Senin, 06 Oktober 2014

aditiya awaludin_Tugas 4_PMI 3_Relasi produktif dan tidak produktif masyarakat kota

Pengertian produktivitas. Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industri atau UKM dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspek-aspek output atau input yang digunakan sebagai agregat dasar, misalnya: indeks produktivitas buruh, produktivitas biaya langsung, produktivitas biaya total, produktivitas energi, produktivitas bahan mentah, dan lain-lain.

Yang akan dibahas dalam tugas kali ini adalah relasi produktif dan tidak produktif masyarakat perkotaan, yang menjadi tumpuan dalam artiekl ini adalah tingkat ke produktivitasan masyarakat di tengah-tengah hiruk pikuk perkotaan.
Penyebab lemahnya produktivitas masyarakat (SDM) DI perkotaan dan penguatan produktivitas masyarakat (SDM)
Penyebab lemahnya produktivitas masyarakat mempengaruhi fundamental perekonomian Indonesia, seperti contohnya : 
1.      Masih banyaknya produk-produk yang dihasilkan dengan daya saing rendah dan tidak efisien
2.       Masih rendahnya tingkat penguasaan teknologi
3.      Terbatasnya fasilitas infrastruktur dan masalah birokrasi
Dengan kata lain masalah sumber daya manusia dan teknologi menjadi dua dimensi yang sangat penting dalam upaya memperkokoh produktivitas kerja masyarakat dan fundamental perekonomian. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas tenaga kerja di perusahaan dengan memahami strategi sumber daya manusia meliputi hal berikut:
1.      Pengembangan Kemampuan
Dimensi ini menelaah pengembangan kemampuan karyawan dan kemampuan manajer.
2.      Pengelolaan Prestasi

Dimensi ini merujuk pada upaya pengelolaan prestasi kerja karyawan. Hal ini sangat penting karena implementasi strategi bisnis memerlukan karyawan yang senantiasa diberi bimbingan, dukungan, otoritas, dan sumber-sumber yang dibutuhkan guna memenuhi rencana tindakan dantujuan perusahaan.
3.      Pengelolaan Fungsi SDM

Dimensi ini meninjau bagaimana pengelolaan fungsi sumber daya manusia yang meliputi peranaan layanan (service role), organisasi, dan penetapan staf dan pengembangannya.
Berikut adalah ciri pranata ekonomi yang berkaitan dengan produktivitas tenaga kerja masyarakat perkotaan
1. Bertumpu pada sektor Indusri Pembagian kerja yang lebih tegas dan memiliki batas-batas yang nyata.
2. Pembagian kerja berdasarkan usia dan jenis kelamin kurang terlihat.
3. Kesamaan kesempatan kerja antar pria dan wanita sangat tinggi.
4. Kurang mengenal gotong-royong.
5. Di bedakan menjadi tiga fungsi, yaitu: produksi distribusi, dan konsumsi.
6. Hampir semua kebutuhan hidup masyarakat diperoleh melalui pasar dengan menggunakan uang sebagai alat tukar yang sah.
Dari data diatas dijelaskan tentang ketatnya tingkat tenaga kerja di suatu perkotaan, dan seringkali ciri tersebut tergambar jelas dikota-kota metropololitan seperti Jakarta.
Berikut adalah contoh kasus tentang kota yang produktiv beserta masyarakatnya
Kota Denpasar dan Bali secara keseluruhan adalah contoh  nyata bagi pemda lain untuk menjadikan suatu kota yang tertib, alami dan mempunyai tradisi unik. Dan masyarakat asli disini  kebanyakan pedagang kaki lima menempati kawasan-kawasan tertentu dan tidak tersebar tanpa kendali. Di balik keberhasilan ini, ada disiplin yang kuat dari pengelola kota dari tingkat atas sampai tingkat bawah untuk mentaati peraturan daerah yang ditetapkan.

Mendorong kerja sama dan interaksi antara wilayah di Indonesia dengan wilayah-wilayah negara lain merupakan upaya yang secara khusus perlu disiapkan, karena keterbatasan pengalaman dari sebagian besar pemda. Dan partisipasi publik adalah upaya agar kemajuan wilayah dapat dirasakan oleh banyak orang, dengan memberi kesempatan bagi setiap orang untuk melakukan upaya secara profesional dan memberikan kontribusi pada kegiatan yang produktif di wilayah itu, tanpa memandang latar belakang budaya orang per orang

Untuk menjadikan kota-kota ini menjadi wilayah yang produktif, pemda perlu melakukan upaya-upaya antara lain sebagai berikut:

-Mendorong tumbuhnya industri berbasis pertanian, perkebunan,kehutanan atau perikanan serta berdasarkan pada pemanfaatan yang menyeluruh dari sumber daya buatan dan SDM yang ada di wilayahnya, sehingga membentuk klaster industri berbasis sumber daya alam

-Mendorong tumbuhnya industri baru yang tidak bergantung pada lokasi dengan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dalam lingkungan yang alami dan nyaman.

-Mengelola lingkungan alami di luar perkotaan, yang dapat berupa hutan, sungai dan pesisir serta menyediakan fasilitas yang menarik untuk sarana
rekreasi bagi penghuni kota yang produktif.

-Menghubungkan kawasan itu dengan jaringan pariwisata nasional dan internasional, untuk menarik sebanyak mungkin wisatawan ke daerah itu.

-Meningkatkan fasilitas untuk riset, pengembangan teknologi, peningkatan keterampilan dan perilaku pekerja, dan mendorong kerjasama yang erat antara industri, pemerintah dan lembaga pendidikan.

analisis
dari kasus-kasus yang berbeda dapat disimpulkan seperti teori dari Weber tentang  "Tindakan Sosial" yang didasari oleh berbagai macam motif, contohnya karena masalah status sosial yang merasa tersaingi oleh pihak lain, dan ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan di kota sehingga mendorong orang tersebut untuk berperilaku konsumtif. maka untuk bertahan hidup di perkotaan mau tidak mau segala sesuatunya bertujuan untuk mencapai materi yang diinginkan.

menurut Marx, tindakan atau pola tingkah laku tersebut disebabkan karena orang kota teralinasi oleh sistem yang kurang baik, sehingga menuntut mereka untuk berlaku konsumtif, materialis maupun modernisme. Tetapi teori ini berbanding terbalik dengan contoh kasus di kota bali yang wilayah perkotaan, SDM, dan SDAnya berjalan dengan seimbang, peran pemda disana sangat vital untuk terjalinnya suatu keadaan masyarakat yang seimbang

Sedangkan menurut Durkheim, pola tingkah laku tersebut dikatakan tergolong non produktif karena adanya struktur masyarakat kota yang tidak berjalan sebagaimana fungsinya sehingga mendorong mereka berlaku demikian.

Produktifnya suatu daerah dan masyarakat tergantung dari bagaimana masyarakat itu sendiri. Adanya kemauan dan fasilitas juga menjadi pemicu utama masyarakat menjadi bersifat produktif. Yang lebih utama adalah tindakan sosial yang mendorong seseorang menjadi lebih dominan bersifat konsumtif dibandingkan harus menjadi warga yang produktif demi mengangkat wilayahnya itu sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini