Sabtu, 03 Mei 2014

Dinara Oktaviana_Tugas 5 (revisi)_Laporan Penelitian

ANGGAPAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA TAMAN SPATHODEA

KEBAGUSAN JAKARTA SELATAN

 

       I.            Latar Belakang

Kota Jakarta sudah sesak dengan adanya gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, berdiri tegak besi dan beton sebagai penyanggah, bahkan berlapiskan kaca mengkilap menyilaukan mata dan dapat memantulkan kembali cahaya matahari. Ruang terbuka hijau di Jakarta semakin sulit dicari dan semakin besar juga pemerintah atau masyarakat memutar otak untuk menemukan lahan hijau. Di satu tempat kawasan Kebagusan tepat di pinggir jalan ada lahan kosong dan luas dijadikan tempat pembuangan sampah yang tak terawat, tak terjamah dan terabaikan, tentu itu sangat mengganggu masyarakat sekitar bahkan pengguna jalan yang hanya sekedar lewat. Tetapi, kini tempat pembuangan sampah itu telah dibenahi dan disulap oleh Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta menjadi taman yang rasanya wajib dikunjungi, yaitu Taman Spathodea. Taman ini selesai pada pertengahan 2012 cukup singkat jika mengingat awal pembuatannya 2011. Di wilayah Kebagusan memang banyak perumahan elite bergaya Town House dan dipadati oleh pemukiman warga asli sana. Jadi tidak terlalu berlebihan jika hadirnya Taman Spathodea memberi nafas lega kepada masyarakat yang sesak akan padatnya Jakarta. Taman Spathodea berperan penting di kawasan tersebut karena selain menjadi ruang terbuka hijau Jakarta, taman ini juga menjadi tempat rekreasi dan tempat masyarakat berinteraksi sosial dan juga sebagai resapan air. Masyarakat sangat antusias terhadap taman ini, dapat dilihat dari keadaan taman yang tak pernah sepi pengunjung mulai matahari terbit hingga terbenam.

 

-          Mengapa penting untuk diteliti

Penelitian ini menjadi penting karena mengingat sebelum berdiri Taman Spathodea, disalah satu kawasan Kebagusan ada tempat pembuangan sampah. Hal ini membuat ada rasa ketidaknyamanan masyarakat sekitar. Penting untuk diteliti agar dapat mengetahui kebijakan pemerintah dengan mendirikan Taman Spathodea suatu kebijakan yang positif atau sebaliknya, negatif.

-          Asumsi

Adanya ruang terbuka hijau menjadikan suatu wilayah lebih asri dan dapat dijadikan tempat interaksi sosial bagi masyarakat.

 

    II.            Teori Sosiologi

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori fakta sosial yang dipelopori oleh Emile Durkheim dalam karyanya The Rule of Sociological Method. Fakta sosial dibagi dua tipe, yaitu material dan non-material. Sedangkan dalam penelitian ini memakai teori fakta sosial material, karena Fakta sosial material dicontohkan Durkheim seperti gaya arsitektur : rumah adat, istana, tempat ibadah , bentuk teknologi: gadget, obat-obatan, satelit, transportasi, hukum perundang-undangan: hukum adat, hukum dagang, hukum pidana perdata.

 

 III.            Pertanyaan Penelitian

1)      Bagaimana masyarakat menanggapi adanya ruang terbuka hijau di kawasan ini?

2)      Bagaimana anggapan masyarakat jika pemerintah mendirikan taman lagi ?

 

 IV.            Metode Lapangan

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif, karena penelitian ini dilaksanakan dengan wawancara mengajukan beberapa pertanyaan dan observasi. Metode kualitatif dipilih karena penelitian ini mengamati fenomena yang tengah terjadi di masyarakat yang tidak dapat diukur dengan angka atau uji statistik.

 

    V.            Area Riset

Penelitian dilaksanakan di Taman Spathodea, Kebagusan, Jakarta Selatan dan mewawancarai beberapa masyarakat  diantaranya 2 mahasiswa dan seorang ibu yang sedang berkunjung ke taman. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2014.

 

 VI.            Pertanyaan Lapangan

1)      Menurut And ataman Spathodea tempat yang seperti apa ?

2)      Bagaimana keamanan dan kebersihan di taman ini ?

3)      Jika datang ke taman biasanya apa yang dilakukan atau ada tujuan khusus ?

4)      Apakah fasilitas disini sudah cukup atau ada yang perlu ditambah ?

 

VII.            Hasil Laporan Penelitian

Pembangunan Taman Spathodea mendapat respon positif bagi masyarakat. Kehadiran taman ini memberikan nuansa dan pemandangan baru di daerah Kebagusan, Jakarta Selatan. Bagi masyarakat pembangunan taman ini letaknya strategis, karena tepat di pinggir jalan jadi siapa saja dapat berkunjung kesana. Selain itu, letaknya juga dekat dengan minimarket, SPBU dan masjid. Fasilitas yang diberikan Taman Spathodea cukup memadai. Disana ada 2 danau buatan yang diisi dengan ikan-ikan air tawar, toilet, jogging track kurang lebih 100 meter dan 2 area bermain anak seperti ayunan, perosotan, jungkat-jungkit dan bak pasir. 2 area bermain anak ini terletak di depan dan belakang taman, karena luas taman sekitar 1 hektar dimana tidak cukup jika hanya ada 1 area bermain. Sehingga masyarakat yang datang bersama anak tidak merasa bosan, dengan adanya area bermain yang memanjakan anak-anak. Biasanya, masyarakat terutama para orang tua yang bekunjung ke sini bersama anak-anaknya membawa mainan seperti bola atau layang-layang . Ada juga yang membawa hewan peliharaan sekedar untuk jalan-jalan sore. Sering terlihat beberapa masyarakat yang membawa sepeda untuk mengitari taman. Taman Spathodea kurang dari segi pencahayaan. Kurangnya pencahayaan membuat taman terlihat tampak gelap sekali di malam hari. Dikhawatirkan ada suatu kejahatan seksual atau kriminalitas lainnya. Maka dari itu masyarakat berharap pemerintah menambah pencahayaan agar apa yang dikhawatirkan tidak benar-benar terjadi. Selain kurang pencahayaan, taman ini juga butuh tempat sampah yang lebih. Mengingat luas taman 1 hektar, tidak cukup dengan tempat sampah yang sekarang tersedia. Kurangnya tempat sampah membuat taman agak kotor bahkan di danau ada botol plastik. Itu akan mencemari danau dan mengganggu kehidupan di bawah air. Dari keseluruhan Taman Spathodea hampir menyentuh sempurna. Mendapat respon positif dari Taman Spatodhea, pemerintah mendirikan taman lagi di samping Taman Pemakaman Umum Jagakarsa yag bernama Taman Matoa. Sama halnya dengan Taman Spathodea, Taman Matoa pun mendapat perhatian masyarakat, padahal taman ini lebih kecil dari Spathodea dan belum selesai semua pembangunannya.

 

Profil Narasumber:

Nama               : Indah Pusparita

Pekerjaan         : Mahasiswi

Umur               : 18

 

Nama               : Dea Herdiana Utami

Pekerjaan         : Mahasiswi

Umur               : 17

 

Nama               : Ningsih

Pekerjaan         : Ibu rumah tangga

Umur               : 42

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini