Dani Perdana 11120510000205 KPI 5D
A. Pengertian Etika Terapan
Etika terapan bukanlah hal yang baru dalam sejarah filsafat moral. Semenjak Plato dan Aristoteles, etika merupakan filsafat praktis, artinya, filsafat yang ingin memberikan penyuluhan kepada tingkah laku manusia dengan memperlihatkan apa yang harus dilakukan. Sifat praktis ini bertahan selama seluruh sejarah filsafat. Dalam abad pertengahan, Thomas Aquinas melanjutkan tradisi filsafat praktis ini dan menerapkannya di bidang teologi moral. Pada awal zaman modern muncul etika khusus yang membahas masalah etis suatu bidang tertentu seperti keluarga dan negara. Namun pada dasarnya etika khusus dalam arti sebenarnya sama dengan etika terapan.
B. Pendekatan Etika Terapan
a. Praktis
Sebagai ilmu praktis maka etika profesi memiliki sifat yang mementingkan tujuan perbuatan dan kegunaannya, baik kegunaan secara pragmatis maupun secara utilitaristis dan deontologis.
b. Pragmatis
Memandang etika profesi secara pragmatis berarti melihat bagaimana kegunaan itu memiliki makna bagi seorang profesional melalui tindakan yang positif yang berupa pelayanan terhadap klien, pasien atau pemakai jasa.
c. Moralis
Di dalam penerapan profesinya, seorang profesional harus dibimbing oleh norma moral, yaitu norma yang mewajibkan tanpa syarat (begitu saja) tanpa disertai pertimbangan lain.
Ciri khas etika terapan salah satunya adalah kerja sama erat antara etika dan ilmu-ilmu lain. Etika terapan tidak bisa dijalankan dengan baik tanpa kerja sama itu, karena ia harus membentuk pertimbangkan tentang bidang-bidang yang sama sekali di luar keahliannya. Karena itu pelaksanaan etika terapan minta suatu pendekatan multidisipliner, suatu pendekatan yang melibatkan berbagai ilmu sekaligus.
Dalam hal ini kita dapat membedakan antara pendekatan multidisipliner dan interdisipliner. Pendekatan multidisipliner adalah usaha pembahasan tentang tema yang sama oleh berbagai ilmu, sehingga semua ilmu itu memberikan sumbangannya yang satu di samping yang lain. Dan sedangkan pendekatan interdisipliner adalah kerja sama antara beberapa ilmu tentang tema yang sama dengan maksud mencapai suatu pandangan terpadu. Pendekatan interdisipliner dijalankan dengan cara lintas disiplin.
E. Metode Etika Terapan
Etika terapan merupakan pendekatan ilmiah yang pasti tidak seragam. Dalam hal ini tidak mau diberi kesan seolah-olah dalam etika terapan selalu dipakai metode yang sama. Justru untuk ilmu praktis seperti etika terapan tidak ada metode siap pakai yang bisa dimanfaatkan begitu saja oleh semua orang yang berkecimpung di bidang ini. Dalam etika terapan, variasi metode dan variasi pendekatan pasti besar sekali. Di sini kami menyebut empat unsur yang dengan salah satu cara selalu berperanan dalam etika terapan, berapa pun besarnya variasi yang dapat ditemui di sini. Dan sebenarnya empat unsur ini mewarnai setiap pemikiran etis. Setiap orang yang ingin membentuk suatu pendirian yang beralasan tentang problem problem etis juga di luar kerangka etika terapan yang resmi akan menjumpai empat unsur ini. Jadi, metode etika terapan dalam hal ini sejalan dengan proses terbentuknya pertimbangan moral pada umumnya. Empat unsur yang dimaksud di sini adalah sikap awal, informasi, norma-norma moral, logika.
D. Relasi Etika dan Filsafat
Menurut Sidney Hock, filsafat ialah suatu pencari kebenaran, suatu persoalan nilai-nilai dan pertimbangan-pertimbangan nilai untuk melaksanakan hubungan kemanusiaan secara benar dan juga berbagai pengetahuan tentang apa yang buruk atau baik untuk memutuskan bagaimana seseorang harus memilih atau bertindak dalam kehidupannya. Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Hubungan antara Etika dan Filsafat adalah bahwa etika merupakan salah satu hal yang dihasilkan dari adanya filsafat. Etika merupakan bagian dari filsafat. Keduanya saling berkaitan erat.
Sumber: Bertens, K. Etika. Gramedia Pustaka Utama. Ciputat: 1993.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar