Minggu, 05 Oktober 2014

RIZKY ARIF SANTOSO_TUGAS 4_Relasi Relasi Produktif dan Tidak Produktif dalam Masyarakat Kota

NAMA       : RIZKY ARIF SANTOSO

KELAS       : PMI 3

NIM            : 1113054000001

 

Relasi Relasi Produktif dan Tidak Produktif dalam Masyarakat Kota

Setelah membahas masalah Struktur dan Sistem Sosial Masyarakat Perkotaan, maka sangatlah berhubungan dengan relasi (keterkaitan) antara produktif dan tidak produktifnya dalam masyarakat kota. Relasi relasi dalam masyarakat kota tak lepas dari namanya aspek nilai, praktek, maupun perekat sebagai landasan dalam bertingkah laku sosial sehari-hari. Adapun Soerjono Soekamto mengemukakan bahwa ciri-ciri kehidupan masyarakat baik desa maupun kota adalah :

a)      Manusia yang hidup bersama-sama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang individu.

b)      Bercampur atau bergaul dalam waktu yang cukup lama,

c)      Manyadari bahwa kehidupan mereka merupakan satu kesatuan.

d)     Merupakan sistem bersama yang menimbulkan kebudayaan sebagai akibat dari perasaan saling terkait antara satu dan lainnya.

Kehidupan masyarakat perkotaan bersifat dinamis / selalu berubah-ubah baik sikap, nilai, pola tingkah laku dan lain sebagainya. Maka dari itu, dinamika sosial merupakan salah satu kajian sosiologi yang membahas tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial.

Dalam kehidupan bermasyarakat juga masih kental dengan adana status atau kedudukan yang diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Adapun kedudukan sosial menyangkut didalam lingukngan pergaulan, prestise (harga diri) dan hak-hak serta kewajibannya.

Ada dua pengertian kedudukan sosial di dalam struktur sosial (1) kedudukan berarti tempat seseorang dalam pola tertutup, (2) kedudukan diartikan sebagai kumpulan hak dan kewajiban yang jika secara nyata dapat dilihat dalam gejala seperti : perbedaan hak, dan kewajiban antara manajer perusahaan dan para pekerja.

Jika dilihat proses memperolehnya, kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a)      Kedudukan seseorang yang diperoleh dari bawaan (ascribed status) yang diantaranya kedudukan yang berasifat biologis.

b)       Kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau dengan yang disengaja (achieved status).

 

Berikut Praktek Lapangan mengenai Relasi Produktif dan Tidak Produktif dalam Masyarakat Kota :

1.      Apa yang Anda ketahui tentang Kehidupan di Kota??

Kehidupan di Kota terbilang megah, mewah dan serba modern. Kebutuhan apa pun bisa tercukupi dan tersedia di Kota. Fasilitas dan layanannya pun mudah dan terpenuhi. Namun, disamping kemegahan hidup di perkotaan masih banyak terdapat masalah sosial seperti kemiskinan, perumahan padat, kali atau sungai yang sudah tak bersih lagi, dan sistem birokrasi yang terbilang sulit.

 

2.      Bagaimana dengan sifat atau pola tingkah laku masyarakat kota yang Anda ketahui??

Sifat atau pola tingkah laku masyarakat kota biasanya bersifat individualis, materialistis, modernisme, konsumtif dan lain sebagainya. Akan tetapi disamping sifat itu, masyarakat kota lebih bersemangat dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam meraih cita-cita, sebab mereka mayoritas berpendidikan tinggi.

 

3.      Adakah nilai-nilai yang dipegang atau dijunjung oleh masyarakat kota??

Masyarakat kota memiliki nilai demokratis, toleransi terhedap perbedaan SARA, menerapkan sistem baru sesuai dengan perkembangan zaman dan lain sebagainya.

 

4.      Bisakah Anda jelaskan praktek kehidupan masyarakat kota yang sesuai dengan nilai yang baru saja Anda sebutkan??

Yaa, seperti kebiasaan masyarakat kota yang suka mengonsumsi produk yang sebenarnya merupakan kebutuhan sekunder (tidak diutamakan) dan bahkan masih memiliki produk yang sama sebelumnya. Selain itu, sifat individualis yang bisa dilihat ketika di tempat umum, mereka biasanya sibuk dengan gadget atau handphone mereka dibanding orang sekitarnya. Akan tetapi, masyarakat kota juga memiliki etos kerja yang cukup tinggi, mereka disiplin dan bertanggung jawab atas pekerjaan atau profesi mereka masing-masing.

 

5.      Hal apa yang menyebabkan orang tersebut tetap memertahankan pola tingkah lakunya??

Sifat konsumtif yang selalu merekat pada orang kota disebabkan karena harga diri, jabatan, status sosial bahkan karena gengsi sekali pun. Melihat orang lain lebih mapan dan terbilang kaya, maka orang tersebut merasa tersaingi dan terpacu untuk melakukan yang lebih demi memertahankan status mereka di lingkungannya. Sifat individualis merekat pada masyarakat kota dikarenakan mayoritas orang kota merupakan penduduk imigran yang melakukan urbanisasi atau bisa dibilang bukan orang pribumi itu sendiri, sehingga menyebabkan kecanggunagn sosial ketika bertemu, kesibukan dalam beraktivitas atau pekerjaan juga termasuk penyebab terjadinya individualis yang hingga saat ini belum bisa dilepas dari kebiasaan masyarakat kota. Materialis disebabkan karena setiap individu berkompetisi meraih apa yang menjadi tujuan hidup mereka, sebab hidup di kota jika kalah saing akan terpinggirkan secara alami. Sedangkan sifat modernisme dapat melekat pada sikap atau kebiasaan orang kota karena perkembangan zaman menuntut masyarakat kota mau tidak mau mengikuti perubahan zaman sehingga muncul anggapan bahwa jika tidak modern maka terbilang ketinggalan zaman atau kuno. Akan tetapi, dibalik semua itu etos kerja orang kota tinggi karena mereka mayoritas merupakan lulusan sarjana bahkan tak sedikit yang bergelar doktor hingga professor sehingga mereka mampu berkompetisi dengan etos kerja yang cukup baik.

 

6.      Lalu, adakah kebiasaan masyarakat kota yang bisa dibilang produktif??

Yaa tentu ada, masyarakat kota sekarang termotivasi untuk membuka lapangan usaha seperti usaha tekstil rumahan, usaha kaos bola, usaha internet, hingga makanan dan minuman berbahan dasar alami yang diolah dengan kreativitas dan inovasi tinggi seperti snack Karuhun yang berbahan dasar singkong dengan rasa yang bervariasi dan masih banyak produk lain yang diciptakan orang kota.

 

7.      Mengapa mereka tetap mempertahankan kebiasaan mereka walaupun lingkungannya berbeda dengan yang mereka harapkan??

Mereka yang membuka usaha tetap memertahankan usaha mereka walaupun lingkungannya jauh dari harapan karena mereka sadar bahwa kompetisi semakin tinggi, lapangan pekerjaan juga terbatas sehingga mereka mencari inovasi baru dengan menjalani usaha yang dijalani dengan suka cita dan biasanya atas dasar hobi mereka masing-masing.

Analisis dan kesimpulan :

Masyarakat merupakan sekumpulan orang yang sifatnya dinamis (berubah) dari waktu ke waktu baik sifat, pola tingkah laku dan lain sebagainya. Sikap konsumtif, materialis, modernisme menurut Weber dalam teorinya "Tindakan Sosial" didasari oleh berbagai macam motif, misalnya karena masalah status sosial yang merasa tersaingi oleh pihak lain, sehingga mendorong orang tersebut untuk berperilaku konsumtif. Dalam pola tingkah laku materialistis, seseorang merasa bahwa kehidupan di kota merupakan kompetisi yang tangguh, maka untuk bertahan hidup di perkotaan mau tidak mau segala sesuatunya bertujuan untuk mencapai materi yang diinginkan. Akan tetapi, menurut Marx, tindakan atau pola tingkah laku tersebut disebabkan karena orang kota teralinasi oleh sistem yang kurang baik, sehingga menuntut mereka untuk berlaku konsumtif, materialis maupun modernisme. Sedangkan menurut Durkheim, pola tingkah laku tersebut dikatakan tergolong non produktif karena adanya struktur masyarakat kota yang tidak berjalan sebagaimana fungsinya sehingga mendorong mereka berlaku demikian. Jadi, relasi produktif atau pun tidak produktifnya masyarakat kota bisa disebabkan karena tindakan sosial itu sendiri, sistem diterapankan, maupun struktural yang berjalan sesuai fungsinya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini