BAB I
Ilmu Kependudukan dan Demografi
Demografi berasal dari Greek (yunani) yang untuk pertama kali digunakan oleh Guillard lebih dari seabad silam, diguanakan sebagai sinonim bagi population study. Sedangkan kata population bersumber dari bahasa latin. Menurut D.J. Bogue dalam bukun ya Principles of Demografi mengatakan bahwa demografi adalah studi matematik dan ststistik terhadap jumlah, komposisi, dan distribusi sosial dari penduduk manusia, dan perubahan-perubahan dari aspek-aspek tersebut yang senantia terjadi sebagai akibat bekerjanya lima proses yaitu: fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.
1. Bahwa pangan dibutuhkan untuk hidup manusia
2. Bahwa kebutuhan nafsu seksuil antara jenis klamin akan tetap sifatnnya sepanjang masa.
Atas dari dasar postulat tersebut maltus menyatakan bahwa jika tidak ada pengekangan, kecendrungan pertambahan jumlah manusia akan lebih cepat dari pertambahan subsisten. Menurut Maltus, pengekangan pertambahan penduduk dapat berupa pengekangan segera dan pengekanagan hakiki. Faktor pengekangan hakiki adalah pangan sedangkan pengekangan segera dapat berbentuk pengekangan prefentif dan pengekangan positif. Pengekangan prefentif adalah faktor-faktor yang bekerja mengurangi angka kelahiran. Pengendalian diri dalam hal nafsu seksuil antara jenis seperti penundaan perkawinan. Pengekangan positif merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian, dapat berupa epidemi, penyakit-penyakit dan kemiskinan.
Teori transisi demografi menyatakan bahwa setiap masyarakat memulai dengan fase angka kelahiran-kematian yang tinggi, kemudian disusul oleh fase menurunnya angka kematian sementara angka kelahiran masih tetap tinggi dan fase menurunnya angka kelahiran secara perlahan-lahan hingga berada pada angka kelahiran dan kematian rendah.
Kritik-kritik terhadap teori demografi antaranya terdapat kenyataan bahwa turunnya angka-angka kematian diberbagai negara berkembang dapat lebih cepat dari negara-negara industri dimasa lampau.
Dalam arah perkembangan teori kependudukan, muncullah suatu aliran pemikiran yang agak berbeda yang dipelopori oleh "Aldwell Toward A Restatement of Demograpic Transition Theory". Dia mengatakan bahwa hanya ada dua tipe renzim fertilitas.
Pertama: tipe renzim yang dimana individu-individu tidak memperoleh keuntungan ekonomis dengan membatasai fertilitas.
Kedua: merupakan renzim yang sering atau kemungkinan besar memberikan keuntungan ekonomi bagi individu-individu yang membatasi fertilitas.
BAB II
Beberapa Ukuran Dasar Teknik Analisa Kependudukan
Angka Mutlak dan Relatif
Dalam beberapa hal dan untuk tujuan tertentu anka-angka mutlak berguna secara langsung, bahkan sangat penting. Namun bagi tujuan-tujuan perbandingan, pengguaan angka-angka mutlak saja sering tidak memadai dan bahkan sering tidak banyak memberi arti. Jumlah kelahiran yang berada dari dua daerah atau negara dengan jumlah penduduk yang berbeda tidak memberikan gambaran yang jelas mengenai perbandingan keadaan kelahiran antara kedua daerah atau negara yang bersangkutan. Sebagai ilustrasi jika pada tahun 1971 sebanyak 3.150.000 kelahiran di jawa dan 978.000 kelahiran di Sumatram tidak lah berarti bahwa pada tahun tersebut rata-rata wanita dipulau Jawa lebih banyak melahirkan dari pada di sumatera, jumlah penduduk dijawa lebih banyak dari pada sumatera. Dalam hal seperti ini, biasanya jumlah pristiwa-pristiwa demografi dihubungkan dengan jumlah penduduk atau bagian penduduk menjadi pristiwa-pristiwa tersebut, yang menghasilkan angka atau ukuran-ukuran relatif. Ada beragam ukuran relatif seperti rasio, persentase dan reit.
Rasio dan Reit
Angka-angka mutlak tersedia dari daftar-daftar statistik yang dipelihara atau dipublikasikan oleh berbagai instalasi/badan yang memuat jumlah orang atau pristiwa-pristiwa demografi. Rasio merupakan besaran hasil perbandingan antara dua angka. Rasio adalah ukuran relatif , sehingga tidak merupakan indikator besarnya angka-angka yang diperbandingkan. Rasio 50 laki-laki terhadap 40 perempuan adalah lebih besar dari 1000 laki-laki terhadap 1.200 perempuan meskipun angka-angka yang dibandingkan lebih kecil pada kasus pertama dari kasus kedua. Tujuan dari penyajian rasio adalah untuk menjawab pertanyaan.
Distribusi Frekuensi
Ilmu kependudukan distribusi frekuensi merupakan alat untuk menggambarkan profil penduduk menurut karakteristik tertentu. Karakteristik ini contohnya umur, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, lapangan pekerjaan, agama, dan kewarganegaraan.
Teknik Pro-Rating
Pro-rating biasanya dilakukan untuk masing-masing jenis kelamin, pro-rating bisa dilakukan terhadap penduduk total perkiraan total tahun-tahun depan dengan menggunakan struktur umur penduduk sebelumnya, atau terhadap penduduk total yang tak diketahui struktur umurnya dengan mengasumsikan suatu stuktur umur penduduk yang polanya dianggap kurang lebih sama.
Teknik Pro-Reting
Dalam tabel-tabel hasil sensus penduduk mengenai jumlah penduduk menurut golongan umur kadang-kadang dijumpai suatu kategori yang "tak terjawab". Jika jumlah penduduk yang tergolong kategori ini relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan, penerapan teknik pro-rating dipandang memadai. Melakukan "pro-reting" terhadap penduduk kategori itu berarti mendistribusikan mereka kedalam struktur umum penduduk yang ada dari penduduk yang bersangkutan.
Teknik Penghitungan Umur Median
Umur median dipakai sebagai salah satu petunjuk untuk melihat struktur umur penduduk suatu negara atau wilayah tertentu dalam suatu negara. Struktur umur penduduk muda akan memperlihatkan median rendah, dan sebaliknya struktur penduduk tua akan menunjukkan umur median tinggi. Semakin mengarah umur kestruktur tua akan semakin tinggi umur struktur median penduduk suatu wilayah. Umur median adalah umur yang berada pada titik tengah membagi penduduk suatu wilayah dalam jumlah yang sama.
BAB III
SEJARAH PERKEMBANGAN PENDUDUK : DUNIA dan INDONESIA
Keseimbangan Lama Dan Baru
Keseimbangan lama dari perkembangan penduduk adalah, ketika reit kematian dan kelahiran dari penduduk suatu wilyah masing-masing berada pada tingkat yang tinggi, sehingga peningkatan penduduk sangat lambat. Fenomena perkembangan penduduk dengan cepat merupakan fenomena yang muncul dalam abad-abad terakhir. Dengan reit perkembangan tahunan, penduduk dunia akan menjadi dua kali lipat hanya dalam waktu 41 tahun. Kemajuan pesat dalam perkembangan jumlah manusia masih berhubungan dengan penemuan-penemuan besar yaitu penemuan system pertanian, mulai kehidupan perkotaan dan perdagangan, pengendalian kekuatan-kekuatan non-manusiawi dan revolusi teknologi.
Perkembangan penduduk yang cepat sedang terjadi di Negara-negara berkembanga. Sekitar 71 persen penduduk dunia bertempat tinggal di Negara-negara berkembang. Persentase ini diperkirakan akan meningkat menjadi 78 persen pada tahun 2000.
PERKEMBANGAN PENDUDUK JAWA ABAD KE-19
Para ahli pada umumnya berpendapat adanya under enumeration bagi angka-angka jumlah penduduk resmi awal abad ke-19. Namun angka-angka tersebut seperti angka sensus Raffles masih dipandang bermanfaat. Bahkan ada penulis-penulis yang walaupun mengakui angka raffles terlalu rendah sebagai penduduk jawa di permulaan abad ke-19 telah mengambil data sensus raffles tersebut sebagai starting point.
Memang pulau jawa merupakan suatu ilustrasi klasik perkembangan penduduk bagi dunia, akan tetapi jika reit perkembangan tahunannya 2,2 persen sukar untuk diterima. Reit sebesar 2,2 persen untuk jangka waktu yang cukup lama akan menempatkan jawa sebagai suatu kasus yang tanpa bandingan dalam sejarah perkembangan demografi dunia.
Breman berpendapat bahwa angka-angka pertambahan penduduk jawa abad ke-19 atas dasar angka-angka resmi lebih tinggi daripada kenyataan yang sesungguhnya walaupun dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya dan dengan masyarakat praindustri lainnya, jawa mengalami pertambahan penduduk yang sangat cepat.
Menurut Paper, jumlah penduduk jawa sekitar tahun 1800 terletak antara 8-10 juta jiwa. Jawa tidaklah merupakan pengecualian dalam hal pola demografis masyarakat pra-industri periode 1800-1850. Dalam periode ini menurut Paper, reit perkembangan penduduk tahunan jawa sekitar 0,5 hingga 1,0 persen. Paper merupakan orang pertama yang berani mengemukakan reit tersebut. Alas an-alasan dalam perkembangan penduduk tersebut adalah:
- Terjadinya perbaikan tingkat hidup dari penduduk pribumi
- Meluasnya pelayanan kesehatan
- Perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah Belanda.
PENDUDUK INDONESIA di ABAD ke-20
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1920 (sensus penduduk) diperkirakan sebanyak 49,3 juta, dan jawa 35,0 juta. Dalam masa 60 tahun terakhir antara 1930-1990 jumlah penduduk Indonesia hamper menjadi tiga kali lipat.secara keseluruhan bagi Indonesia, reit perkembangan penduduk yang sebelumnya 1,5 persen pertahun dalam periode 1930-1961, meningkat menjadi 2,1 persen pertahun dalam periode 1961-1971, dan meningkat lagi menjadi 2,3 persen pertahun. Suatu percepatan perkembangan penduduk telah terjadi di Indonesia dalam jangka waktu 5 dekade terakhir hingga tahun 1980.
Namun pada periode 1980-1990 reit perkembangan penduduk Indonesia secara keseluruhan telah menurun menjadi sekitar 2,0 persen pertahun. Reit perkembangan penduduk tahunan yang sedang berlangsung dewasa ini lebih rendah di jawa dibandingkan di kebanyakan di pulau-pulau lain di luar jawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar