Selasa, 24 September 2013

Budhi Baihakki_Ringkasan Demografi

Bab I
Ilmu Kependudukan dan Demografi
            Studi kependudukan merupakan istilah lain bagi ilmu kependudukan yang digunakan disini. Studi kependudukan terdiri dari analisis-analisis yang bertujuan dan mencakup:
1.      Memperoleh informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik dan perubahan-perubahannya.
2.      Menerangkan sebab-sebab perubahan dari faktor tersebut
3.      Menganalisis segala konsekuensi yang mungkin sekali terjadi di masa depan sebagai hasil perubahan-perubahan itu.
Istilah ilmu kependudukan sesungguhnya dimaksud untuk memberi pengertian lebih luas tentang demografi, karena sejumlah ahli telah menggunakan istilah Demografi untuk menunjuk pada demografi formal, demografi murni, atau kadang-kadang demografi teoretis.
Kata demografi berasal dari Greek (Yunani) yang untuk pertama kali digunakan oleh Guillard lebih dari seabad yang silam, digunakan sebagai sinonim dari population study. Sedangkan kata population berasal dari bahasa latin.
Demografi adalah studi ilmiah terhadap penduduk manusia, terutama mengenai jumlah, struktur, dan perkembangannya. Sementara bogue membatasi sebagai berikut: Demografi adalah studi matematik dan statistik terhadap jumlah, kompusisi, dan distribusi spasial dari penduduk manusia dan perubahan-perubahan dari aspek-aspek tersebut yang senantiasa terjadi sebagai akibat bekerjanya 5 proses yaitu: fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.
Hauser dan Duncan menyatakan: demografi adalah studi mengenai jumlah, distribusi teritorial, dan komposisi penduduk, perubahan-perubahan yang bertalian dengannya serta komponen-komponen yang menyebabkan perubahan yang bersangkutan yang dapat diidentifikasi sebagai natalitas, mortalitas, gerak penduduk teritorial, dan mobilitas sosial (perubahan status).
            Robert thomas maltus terkenal sebagai pelopor ilmu kependudukan sebagai bagian dari rentetan perkembangan demografi yang telah dimulai sejak pertengahan abad ke 17. Maltus memulai dengan merumuskan dua postulat yaitu:
a.       Bahwa pangan dibutuhkan untuk hidup manusia, dan
b.      Bahwa kebutuhan nafsu seksuil antar jenis kelamin akan tetap sifatnya sepanjang masa.
Atas dasar postulat tersebut maltus menyatakan bahwa jika tidak ada pengekangan, kecenderungan pertambahan jumlah manusia akan lebih cepat dari pertambahan subsisten (pangan). Menurut malthus pengekangan perkembangan penduduk dapat berupa pengekangan segera dan pengekangan hakiki.
Teori transisi demografi menyatakan bahwa setiap masyarakat memulai dengan fase angka kelahiran-kematian tinggi, kemudian disusul oleh fase menurunnya angka kematian sementara angka kelahiran masih tetap tinggi dan fase menurunnya angka kelahiran secara perlahan-lahan hingga berada pada angka kelahiran dan kematian rendah.
Dalam arah perkembangan teori kependudukan ini, telah pula muncul suatu aliran pemikiran yang sedikit berbeda, dipelopori oleh caldwell yang mengemukakan bahwa hanya ada dua tipe rezim fertilitas. Pertama, tipe rezim dimana individu-individu tidak memperoleh keuntungan ekonomis dengan membatasi fertilitas. Sedangkan tipe kedua, merupakan rezim yang sering atau kemungkinan besar memberikan keuntungan ekonomi bagi individu-individu yang membatasi fertilitas.
Bab II
Beberapa Ukuran Dasar Tekhnik Analisa Kependudukan
a.       Angka Mutlak dan Relatif
Dalam beberapa hal dan untuk tujuan tertentu angka-angka mutlak berguna secara langsung, bahkan sangat penting. Namun bagi tujuan-tujuan perbandingan, penggunaan angka-angka mutlak saja sering tidak memadai dan bahkan sering tidak banyak memberi arti.
Ada beragam ukuran relatif seperti rasio, presentase, dan reit. Dengan menggunakan angka atau ukuran relatif dapat membantu dalam membandingkan keadaan berbagai peristiwa demografi dari penduduk-penduduk yang jumlahnya sangat berbeda.
b.      Rasio dan Reit
Rasio merupakan besaran hasil perbandingan antara dua angka. Rasio adalah ukuran relatif, sehingga tidak merupakan indikator besarnya angka-angka yang diperbandingkan. Tujuan dari penyajian rasio adalah untuk menjawab pertanyaan "tiap unit angka kedua berapa unitkah pada angka pertama?".
Dalam berbagai studi terhadap berbagai peristiwa demografi pengukuran dengan menggunakan rasio yang tanpa memasukkan unsur waktu dipandang kurang memuaskan. Hal ini karena jumlah peristiwa-peristiwa demografi seperti kelahiran, kematian, dan migrasi bergantung pada interval waktu. Rasio yang dihitung dengan dasar interval waktu tertentu, biasanya dengan interval satu tahun disebut sebagai reit.
c.       Distribusi Frekuensi
Dalam ilmu kependudukan distribusi frekuensi  merupakan alat untuk menggambarkan profil penduduk menurut karakteristik tertentu. Karakteristik ini umpamanya umur, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, lapangan pekerjaan, agama, dan kewarganegaraan.
d.      Tekhnik Pro-Rating
Melakukan pro-rating terhadap penduduk kategori itu berarti mendistribusikan mereka kedalam struktur umur penduduk yang ada dari penduduk yang bersangkutan.pro-rating biasanya dilakukan untuk masing-masing jenis kelamin.
e.       Tekhnik Penghitungan Umur Median
Biasanya umur median dipakai sebagai salah satu petunjuk untuk melihat struktur umur penduduk suatu negara atau wilayah tertentu dalam suatu negara. Struktur umur penduduk muda akan memperlihatkan umur median rendah, dan sebaliknya struktur umur penduduk tua akan semakin tinggi umur median suatu wilayah. Umur median adalah umur yang berada pada titik tengah yang membagi penduduk suatu wilayah dalam jumlah yang sama.
Bab III
Sejarah Perkembangan Penduduk: Dunia dan Indonesia
a.       Keseimbangan Lama dan Baru 
Keseimbangan lama dan baru adalah ketika reit kematian dan kelahiran dari penduduk suatu wilayah masing-masing berada pada tingkat yang tinggi, sehingga perkembangan jumlah penduduk sangat lambat, bahkan untuk sebagian besar periode jumlah kelahiran tak banyak berbeda dengan jumlah Kematian. Fluktuasi reit Kematian yang besar sering terjadi, sementara reit kelahiran relatif stabil pada tingkat yang tinggi. Keseimbangan yang lama penduduk suatu negeri pada hakikatnya menunjukkan fase sebelum mulainya transisi demografi dari penduduk negeri yang bersangkutan.
Keseimbangan baru berarti keadaan di mana reit kelahiran dan Kematian berada pada tingkat yang rendah. Borrie membedakan masyarakat ke dalam tiga (3) tipe, yaitu: masyarakat yang tidak mengontrol fertilitas atau mortalitas secara efisien, masyarakat yang tidak mengontrol fertilitas tetapi sedang mengalami penurunan reit Kematian, dan masyarakat yang mengontrol fertilitas dengan cara yang sangat efisien dan mempunyai harapan hidup rata-rata yang panjang. Proses menuju ke keseimbangan baru setelah terganggunya keseimbangan lama dalam arti turunnya reit Kematian (adalah mulai turunnya reit Kematian) adalah mulai turunnya reit kelahiran.
Suatu masyarakat yang berada pada keseimbangan baru (kelahiran rendah-kematian rendah) berarti masyarakat yang bersangkutan telah melalui fase transisi demografi. Banyak negara-negara industri mulai mengalami turunnya reit-reit kelahiran dalam abad ke-19.

b.      Angka-angka Perkembangan Penduduk Dunia pada Berbagai Periode

Bagi hampir keseluruhan periode adanya manusia di bumi, reit perkembangan penduduk tahunan dunia hampir-hampir mendekati nol. Kemajuan pesat dalam perkembangan jumlah manusia paralel dengan penemuan-penemuan besar yaitu penemuan sistem pertanian, mulai kehidupan perkotaan dan perdagangan, pengendalian kekuatan-kekuatan non-manusiawi, dan revolusi teknologi.
Perkembangan penduduk yang cepat sedang terjadi di negara-negara berkembang. Di kawasan negara-negara berkembang tidak saja menonjol ciri reit perkembangan penduduk yang cepat, tetapi juga di kawasan tersebut dijumpai sejumlah negara-negara raksasa ditinjau dari segi jumlah penduduk. 

c.       Perkembangan Penduduk Jawa Abad Ke-19  

 Indonesia, sekali pun untuk Jawa, informasi atau data demografi abad ke-19 yang tersedia sangat terbatas. Bahkan informasi yang sangat dasar seperti angka-angka jumlah penduduk sering merupakan sumber perdebatan. Para ahli pada umumnya berpendapat adanya under enumeration bagi angka-angka jumlah penduduk resmi awal abad ke-a19. Namun angka-angka tersebut seperti angka "sensus" Raffles masih dipandang bermanfaat. Bahkan ada penulis-penulis yang walaupun mengakui angka Raffles terlalu rendah sebagai penduduk Jawa di permulaan abad ke-19, telah mengambil data "sensus" Raffles tersebut sebagai starting point.
Breman berpendapat bahwa angka-angka pertambahan penduduk Jawa pada abad ke-19 atas dasar angka-angka resmi lebih tinggi daripada kenyataan yang sesungguhnya walaupun dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya dan dengan masyarakat praindustri lainnya, Jawa mengalami pertambahan penduduk yang sangat cepat.
Alasan-alasan terpenting yang umumnya dikemukakan untuk menerangkan perkembangan penduduk cepat di Jawa berkisar pada:
1.      Terjadinya perbaikan tingkat hidup dari penduduk pribumi;
2.      Meluasnya pelayanan kesehatan; kongkritnya adalah introduksi vaksinasi cacar; dan
3.      Perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah Belanda.  
Perkembangan penduduk dihubungkan dengan meningkatnya pengaruh sistem pemerintah kolonial Belanda terhadap berbagai lapangan kehidupan. Ungkapan-ungkapan seperti ekspansi statis dan kemiskinan berbagi,  patut pula disebut dalam rangka memahami perkembangan penduduk di Jawa.

d.      Penduduk Indonesia di Abad ke-20

Dalam zaman sebelum Indonesia sebelum merdeka, pengumpulan data jumlah penduduk yang lebih seksama mencakup seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan untuk pertama kali pada tahun 1920 yang dikenal sebagai Sensus Penduduk 1920. Sesudah itu berlangsung lima kali pengumpulan data penduduk melalui sensus yaitu satu kali sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1930, dan empat kali setelah Indonesia merdeka masing-masing pada tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990. Data jumlah penduduk dari keempat sumber ini cukup dapat dipercaya.
Dalam masa 60 tahun terakhir antara 1930-1990 jumlah penduduk Indonesia hampir menjadi tiga (3) kali lipat. Suatu percepatan perkembangan penduduk telah terjadi di Indonesia dalam jangka waktu lima (5) dekade terakhir hingga tahun 1980. Namun pada periode 1980-1990 reit perkembangan penduduk Indonesia secara keseluruhan telah menurun menjadi sekitar 2,0 persen per tahun. Reit perkembangan penduduk tahunan yang sedang berlangsung dewasa ini lebih rendah di Jawa dibandingkan dengan kebanyakan pulau-pulau lain di luar Jawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini