Rabu, 19 Desember 2012

Rahma Sari_JNR 1B_Laporan ke 6

Tawuran Membawa Maut
Rahma Sari   1112051100033
 
I Latar Belakang         
Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh pelajar seolah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi. Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini telah menjadi bukti nyata bahwa seseorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis dan premanis.
Rabu,12/9/2012 permusuhan kedua sekolah ini memakan korban. Abu alias Dedi triyuda ,17 tahun, yang dikenal sebagai siswa baik-baik, tewas ketika puluhan siswa SMK pancoran Mas menyerang di Jalan raya sawangan. Ketika itu Abu bersama 11 rekannya dari  Baskara naik truk pengangkut semen.
Penyerangan itu melukai beberapa siswa hingga kemudian menewaskan Abu. Abu menderita luka karena lemparan batu di kepala dan luka tusuk di selangkangan. Seorang rekannya berusaha menyelamatkan Abu dengan mencegat pengendara sepeda motor, lalu meminta membawa ke dokter atau rumah sakit terdekat. Pukul 15.00, warga menemukan Abu tewas di apotek Depok Dua, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas, Kota Depok.
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Baskara dan SMK Pancoran Mas kota Depok dikenal bermusuhan . Saat bertemu dimana pun dan kapan pun, kedua pihak  saling menyerang dan melukai sehingga meresahkan warga setempat.
Peristiwa seperti ini tidak boleh dibiarkan. Semua pihak harus merasa prihatin dan tidak boleh sekedar menuding atau menyalahkan pihak-pihak  tertentu. Apa jadinya, manakala peristiwa seperti itu terjadi di tempat lain dan selalu berulang. Siapapun akan gelisah. Orang tua yang menyekolahkan anaknya tidak akan tenang, khawatir anaknya menjadi korban. Kepala sekolah dan guru akan merasa terbebani.Demikian pula, siswa yang sebenarnya tidak ikut-ikutan akan merasa terancam.
Jumlah sekolah demikian banyak. Manakala tidak ada jaminan keselamatan dan ketenangan, maka pihak-pihak yang terkait dengan sekolah akan gelisah dan merasa tertekan. Sekolah yang semestinya melahirkan suasana damai menyenangkan, dan menjadi harapan masa depan, justru berbalik menjadi tempat yang menakutkan dan atau setidak-tidaknya menghawatirkan. Sekolah tidak boleh melahirkan suasana seperti itu.
II Pertanyaan Pokok Penelitian
1.      Mengapa tawuran antar pelajar SMK Baskara dan SMK poin Mas sering terjadi ?
2.      Bagaimana cara menangani tawuran antar pelajar ?
III Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Dengan mengutamakan segi kualitas data dan memungkinkan dikumpulkannya sejumlah besar data secara rinci mengenai subyek penelitian.
Lokasi pertama penelitian: Jalan Sawangan Permai Depok
Tanggal pertama penelitian : 18 Desember 2012
Lokasi kedua penelitian : Jalan Meruyung Raya Kecamatan Limo Kota Depok
Tanggal kedua penelitian : 19 desember 2012
IV Gambaran subyek penelitian
Nara sumber pertama ialah Rian,Rian  merupakan salah satu murid  di SMK  Pancoran Mas Depok kelas 3 jurusan Otomotif. Sepulang sekolah Ucok sapaan akrab teman-temannya kepada Rian bekerja sebagai tukang parkir di pertigaan jalan Sawangan Permai Depok. " Untuk tambah uang jajan " ujar Ucok. Menurut penuturannya, ia sudah sering sekali ikut tawuran antar pelajar,tawuran dilakukan  sebagai rasa solidaritas  kepada teman-temannya. Tapi saat ini Ucok tidak pernah lagi ikut tawuran. " Saya takut masuk penjara" kata Rian.  Polisi mengancam akan benar-benar memenjarakannya jika ia ikut dalam tawuran lagi, mengingat Rian sudah sering keluar masuk penjara akibat tawuran.
Nara sumber kedua ialah Boby, Boby bersekolah di SMK Baskara kelas 2 jurusan otomotif. Sama dengan penuturan Rian, Boby pun ikut tawuran karena alasan solidaritas. " nyawa harus di bayar dengan nyawa" ucap Boby. Boby juga sudah sering keluar masuk penjara. Abu korban tewas merupakan temannya. Sekarang Boby sudah jera dan tidak ingin ikut tawuran lagi. Apalagi temannya sendiri sudah menjadi korban tawuran. Ia tidak ingin bernasib sama dengan Abu.
V Analisis
Sekolah adalah tempat anak-anak menimba ilmu, berlatih berperilaku luhur, terpuji dan mulia. Di tempat itu para siswa diajari ilmu pengetahuan dan tata karma pergaulan sehari-hari. Ke sekolah bukan mencari musuh, melainkan justru belajar tentang banyak hal, tidak terkecuali mencari teman. Tidak ada satupun sekolah yang mengajari para siswanya bermusuhan, dan apalagi tawuran. Namun yang terjadi di Smk Pancoran Mas dan Smk Baskara siswa nya selalu terlibat tawuran hingga memakan korban jiwa.
Faktor-faktor penyebab tawuran antar pelajar sering terjadi karena
 A. Faktor Internal
Faktor internal terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan . Selain itu, ketidakstabialn emosi para pelajar juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka mudah frustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya.
B.Faktor Eksternal
Factor ekternal adalah factor yang datang dari luar individu,yaitu :
1. Faktor Keluarga
Penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak. Jadi  seharusnya peran orang tua sebagai petunjuk jalan anaknya untuk berperilaku baik.
Seperti penuturan Rian bahwa orang tuanya tidak marah saat ia terlibat tawuran, karena ayahnya adalah seorang mafia. Kurang nya perhatian yang diberikan orang tua kepada Rian membuatnya tidak pernah kapok untuk ikut tawuran.
2. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlak. Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik.
Rian yang sering kali tertangkap polisi akibat tawuran mengaku bahwa gurunya tidak pernah tahu kalau dirinya sering kali keluar masuk penjara akibat tawuran. Kurangnya perhatian pihak guru di sekolah juga menjadi penyebab tawuran terus terjadi.
3. Faktor Lingkungan.
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran
Menurut penuturan Boby  tawuran antar pelajar SMK Baskara dan SMK poin Mas sering terjadi  tak jarang disebabkan oleh saling ejek atau bahkan hanya saling menatap antar sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran.
Dampak karena tawuran pelajar :
1. Kerugian fisik, pelajar yang iut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cidera ringan, cidera berat, bahkan sampai kematian
2. Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga.
3. Terganggunya proses belajar mengajar
4. Menurunnya moralitas para pelajar
5. Hilang perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai.
Setelah  korban tawuran dari SMK Baskara yaitu Abu, pihak kepolisian terus melakukan kontroling di masing-masing  sekolah setiap hari untuk menjaga keamanan. Untuk para pelajar yang berkumpul-kumpul di depan sekolah yang masih memakai seragam akan dibubarkan guna mengantisipasi tindakan tawuran.
" Tawuran akan terus bisa terjadi, para pelajar SMK Baskara maupun Pancoran Mas merasa bahwa nyawa harus dibayar dengan nyawa ", tutur Rian dan Boby.
Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengatasi tawuran pelajar, antara lain :
1. Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar
2. Menghadirkan seorang figure yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang guru, orang tua,  dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik
3. Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri.
4. Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan  rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan  yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya : membentuk ikatan remaja masjid atau karang taruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya.
Daftar Pustaka
Sunarto,Kamanto,2004.Pengantar Sosiologi,cetakan ke-3,Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini