan.

Metode Skolastik (Aristoteles dan Thomas Aquinas): Metode berfikir skolastik menunjukan persamaan dengan metode mengajar dalam bentuk yang sistematis dan matang.

Metode Geometris (Rene Descartes): Metode ini membuat kombinasi dari pemahaman intuitif akan pemecahan soal dan uraian analisis. Mengembalikan soal itu kehal yang telah diketahui tetapi akan menghasilkan pengertian baru.

Metode Empiris (Thomas Hobbes dan Jhon Locke): Metode ini adalah doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peran akal.

Metode Trasedental (Immanuel Kant dan Neo Skolastik): Metode ini menerangkan tentang unsur-unsur mana dalam pemikiran manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat dalam rasio manusia.

Metode Fenomenologis (Husserl): Metode ini menerapkan bagaimana usaha kita dalam mencapai hakekat, pengertian aslinya harus melalui proses reduksi.

Metode Dialektis (Hegel, Marx): Metode ini disebut dialektis sebab jalan untuk memahami kenyataan adalah denganmengikuti gerakan fikiran atau konsep.

Hakikat Filsafat

Hakikat merupakan istilah fisafat yang dimaksudkan sebagai pemahaman atau hal yang palin mendasar. Fisafat adalah kebebasan berfikir terhadap sesuatu tanpa batas, dia mengacu pada hukum atas segala hal, maka dari itu hakikat filsafat juga biasa disebut sebagai akibat berfikir radikal.

Referensi:
Betrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang (Alih Bahasa  Sigit Jatmiko, Dkk), Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2002.
H. Aang Ridwan, M.Ag, Filsafat Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Koento Wibisono, Dasar-Dasar Filsafat, Jakarta:Universitas Terbuka,1997.
Louis Kattsoff, Pengantar Filsafat (Penterjemah: Soejono Soemargono), Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004.
M. Fatchurrahman, Pengantar Filsafat, Padang: Universitas Andalas, 1990.
Id.m.wikipedia.org/wiki/aksiologi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini