Minggu, 09 Maret 2014

Ari Herlangga_Tugas1_Teori Emile Durkhein

NAMA : ARI HERLANGGA

NIM     : 1113054100027

KELAS : KESSOS 2A

TEORI EMILE DURKHEIM


A. Fakta Sosial


1.     Teori

Emile berpendapat bahwa sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakan fakta social. Menurutnya, fakta social merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan memiliki kekuatan memaksa yang mengendalikannnya. Durkheim berpendapat bahwa setiap ilmu harus memiliki subyek pembahasan yang berbeda unik yang membedakan dengan ilmu yang lainnya, namun harus dapat diteliti secara empiris.

Dalam fakta social memiliki 3 karakteristik yaitu:

  1. Gejala social bersifat eksternal terhadap individu
  2. Fakta social memaksa individu
  3. Fakta itu tersebar luas terhadap masyarakat atau bersifat umum

Durkheim menyajikan contoh-contoh dari fakta social itu. Salah satu diantaranya ialah pendidikan anak sejak bayi. Seorang anak diwajibkan makan, minum, tidur pada waktu tertentu, diwajibkan taat dan menjaga ketenangan serta kebersihan, diharuskan tenggang rasa terhadap orang lain, menghormati adat dan kebiasaan. Di sini kita dapat menemukan unsur-unsur yang dikemukakan oleh Durkhei yaitu ada cara bertindak, berpikir dan berperasaan yang bersumber pada suatu kekuatan diluar individu, bersifat memaksa dan mengndalikan individu, dan berada diluar kehendak pribadi individu. Seorang anak yang tidak menaati cara yang diajarkan padanya akan mengalami sanksi dari suatu kekuatan luar.

Contoh lain dari fakta social ialah hukum, moral, kepercayaan, adat istiadat, tata cara berpakaian dan kaidah ekonomi. Fakta social tersebut mengendalikan dan memaksa individu, karena bila melanggarnya ia akan terkena sanksi. Fakta social inilah yang menurut Durkheim menjadi pokok perhatian sosiologi. Sehingga menurutnya, metode yang harus ditempuh untuk mempelajari fakta social misalnya, metode untuk meneliti suatu fakta- fakta social, untuk menjelaskan funsinya dan juga untuk menjelaskan factor penyebabnya. Contoh,dalam buku Sucide (1968) yaitu menjelaskan tentang penyebab terjadinya suatu fakta social yang konkret, angka bunuh diri.


2.      Kritik dan Relefansi dengan Masa Sekarang

Menurut pandangan saya, kritisasi dalam fakta social ini ialah diambil dari kutipannya, mereka mengalami daya-daya kekuatan yang memaksa, memerintahkan, dan mengontrol pikiran, kemauan, maupun prilaku individu. Ini tidak sepaham dengan saya mengapa?

Karena Durkheim tidak pernah menjelaskan bahwa mereka berpengaruh dan lepas sama sekali dari kesadaran manusia. Walaupun kita mengenal gejala “membeo” atau “membebek” atau memainkan peran, bukan berarti manusia menjadi seperti binatang yang tidak memiliki kemauan sendiri, yang selalu harus dipaksa. Dan menurut saya bahwa Durkheim hanya menitik beratkan pada masyarakat bukan terhadap individu.

Sehingga teorinya sesungguhnya dapat diterapkan untuk masa kini namun tidak sepenuhnya dapat diterapkan maksudnya ialah, bahwa kita tidak dapat hanya mementingkan dari satu sisi yaitu masyarakat namun juga mementingkan individu, sehingga terciptalah pemahaman yang seimbang.

Teori fakta sosial menurut saya merupakan teori yang mendekati sempurna. Karena jika kita kaji lebih dalam, memang  benar manusia itu bertindak sesuai dengan lingkungan yang dia tempati. Bukan hanya memikirkan dirinya dan egonya sendiri. Karena bagaimanapun juga, manusia hidup dengan orang lain. Sehingga dia harus bisa menyesuaikan dirinya. Misalnya saja ke kampus menggunakan baju yang sopan. Ini merupakan fakta sosial yang berada di luar individu dan individu melakukan itu sebagai tuntutan.

Menurut pandangan saya, fakta social ini dapat diterapkan di masa sekarang. Fakta sosial ada yang bersifat memaksa ada juga yang tidak. Yang bersifat memaksa seperti halnya norma sedangkan yang tidak memaksa contohnya adalah kebiasaan dan perasaan pribadi.


B. Solidaritas Sosial

1.      Teori

Menurut Emile Durkheim, solidaritas sosial adalah “kesetiakawanan yang menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama”.

Solidaritas sosial menurutnya dibagi menjadi dua yaitu pertama, mekanik adalah solidaritas sosial yang didasarkan pada suatu kesadaran kolektif (collective consciousness) bersama yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu. Yang ikatan utamanya adalah kepercayaan bersama, cita-cita dan komitmen moral. Sedangkan yang kedua adalah solidaritas organik adalah solidaritas yang muncul dari ketergantungan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya akibat spesialisasi jabatan (pembagian kerja).

Dalam masyarakat modern, demikian pendapatnya, pembagian kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas organik. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat yang mekanis, misalnya, para petani garam hidup dalam masyarakat yang swasembada dan terjalin bersama oleh warisan bersama dan pekerjaan yang sama. Dalam masyarakat modern yang organik, para pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu (bahan makanan, pakaian, dll) untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akibat dari pembagian kerja yang semakin rumit ini, kesadaran individual berkembang dalam cara yang berbeda dari kesadaran kolektif. Bahkan seringkali berbenturan dengan kesadaran kolektif.

Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu sistem hukum. Ia menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hukum seringkali bersifat represif. Pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman, dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh kejahatan itu. Hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan kesadaran. Sebaliknya, dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik, hukum bersifat restitutif. Ia bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks.

Dalam masyarakat modern, masalah begitu kompleks. Ada banyak peran dan cara untuk hidup sehingga membuat munculnya individualistik. Menurut Durkheim, ini merupakan dampak dari modernisasi. Bukan hanya kecenderungan individualis saja. Namun dengan perubahan yang cepat dalam pembagian kerja membuat masyarakat bingung untuk menyesuaikan dirinya. Bahkan hal ini mengakibatkan norma-norma yang mengatur mereka banyak yang dilanggar. Masyarakat cenderung anti sosial atau sering disebut oleh Durkheim anomi. Anomi ini menyebabkan banyaknya terjadi penyimpangan. Pada saat itu yang sering terjadi adalah kasus bunuh diri. Di mana potensi individu untuk bunuh diri semakin besar karena kesolidaritasan atau kebersamaan itu sudah mulai runtuh. Banyak yang lebih memilih untuk anti sosial, egois, serakah dan lain sebagainya hanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Yang bisa saya tangkap dari uraian yang telah say abaca, bunuh diri ini sering terjadi pada individu yang sudah tidak memiliki tempat untuk dia berbagi keluh kesah. Misalnya individu yang memiliki keluarga dengan individu yang hanya tinggal sendiri di rumah, potensi bunuh dirinya lebih besar orang yang tinggal sendiri di rumah. Karena dia tidak memiliki tempat berbagi keluh kesah dan tekanan yang dia rasakan sehingga dia frustasi dan akhirnya bunuh diri.


2.      Kritik dan Relevansi dengan Masa Sekarang


Dalam satu tempat tidak mungkin berlaku dua jenis solidaritas. Solidaritas organic dan mekanik memiliki ciri masing-masing. Selain itu mereka juga memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Teori ini sebenarnya masih berlaku di kehidupan di masyarakat. Namun cenderung lebih condong ke solidaritas organic karena masyarakat sekarang sudah mulai menuju modern bahkan sudah modern dan ini membuat mau tidak mau spesialisasi itu terjadi dengan sendirinya. Karena masyarakat sekarang lebih suka yang instan sehingga kebanyakan lebih memilih untuk mengandalkan orang lain dalam hal yang bukan bidangnya. Selain itu, sikap individualistic mulai terlihat dengan pagar-pagar pembatas rumah yang menjulang tinggi. Selain itu, berkembangnya industrialisasi saat ini juga mempengaruhi lebih tepatnya solidaritas organic diterapkan. Jika kita melihat pedesaan sekarang, hanya sedikit desa yang tidak tersentuk oleh modernisasi dan globalisasi. Hanya sedikit desa yang masih menganut ciri-ciri solidaritas mekanik.

Jika kita mau melihat kejadian di sekitar kita, sekarang ini juga banyak terjadi bunuh diri. Akibat dari masalah ekonomi, putus dari pacara, orang tua yang selalu berantem, setres, dan lain sebagainya. Hal ini sebenarnya berporos pada satu titik yaitu anomi. Di mana norma-norma terutama norma agama dianggap sudah tidak berlaku lagi dalam kehidupan. Individu merasa tidak ada solidaritas dan kebersamaan. Dia cenderung merasa sendiri dan akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.


Teori Bunuh Diri Emile Durkheim


Emile Durkheim merupakan tokoh sosiologi klasik yang terkenal dengan teori bunuh dirinya. Dalam bukunya “SUICIDE” Emile mengemukakan dengan jelas bahwa yang menjadi penyebab bunuh diri adalah pengaruh dari integrasi sosial. Teori ini muncul karena Emile melihat didalam lingkungannya terdapat orang-orang yang melakukan bunuh diri. Yang kemudian menjadikan Emile tertarik untuk melakukan penelitian di berbagai negara mengenai hal ini. Peristiwa bunuh diri merupakan kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubngkannya terhadap struktur sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan.

Terdapat empat alasan orang bunuh diri menurut Emile Durkheim, yaitu:

a. Karena alasan agama


Dalam penelitiannya, Durkheim mengungkapkan perbedaaan angka bunuh diri dalam penganut ajaran Katolik dan Protestan. Penganut agama Protestan cenderung lebih besar angka bunuh dirinya dibandingkan dengan penganut agama Katolik. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan kebebasan yang diberiakn oleh kedua agama tersebut kepada penganutnya. Penganut agama Protestan memperoleh kebebasan yang jauh lebih besar untuk mencari sendiri hakekat ajaran-ajaran kitab suci, sedangkan pada agama Katolik tafsir agama ditentukan oleh pemuka Gereja. Akibatnya kepercayaan bersama dari penganut Protestan berkurang sehingga menimbulkan keadaan dimana penganut agama Protestan tidak lagi menganut ajaran/tafsir yang sama. Integrasi yang rendah inilah yang menjadi penyebab laju bunuh diri dari penganut ajaran ini lebih besar daripada penganut ajaran agama Katolik.

b. Karena alasan keluarga

Semakin kecil jumlah anggota dari suatu keluarga, maka akan semakin kecil pula keinginan untuk terus hidup. Kesatuan social yang semakin besar, semakin besar mengikat orang-orang kepada kegiatan social di antara anggota-anggota kesatuan tersebut. Kesatuan keluarga yang lebih besar biasanya lebih akan terintegrasi.

c. Karena alasan politik

Durkheim disini mengungkapkan perbedaan angka bunuh diri antara masyarakat militer dengan masyarakat sipil. Dalam keadaan damaiangka bunuh diri pada masyarakat militer cenderung lebih besar daipada masyarakat sipil. Dan sebaliknya, dalam situasi perang masyarakat militer angka bunuh dirinya rendah. Didalam situasi perang masyarakat militer lebih terintegrasi dengan baik dengan disipilin yang keras dibandingkan saat keadaan damai di dalam situasi ini golongan militer cenderung disiplinnya menurun sehingga integrasinya menjadi lemah.

Sedangkan jenis-jenis bunuh diri menurutnya yaitu:

a. Bunuh diri Egoistic

Adalah suatu tindak bunuh diri yang dilakukan seseorang karena merasa kepentingannya sendiri lebih besar daripada kepentingan kesatuan sosialnya. Seseorang yang tidak mampu memenuhi peranan yang diharapkan (role expectation) di dalam role performance (perananan dalam kehidupan sehari-hari), maka orang tersebut akan frustasi dan melakukan bunuh diri.

b. Bunuh diri Anomic

Bunuh diri yang terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu dimana terjadi ketidakjelasan norma-norma yang mengatur cara berpikir, bertindak dan merasa para anggota masyarakat, gangguan itu mungkin membuat individu merasa tidak puas karena lemahnya control terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak akan pernah puas terhadap kesenangan. Menurut Durkheim, suatu keadaan anomik dapat dilihat dari indikator ekonomi maupun domestik. Analisa statistik Durkheim memperlihatkan bahwa krisis ekonomi membuat orang kehilangan arah. Dalam keadaan seperti ini, ungkap Durkheim mereka harus beradaptasi dengan kondisi yang menimpa mereka, kondisi yang sangat menyiksa; mereka membayangkan penderitaan karena serba berkekurangan bahkan sebelum mereka mencoba kehidupan ini. Pertumbuhan kemakmuran yang mendadak dalam masyarakat juga memiliki dampak serupa terhadap peningkatan angka bunuh diri dalam masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang mendadak membuat tatanan moral runtuh, sementara tatanan moral yang baru belum berkembang untuk menggantikan tatanan moral sebelumnya. Misalnya seseorang karena diberhentikan dari pekerjaannya kemudian memutuskan untuk bunuh diri.

c. Bunuh diri Altruistic

Orang melakukan bunuh diri karena merasa dirinya sebagai beban dalam masyarakat. Contohnya adalah seorang istri yang melakukan bunuh diri yang telah ditinggal mati oleh suaminya. Serta juga bunuh diri yang dilakukan oleh orang Jepang “hara kiri”, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh anggota militer demi membela negaranya.

d. Bunuh diri Fatalisme

Adalah bunuh diri yang dilakukan karena rasa putus asa. Tidak ada lagi semangat untuk melanjutkan hidup, misalnya karena perbudakan.

TEORI SOSIOLOGI KLASIK EMILE DURKHEIM

 

1.      Teori Solidaritas (The Division of Labour in Society)


Dalam teori ini menerangkan bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan orang-orang yang melakukan pekerjaaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat mereka untuk saling tergantung satu sama lain. solidaritas menunjukan pada suatu hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

 

A.    Solidaritas Mekanik


Solidaritas mekanis dibentuk oleh hukum represif yang kuat dimana anggota masyarakat jenis ini memiliki kesamaan satu sama lain dan bersift primitive atau pedesaan, dan karena mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama. Konsensus terhadap nilai-nilai normative itu penting sehingga pelanggar akan dihukum atas pelanggaranya terhadap system moral kolektif.Dalam hal ini masyarakat yang menganut teori tersebut masih melibatkan komunitas untuk menghukum bagi mereka yang menyimpang atau melanggar nilai-nilai yang dianut. Meskipun pelanggaran terhadap system moral hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan dihukum dengan hukuman yang berat.Hukuman itu diberikan untuk tetap mempertahankan keutuhan kesadaran masyarakat.

 

B.     Solidaritas Organik


Dalam teori ini masyarakatnya cenderung bersifat industrial perkotaan atau masyrakat modern, demikian pendapatnya, pembagian kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya,karena mereka tidak lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri atau cenderung individualitas. Masyarakat yang menganut teori solidaritas organic dibentuk oleh hukum restitutif,ia bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks.Badan-badan control yang akan menghukum bagi orang-orang yang menyimpang. Dalam hal ini, kurangnya moral kebanyakan orang tidak melakukan reaksi secara emosional terhadap pelanggaran hukum. Durkheim berpendapat masyarakat modern bentuk solidaritas moralnya mengalami perubahan bukannya hilang.

Dalam masyarakat modern, masalah begitu kompleks. Ada banyak peran dan cara untuk hidup sehingga membuat munculnya individualistik. Menurut Durkheim, ini merupakan dampak dari modernisasi. Bukan hanya kecenderungan individualis saja. Namun dengan perubahan yang cepat dalam pembagian kerja membuat masyarakat bingung untuk menyesuaikan dirinya. Bahkan hal ini mengakibatkan norma-norma yang mengatur mereka banyak yang dilanggar. Masyarakat cenderung anti sosial atau sering disebut oleh Durkheim anomi. Anomi ini menyebabkan banyaknya terjadi penyimpangan. Pada saat itu yang sering terjadi adalah kasus bunuh diri. Di mana potensi individu untuk bunuh diri semakin besar karena kesolidaritasan atau kebersamaan itu sudah mulai runtuh. Banyak yang lebih memilih untuk anti sosial, egois, serakah dan lain sebagainya hanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

 

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari teori ini teori solidaritas organic lah yang sangat mempengaruhi tingginya angka bunuh diri dalam integrasi sosial.Masalah yang begitu kompleks dan pembagian kerja yang yang begitu cepat berubah sehingga seringkali membingungkan seseorang untuk melakukan penyesuaian diri.Karena masalah yang begitu kompleks dan tak kunjung ada jalan keluarnya dan tak memiliki tempat untuk berbagi keluh kesah maka seseorang biasanya memutuskan untuk bunuh diri dari akhir segalanya.

 

Daftar Pustaka

Buku

Jones, Pip. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

K.J. Veeger. 1990. Realitas Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Paul Johnson, Doyle. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia

Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim

http://www.scribd.com/doc/36889160/Emile-Durkheim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini