Senin, 06 Oktober 2014

Tugas 3_Syifa Fauziah Syukur_KPI 5 D

Definisi Filsafat

            Mari kita coba dulu untuk mengetahui bagaimanakah para filsuf dan ahli filsafat atau pemikir mendefinisikan apa itu filsafat. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.[1]

·         Plato, "filsafat tidak lain adalah pengetahuan tentang segala hal".

·         Aristoteles, "filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda".

·         Al-Kindi, "kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia. Bagi filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran yang merupakan sebab dari segala kebenaran".

·         Al-Farabi, "filsafat itu adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan untuk menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya".

            Secara etimilogis, kata "filsafat" berasal dari gabungan dua kata: philein yang berarti mencintai; dan sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Jadi, dilihat dari asal katanya, filsafat berarti mencintai kebijaksanaan.

            Dalam praktik penggunaannya, istilah "filsafat" digunakan dalam banyak hal untuk menyebut suatu watak yang terdiri dari banyak kategori pula. Misalnya, kita seringkali mendengar perkataan dari teman kita, "Wah, filsafatmu kacau sekali!" Ada juga yang mengatakan, "Saya jijik dengan filsafat politik para politisi kita."

            Maka, dalam konteks seperti itu, filsafat dimengerti untuk menunjuk gaya fikiran, kepribadian, dan tindakan yang dianggap sebagai akibat dari filsafat yang dipegang oleh seseorang.  Jadi, dalam hal ini filsafat adalah pandangan umum manusia tentang hidupnya, cita-cita, dan nilai-nilainya. Filsafat merupakan interpretasi atau evaluasi terhadap apa yang penting dan berarti bagi hidup.[2]

 

Unsur-unsur Filsafat

 

            Dalam beberapa literatur, di antaranya menurut Jujun S. Suria-sumantri (2003: 33) dan Anna Pudjiadi (1987: 15), secara garis besar,filsafat memiliki tiga bidang kajian utama, diantaranya :

1.      Ontologi, yaitu sesuatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan ke arah mana proses kejadiannya. Contoh: apa itu dakwah?

2.      Epistimologi, yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran, dari pengalaman panca indra, dari ide-ide, atau dari Tuhan, termasuk juga pemikiran tentang validitas pengetahuan manusia, artinya sampai dimana kebenaran pengetahuan kita. Contoh: bagaimana cara berdakwah yang baik?

3.      Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah-masalah nilai, termasuk nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan. Contoh: apa manfaat dari berdakwah?[3]

 

Metode Filsafat

 

            Banyak metode dalam filsafat seperti metode skolastik yang dikembangkan oleh Aristoteles dan Thomas Aquinas. Sebagian ahli ada yang mengelompokkan metode dalam filsafat menjadi tiga macam, yaitu metode sistematis, metode historis, dan metode kritis. Dengan menggunakan metode sistematis, para pelajar akan menghadapi karya-karyya filsafat, misalnya mempelajari tentang teori-teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang ilmu lainnya, kemudian ia akan mempelajari teori nilai atau filsafat nilai.

            Sedangkan metode historis digunakan bila para pelajar mengkaji filsafat dengan mengikuti sejarahnya. Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Sebagai contoh, jika kita ingin membicarakan tokohn filsafat atau filosof Thales, berarti kita membicarakan tentang riwayat hidupnya, pokok ajaran, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai.

            Adapun metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Di mana para pelajar haruslah telah memiliki bekal pengetahuan tentang filsafat secara memadai. Dalam metode ini pengajaran filsafat dapat menggunakan metode sistematis atau historis. Langkah pertama adalah memahami isi ajaran, kemudian mencoba mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang atau menolak paham atau pendapat dari para tokoh, namun dapat juga berupa dukungan atau memperkuat terhadap ajaran atau paham filsafat yang sedang dikajinya. Dalam mengkritik mungkin ia menggunakan pendapatnya sendiri atau dengan menggunakan pendapat para filosof lainnya.[4]

 

Hakikat Filsafat

 

1.      Hakikat merupakan istilah filsafat yang dimaksudkan sebagai pemahaman atau hal yang paling mendasar.

2.      Filsafat tidak saja bicara wujud atau materi sebagaimana ilmu pengetahuan tetapi juga berbicara makna yang terdapat dibelakangnya (something beyond).

3.      Hakikat filsafat adalah sebagai akibat berfikir radikal.

4.      Filsafat adalah kebebasan berfikir terhadap sesuatu tanpa batas, dia mengacu pada hokum keraguan atas segala hal.[5]

 

 

 

 



[1] Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara), 2003, hlm. 67.

[2] Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Yogyakarta, Ar-Ruzz Media), 2011, hlm. 102.

[3] A. Susanto, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimoligis, dan Aksiologis), (Jakarta, PT Bumi Aksara), cet ke-2, 2011, hlm. 27.

[4] A. Susanto, Filsafat Ilmu (Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimoligis, dan Aksiologis), (Jakarta, PT Bumi Aksara), cet ke-2, 2011, hlm. 13-14.

[5] Ahmad Tafsir,  Filsafat Ilmu,  (Bandung: PT  Remaja Rosdakarya), 2004, Cet Pertama, hlm. 64.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini