Nama : Nurlaila
NIM : 1112054000027
Jurusan : PMI 6
Laporan Hasil Penelitian Sumedang (Sejarah & Asal-Usul Cipaku)
Desa Cipaku Kabupaten Sumedang adalah tempat yang suci atau sakral karena memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual masyarakat. Begitu juga kampung Halaman, Tempat Tinggal, beserta segenap isinya baik yang tampak yaitu tanah, air, sumber daya alam, & sumber daya manusianya beserta yang tidak tampak yaitu nilai- nilai sejarah, budaya, dan spiritualnya. Dan begitu juga mayoritas agama islam yang begitu kental sangat terasa jika masuk ke wilayah ini (Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang).
Makna Cipaku sendiri adalah dari dua kata yaitu Ci dan Paku yang mengandung makna Ci artinya Air dan Paku Artinya Penis/ Alat Reproduksi Laki-laki. Jadi, Cipaku adalah air penis atau dikenal juga sperma. Sperma adalah Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa, yang berarti benih, dan yang berarti makhluk hidup yaitu sel dari sistem reproduksi laki-laki. Sel sperma akan membuahi ovum untuk membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Sperma adalah benih mahluk hidup / manusia, asal muasal manusia. Kasepuhan di Kabuyutan Cipaku percaya bahwa semua manusia berasal dari Cipaku.
Kabuyutan Cipaku Jaman Purba disebut Kawasan Lemah Sagandu dengan batas di sebelah utara adalah Bukit Pareugreug, sebelah Barat Gunung Lingga, Sebelah Selatan Gunung Cakrabuana, dan Sebelah Timur Gunung Jagat. Kawasan Lemah Sagandu Kabuyutan Cipaku sebagian besar sekarang terancam digenangi menjadi Waduk Jatigede. Di tengah- tengah Kawasan Lemah Sagandu terdapat Bukit Surian yang berupa Gunung Kecil ditengah Bendungan Jatigede kalau jadi digenangi maka akan terbentuk pulau/ nusa. Leluhur Kabuyutan Cipaku percaya bahwa mereka adalah keturunan langsung dari Nabi Nuh AS dan Gunung Surian merupakan bangunan punden berundak peninggalan jaman Nabi Nuh AS.
Begitu juga desa Cipaku mempunyai beberapa situs-situs peninggalan diantaranya :
1. SITUS MAKOM RATNA DEWI INTEN :
Situs makom ratna inten ini adalah bukan kuburan melainkan tempat bersemedinya ratna inten. Makomratna inten memiliki satu batu kepala yang memiliki makna ketauhidan atau untuk menguatkan bahwasanya tuhan itu hanya satu. Makon ratna inten bertempatan diapit oleh dua selokan besar, dan di makom ratna inten juga terdapat pohon bambu yang berada pada posisi barat dari makom, pohon bambu ini berfungsi sebagai meneduhkan atau menyejukkan makom dan tempat berteduh bagi para peziarah.
Pohon bambu ini adalah pohon yang jenisnya bambu sangat kuat yang tak akan pernah busuk walaupun sudah ditanamkan ditanah dan dapat juga dipakai sebagai pondasi. Selain pohon bambu, di makom ratna inten juga terdapat pohon bringas yang berfungsi melindungi makom, pohon ini memiliki getah yang dapat menyebabkan gatal berhari-hari jika terkena kulit manusia, pohon ini juga memiliki kayu yang sangat kuat. Selain terdapat pohon, di sekeliling makom ratna inten juga terdapat sumur yang berisi air yang cukup banyak. Situs makom ratna inten juga memiliki suatu aura yang cantik, oleh sebab itu para leluhur juga menyebutkan makon ratu ratna inten. Ratna inten sendiri adalah istri dari pandita ajar padang larawangan.
2. SITUS PRABU AJI PUTIH
Prabu resi Aji putih adalah seorang resi trah Galuh (masih keturunan bangsawan galuh), yang dianggap sebagi perintis dari kerajaan Sumedang Larang. Ia diyakini merupakan keturunan dari Aki Balangantrang, cucu Wretikandayun (pendiri kerajaan Galuh), dan merupakan inspirator dalam kudeta Ciung Wanara (Sang Manarah) di tanah Galuh.Ia datang ke suatu kampung yang bernama Cipaku, yang letaknya di pinggir sungai Cimanuk (sekarang adanya di kampung Muhara, desa Leuwihideng, kecamatan Darmaraja Sumedang). Disini ia melakukan perubahan tatanan pemerintahan dan masyarakat, yang konon daerah ini sudah ada sejak abad ke-8 M. Pengaruhnya semakin kuat sehingga kekuasaanya meluas hingga sepanjang walungan (sungai) Cimanuk, hingga berdirinya kerajaan Tembong Ageung. Tembong Ageung berarti Kelihatan besar / luhur (tembong berarti kelihatan, sedang ageung berarti besar dan luhur).Kerajaan Tembong Ageung terletak di bukit Tembong Ageung, dengan ibukota di Leuwi Hideung
Darmarja sekarang. Prameswari prabu Aji Putih bernama Nyi Mas Ratu Ratna Inten atau terkenal juga dengan nama Nyi Mas Dewi Nawang Wulan. Dari perkawinanya ia mempunyai anak yang bernama Tajimalela, yang kemudian menggantikannya. Setelah meninggal Prabu Aji Putih dimakamkan di Astana Cipeueut, desa Cipaku Darmaraja.
3. PRABU TAJIMALELA
Prabu Tajimalela atau Batara Tuntang Buana (Prabu Agung Resi Cakrabuana), dianggap sebagai pokok berdirinya kerajaan Sumedang Larang. Ia meneruskan kekuasaan ayahnya, Prabu Guru Aji Putih. Pada zamannya nama kerajaan kemudian diganti dengan nama Himbar Buana, yang berarti Menerangi alam. Tetapi setelah ia bertapa ia mengubahnya menjadi kerajaan Sumedang Larang, meskipun ibukotanya tetap di daerah Leuwihideung Darmaraja. Prabu Tajimalela pernah berkata Insun medal insun madangan." (artinya: Saya dilahirkan saya menerangi) dari perkataan Tajimalela inilah kemudian nama Sumedang Larang diambil. Dengan demikian kata Sumedang berasal dari kata insun madangan yang disingkat Sumedang, yang berarti saya menerangi, dan ada juga yang menulis berasal dari kata insun medal yang mengalami perubahan pengucapan. Sedang kata Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingannya.Prabu Tajimalela hidup sezaman dengan Maharajara Sunda yang bernama Luhur
Prabawa.Konon menurut cerita rakyat, pada zaman Tajimalela ini pertanian mencapai kemajuannya. Ia sangat memperhatikan bidang pertanian, sehingga disepanjang sungai Cimanuk terdapat tanah pertanian yang sangat 4subur. Disamping itu, ia juga dalam bidang peternakan di Paniis (Cieunteung) dan perikanan.di Pangerucuk (Situraja). Situs peninggalan Prabu Tajimalela berupa Lingga di situs gunung Lingga.
Mengenai jumlah kependudukan di desa Cipaku Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang. Didesa ini memiliki 39.190 ribu jiwa. (Laki-laki berjumlah 19,917) (perempuan berjumlah 19,273). Dari data tersebut menjelaskan jumlah penduduk di kecamatan ini yaitu 39.190 ribu jiwa. Dalam melakukan praktek lapangan untuk pengkajian data di Desa Cipaku Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang kelompok kami menghadapi sebuah problem yang diluar dugaan. Diantaranya yaitu :
1. Keadaan desa cipaku saat itu berada dalam keadan yang sensitive rentan bentrok dengan orang asing yang masuk kampong Cipaku. Jadi informasi yang berada di desa tersebut belum dapat diekplorasikan keluar.
2. Terkait masalah perizinan pun kami telat melaporkan kepada kepala desa
3. Tutur kata kepala desa kepada kami bahwa, kita selaku mahasiswa UIN dirasa mempunyai sebuah kepentingan tertentu dalam kegiatan tersebut dan sempat kami klarisifikasikan hal tersebut dan beliu bertutur bahwa kami ditunggangi oleh LSM (lembaga Sosial Masyarakat) yang tujuannya tidak memihak kepada Kepala desa dan masyarakat setempat.
Setelah itu dalam melakukan FGD (focus group discustion) kelompok kami mewawancarai beberapa warga setempat diantaranya :
1. Ibu Cicih berusia 59 Tahun pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga
2. Ibu Denah berusia 54 Tahun pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga
3. Ibu Eson berusia 62 Tahun pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga
4. Ibu Iing berusia 70 Tahun pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga
5. Ibu Eden berusia 25 Tahun pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga
Dalam diskusi kelompok, kami beserta ibu-ibu membahas tentang pendidikan. Mereka mengatakan pendidikan didesa Cipaku yaitu SD dan SMP . Mereka juga mengatakan bahwa anak-anak mereka harus lebih tinggi pendidikannya dibandingkan orang tuanya dulu. Sebenarnya pendidikan di desa Cipaku Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang dalam hal pendidikannya sama saja dengan daerah-daerah lainnya seperti : dari umur anak-anak masuk sekolah, pakaian sekolah maupun mata pelajarannya hampir mirip dengan sekolah-sekolah lain pada umumnya.
Namun yang menjadi pembedanya hanyalah jarak tempuh menuju sekolahnya saja. Mengenai sarana dan prasarana mereka mengatakan belum tercukupi melainkan adanya isu yang menyebabkan pemadatan proses pembangunan. Dan mereka juga mengatakan untuk masalah listrikpun didesa Cipaku baru ada mulai tahun 2010, itupun karena desakan dari Forum Komunikasi Masyarakat Sumedang yang diketuai oleh ki embun pada saat itu.
Lalu untuk mata pencahariaan mereka mayoritas masyarakatnya seperti bertani dan berternak. Mereka berternak kambing, bebek, dan ayam. Masalah modal dari pertanian mereka, masyarakat disana dapat meminjam modal ke GAPOKTAN (gabungan kelompok tani) bagi petani yang ingin bercocok tanam namun tidak mempunyai modal yang cukup, mereka dapat meminjam modalnya disana. Dan mekanisme pembalikan modalnya tersebut jikalau hasil panennya laku terjual.
Mengenai pendapatan dalam satu tahun sekitar 10 ton dan satu ton berkisar 1 Juta jadi total satu tahun 10 juta itu standardnya, jikalau musimnya panas maka hasil panennya akan lebih besar. Adapun kendala mereka dalam bertani diantaranya tidak terlepas dari hama seperti : tikus dan babi hutan. Terkadang juga kendala bagi si petani tersebut itu dari musim / cuaca misalnya keadaan yang sering turun hujan, dan masalah isu penggenangan desa Cipaku itu sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar