FILSAFAT
A. DEFINISI FILSAFAT
Kata filsafat berasal dari kata 'philosophia' (bahasa Yunani), diartikan dengan 'mencintai kebijaksanaan". Sedangkan dalam bahasa Inggris kata filsafat disebut dengan istilah 'philosophy', dan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah 'falsafah', yang biasa diterjemahkan dengan 'cinta kearifan'.
Istilah philoshophia memiliki akar kata philien yang berarti mencintai dan sophos yang berarti bijaksana. Jadi, istlilah philosophia berarti mencintai akan hal-hal yang bersifat bijaksana. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Sedangkan orang yang berusaha mencari kebijaksanaan atau pecinta pengetahuan disebut dengan filsuf atau filosof.
Aristoteles (384 SM-322 SM) mengatakan: filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki dan asas segala benda
B. UNSUR-UNSUR FILSAFAT
1. Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontology adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan.
2. Epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, dengan asal kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Secara etimologi, epistemologi berarti teori pengetahuan. Pembahasan epistemologi tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
3. Aksiologi
Aksiologi meliputi nilai-nilai (values) yang normative dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpa dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan social, kawasan simbolik atau pun fisik-material.
C. METODE FILSAFAT
- Metode kritis (Socrates dan Plato), yaitu cara kerja atau bertindak yang bersifat analistis. Metode ini dilakukan dengan cara melalui percakapan-percakapan (dialog). Socrates tidak menyelidiki fakta-fakta, melainkan ia menganalisis berbagai pendapat atau aturan-aturan yang dikemukakan orang. Setiap orang memiliki pendapat yang berbeda dan analis yang berlainan.
- Metode skolastik (Aristoteles dan Thomas Aquinas). Metode ini banyak dipakai untuk menguraikan metode mengajar di sekolah atau di perguruan tinggi, bukan hanya dalam bidang ilmu filsafat saja, melainkan dalam semua ilmu, seperti hukum, ilmu pasti, kedokteran, dan lainnya.
- Metode sistematis. Dengan menggunakan metode ini para pelajar akan menghadapi karya-karya filsafat, misalnya mempelajari tentang teori-teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang ilmu lainnya, kemudian ia akan mempelajari teori nilai atau filsafat nilai. Dengan mempelajari filsafat melalui metode sistematis ini perhatiannya akan terfokus pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada zaman, serta periodenya.
- Metode historis. Metode ini digunakan bila para pelajar mengkaji filsafat dengan mengikuti sejarahnya. Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Contoh: jika kita ingin membicarakan tokoh filsafat atau filosof Thales, berarti kita membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dlaam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Kemudian dilanjutkan dengan membicarakan Anaximandros, Socrates, Rousseau, Immanuel Kant dan seterusnya sampai para tokoh-tokoh kontemporer saat ini.
- Metode kritis. Metode ini digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Di mana para pelajar haruslah telah memiliki bekal pengetahuan tentang filsafat secara memadai. Dalam metode ini pengajaran filsafat dapat menggunakan metode sistematis atau historis. Langkah pertama adalah memahami isi ajaran, kemudian para pelajar mencoba mengajukan kritiknya.
D. HAKIKAT
Secara umum filsafat merupakan upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Filsafat merupakan sabuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan untuk menentukan informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik tertentu. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang di cita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
- Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kejadian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, Dan Aksiologis, Cet 2, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2011.
- Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar