Rabu, 27 Mei 2015

Desa Penglipuran_Dwi Aryurini_PMI 2

Asal Mula Nama Desa Penglipuran
Desa Penglipuran adalah sebuah desa di kabupaten Bangli, Bali, tepatnya di kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli. Desa Penglipuran terletak  pada  jalur  wisata  Kintamani, sejauh 5 Km dari  pusat kota Bangli, dan 45 Km dari pusat kota Denpasar.  Sebelum mengetahui asal mula terbentuknya nama Desa Penglipuran,  kita juga harus tahu sejarah dari desa Penglipuran itu sendiri. Dari sudut pandang sejarah dan  menurut para sesepuh,  kata Desa Penglipuran berasal dari kata Penglipuran, dan kata Penglipuran sendiri berasal dari kata "Pengeling Pura" yang berarti tempat suci mengenang para leluhur.
Tempat ini sangat berarti sejak zaman leluhur mereka datang dari desa Bayung Gede ke Penglipuran yang  jaraknya cukup jauh, sekitar 20 km. Oleh karena itu masyarakat Penglipuran  mendirikan  pura yang sama sebagaimana yang ada di desa Bayung Gede. Dalam  hal  ini berarti masyarakat Penglipuran masih mengenal seluk-beluk mereka.
Dari sumber yang lain, didapatkan informasi bahwa Penglipuran berasal dari kata "Penglipur" yang berarti "penghibur" karena pada jaman kerajaan tempat ini dijadikan tempat peristirahatan. Penglipuran memiliki dua pengertian, yaitu  pangeling  yang kata dasarnya "eling" atau mengingat. Sementara pura artinya tanah leluhur. Jadi, penglipuran artinya mengingat tanah leluhur. Kata itu juga bisa berarti "penghibur" yang  bermakna memberikan petunjuk  bahwa ada hubungan sangat erat  antara tugas dan  tanggung  jawab masyarakat dalam  menjalankan dharma agama.
 Masyarakat desa adat penglipuran percaya bahwa leluhur mereka berasal dari Desa Bayung  Gede, Kintamani. Sebelumnya  desa  Panglipuran bernama Kubu Bayung. Pada jaman dahulu  raja bali  memerintahkan  pada warga-warga di Bayung Gede untuk mengerjakan  proyek di Kubu Bayung, tapi akhirnya para warga tersebut memutuskan untuk menetap di desa Kubu Bayung dan mendirikan pura yang sama dengan desa asal mereka.
Latar  belakang budaya yang terdapat di desa Penglipuran berbeda dengan desa lain yang ada di Bali. Telah dijelaskan bahwa desa penglipuran dulunya berada 20 km jaraknya dari desa kubu bayung yang sekarang telah berganti nama  menjadi desa penglipuran. Untuk  latar belakang  budaya sendiri, budaya di desa Panglipuran  sudah  ada sejak desa tersebut masih ada di Bayung Gede. Hingga saat ini, budaya yang berkembang di desa Penglipuran belum ada perubahan.
Salah satu contohnya adalah saat upacara Pengabenan, di desa Penglipuran menggunakan hewan  Sapi sebagai  sajen, yang nantinya akan dibagikan kepada warga yang hadir dalam prosesi pengabenan. Dan budaya tersebut sudah ada sejak dahulu kala. Dan untuk upacara kematian  di desa penglipuran sendiri, tidak mengadakan pembakaran mayat atau kremasi, tetapi jasad orang yang  meninggal  di desa penglipuran di makamkan. Budaya tersebut berbeda dengan budaya pengabenan lain yang ada di pulau Bali.
      Mitos Desa Penglipuran
Banyak  mitos yang berkembang di desa penglipuran. Salah satu mitos yang berkembang di desa penglipuran adalah, jika ada seorang wanita yang sedang hamil, dilarang  keras  masuk ke dalam  pura agung/penateran. Karena jika ada wanita hamil yang masuk kedalam pura, maka wanita tersebut  akan  kehilangan  bayinya/keguguran. Masyarakat penglipuran percaya akan hal itu, jadi hingga sekarang, wanita yang sedang hamil diawasi benar-benar oleh pihak keluarga, agar tidak melanggar aturan tersebut. Mitos lain dari desa penglipuran adalah, terdapat harimau dan  ular  ghaib yang  menjaga salah  satu  pura yang  ada di desa Panglipuran, yaitu Pura Dukuh. Dan mitos lain adalah, banyak orang yang mengambil pesugihan dan memberikan tumbal manusia setiap satu tahun sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini