Senin, 06 Oktober 2014

Much Mugni Noorrachman KPI 5D Tugas II “Etika Terapan"

Much Mugni Noorrachman (NIM. 11.12.051.000.104) – KPI 5D 2014 – Etika dan Filsafat Komunikasi – Tugas II "Etika II"
بسم الله الرحمٰن الرحيم
Etika II: Etika Terapan: a. Bidang yang menjadi garapan etika terapan saat ini: (profesi: dokter, hakim, jurnalis, pengcara, dll.); b. Pendekatan etika terapan: praktis, pragmatis, moralis, dll.); c. Metode Etika Terapan; d. Relasi Etika dan Filsafat


ETIKA TERAPAN
Salah satu ciri khas etika terapan sekarang ini adalah kerja sama yang erat antara etika dan ilmu-ilmu lain. Etika terapan tidak bisa dijalankan dengan baik tanpa kerja sama itu, karena ia harus membentuk pertimbangan tentang bidang-bidang yang sama sekali di luar keahliannya. (K. Bertens, Etika hlm. 290).
a.     Bidang yang menjadi garapan etika terapan saat ini;
Etika terapan erat dengan profesi yang ada, sebagai standar moral dan standar profesionalitas. Di bawah ini merupakan etika terapan bagi beberapa profesi di antaranya:
  1. Dokter; etika bagi seorang dokter bernama etika hammurabbi, mengatur sikap yang diminta dari seorang dokter.
  2. Hakim; kode kehormatan hakim menjadi landasan moral bagi hakim sebagai penegak hukum yang bersih dan jujur dalam melaksanakan tugasnya sebagai penengah bagi masyarakat dengan profesional.
  3. Pengacara; kode etik pengacara teratur dalam Undang-undang Advokat Pasal 15 ayat 1. Dan pada pasal 26 ayat 2 diatur bahwa advoat wajib tunduk dan memenuhi kode etik profesi advokat dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
  4. Jurnalis; Kode Etik Jurnalistik menjadi dasar moral seorang Jurnalis melakukan pekerjaannya dengan standar profesinalitas dan tanggungjawab moralnya sebagai pemberi informasi kepada khalayak ramai.

b.     Pendekatan etika terapan;
Praktis; etika terapan mestinya bersifat praktis, oleh karenanya kajian etika profesi tidak meninggalkan segi atau landasan teoritisnya.
Pragmatis; melihat bagaimana kegunaan memiliki makna melalui tindakan positif.
Moralis; seorang profesional harus sesuai dengan norma moral, yakni suatu hukum yang mengikat sesuai dengan kebudayaan yang berlaku. 

c.     Metode Etika Terapan;
Etika terapan merupakan pendekatan ilmiah yang pasti tidak seragam. Ada empat unsur yang dengan salah satu cara selalu berperanan dalam etika terapan, berapapun besarnya variasi yang dapat ditemui di sini. Empat unsur tersebut:
  1. Dari sikap awal menuju refleksi
Dalam usaha membentuk suatu pandangan selalu sudah ada suatu sikap awal. Kita mulai dengan mengambil suatu sikap tertentu terhadap masalah bersangkutan. Demikian halnya juga degan orang yang mulai menekuni etika terapan. Sikap awal ini bisa pro atau kontra atau juga netral, malah bisa tak acuh, tapi –bagaimanapun- mula-mula sikap ini dalam keadaan belum direfleksikan.
Sikap awal ini terbentuk karena bermacam-macam faktor yang memainkan peranan dalam hidup seorang manusia: pendidikan, kebudayaan, agama, pengalaman pribadi, media massa, watak seseorang, dan banyak hal lain lagi.
Dalam hidup pribadi seseorang yang berpikir tentang salah satu masalah etis. Tapi hal yang sama bisa terjadi juga pada skala lebih besar dalam etika terapan yang dijalankan dengan cara sistematis.
  1. Informasi
Informasi adalah unsur kedua yang dibutuhkan setelah pemikiran etis tergugah, hal itu terutama mendesak bagi masalah etis yang terkait dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Melalui informasi kita dapat mengetahui bagaimana keadaan objektif.
  1. Norma-norma Moral
Usur berikut dalam metode etika terapan adalah norma-norma moral yang relevan utuk topik atau bidang yang bersangkutan. Tidak bisa disangkal, penerapan norma-norma moral ini merupakan unsur terpenting dalam metode etika terapan.
  1. Logika
Uraian yang diberikan dalam etika terapan harus bersifat logis. Ini tentu tidak merupakan tuntutan khusus bagi etika saja, sebab berlaku untuk setiap uraian yang mempunyai pretensi rasional. Logika dapat menunjukan kesalahan penalaran dan inkonsistensi yang barangkali terjadi dalam argumentasi.

d.     Relasi Etika dan Filsafat
Filsafat; ilmu yang mengkaji sesuatu yang ada dengan menggunakan pikiran. Selah satu yang dihasilkan filsafat yakni etika. Dimana etika memiliki definisi, Ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Bahan Bacaan: Etika karya K. Bertens (Jakarta: PT Gramedia, 1993).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini