Senin, 17 September 2012

Hukum Tiga Tahap dalam Sosiologi

Nurul Latifah
TUGAS 2 KPI 1D

AUGUSTE COMTE
"PENDIRI" SOSIOLOGI,BAPAK POSITIVISME
Istilah
sosiologi muncul pertama kali pada tahun 1839 pada keterangan sebuah paragraf
dalam pelajaran ke-47 Course de la philosophie(kuliah filsafat)karya auguste
comte.Sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata socius
dan logos, di mana socius memiliki arti kawan / teman dan logos berarti kata
atau berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. Pada sebutan dasar itulah neologisme ini di perkenalkan oleh
penulisnya.
Sebenarnya  Auguste comte pada
awalnya berpikir beberapa kali untuk menyebut ilmu pengetahuan masyarakat
dengan nama "fisika sosial". Namun beberapa bulan sebelumnya seseorang dari
Belgia bernama Adolphe Quetelet yang merupakan ahli matematika dan astronom
juga ingin menyebut"fisika sosial" bagi sebuah ilmu baru yaitu studi
statistik  kependudukan.Dalam perjalanan ke
Paris,A Quetelet sebenarnya telah menemukan tata cara mempergunakan statistik
untuk menjelaskan berbagai fenomena seperti kriminalitas dan mengenali
frekuensinya dalam suatu populasi.Oleh karena itu orang kemudian bisa membuat
pandangan ke depan dan menempatkan orientasinya kepada tindakan publik.sebagai  pendahulu dari apa yang kelak di sebut
sebagai demografi A.Quetelet sebenarnya lebih suka menyebutnya dengan istilah
fisika sosial dan kelak dia akan menyebarluaskannya melalui sejumlah
tulisan.Dengan rasa gundah dan menyesal A.Comte harus melepaskan
labelnya.Tampaknya ia di paksa untuk menemukan nama baru untuk ilmunya,dan nama
itu adalah "sosiologi" yaitu sebuah neologisme yang di bentuk dari akar kata
bahasa latin socius(masyarakat) dan kata dari bahasa Yunani logos (ilmu).
Bagaimanapun
juga ekspresi istilah "fisika sosial" betu-betul menyatakan keinginan si
penulis.Bagi A.Comte yang mantan murid sekolah politeknik dan tergila-gila
dengan matematika dan fisika,istilah itu berarti ilmu pengetahuan yang hanya
berdasarkan pada rasio dan peristiwa.Refrensinya pada fisika menunjukkan  keinginannya untuk memuat sebuah ilmu yang
sejati dan sungguh-sungguh berusaha menemukan hukum,bertumpu pada data atau
masukan yang memang solid serta di landaskan atas kenampakannya yang eksak.
Akhirnya itu semua menjadi beberapa dari sekian banyak perinsip awal "filsafat
positif" atau fositifisme yang disebarluaskan oleh A.Comte. kelak tujuan
"fisika sosial" adalah untuk menemukan hukum – hukum dalam masyarakat dan
kemudian menerapkan pengetahuan itu demi kepentingan pemerintahan kota yang
baik.
SEBUAH PENJELAJAHAN YANG TIDAK LAZIM
Ketika
A.Comte menemukan sosiologi pada tahun 1839 saat itu ia sama sekali belum
terkenal. Waktu itu usianya 41 tahun dan sudah bertahun – tahun tepatnya sejak
tahun 1826 ia berusaha menulis dan mengajarkan kuliah filsafat kuliah
fositifnya. Pada awalnya kuliah itu diberikan kepada audience yang terbatas dan
mereka mendatangi apartemennya.
Selanjutnya perkuliahan dilakukan
diruangan umum yang disewa. Ambisi intelektual A.Comte tidak sejalan dengan
statusnya meskipun ia bekas mahasiswa yang cemerlang namun ia tidak mendapat
tempat di mimbar universitas dan hanya mencari nafkah dari memberi kuliah
privat dan bantuan yang di berikan oleh para pengikut setianya.A.Comte lahir di
Montpellier  tahun 1798 dari sebuah
keluarga sederhana namun di karuniai bakat khusus di bidang matematika sehingga
pada usia 16 tahun berhasil lulus dalam persaingan untuk memasuki sekolah
politeknik.Sayangnya pada tahun 1816 sekolah itu di tutup dan A.Comte di kirim
pulang seperti anak-anak lainnya.Restorasi yang terjadi tidak terlalu
mentolelir sekolah politeknik karena di anggap tempat yang revolusioner dan si
Comte muda adalah salah satu yang menjadi motor penggeraknya.Kelak  A.Comte kembali memberi kuliah di sekolah tersebut
namun tidak pernah mendapatkan jabatan tetap di sana.
Hukum Tiga Keadaan
Pelajaran
pertama dalam cours itu berupa "hukum tiga keadaan" yang menurut Comte
meringkas perkembangan pemikiran manusia.Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan
di anggap telah melalui tiga zaman(yang terkait dengan tiga periode sejarah
serta tiga masa intelektual).
Zaman
teologi atau"fiktif",yaitu masa kanak-kanaknya kemanusiaan.Jiwa atau semangat
manusia mencari penyebab dari timbulnya fenomena-fenomena,baik dengan cara menghubungkannya
dengan benda-benda yang di maksud(fetishisme)atau dengan menganggap adanya
makhluk gaib (agama politeis)atau dengan satu Tuhan saja (monoteisme).Masa ini
adalah masa kepercayaan magis,percaya pada jimat,roh dan agama,dunia bergerak
menuju alam baka,menuju ke pemujaan terhadap nenek moyang,menuju ke sebuah
dunia dimana "orang mati mengatur orang hidup".
Zaman
metafisika atab abstrak yang merupakan masa remaja pemikiran manusia. Agen –
agen ghaib diganti oleh kekuatan abstrak yaitu alamnya spinoza, Tuhan
geometrinya descrates materinya diderot atau akal sehatnya abad pencerahan.
Masa ini dianggap sebagai masa kemajuan jika dikaitkan dengan pemikiran
antropomorfis sebelumnya. Namun demikian pemikiran orang masih terbelengu oleh
konsep filosofis yang abstrak dan universal. Orang mengaitkan realitas dengan
prinsip – prinsip pertama. Ini yang disebut A.Comte yang disebut metode filsuf.
Terakhir
adalah zaman positif yang dideskripsikan A.Comte sebagai keadaan
inteligencia  kita yang berani. Semangat positif
menyingkirkan pencarian menyangkut pertanyaan hakiki mengapa yang terkait
dengan segala sesuatu dalam memikirkan tentang perbuatan yaitu hukum – hykum
efektif berupa hubungan subsesi dan kesamaan yang tidak berubah (Cours,1.)
pelarian kearah tindakan, eksperimentasi dan bukti dari realitas tersebut
memungkinkan dia keluar dari pembahasan yang bersifat spekulatif. Inilah
prinsip pertama dari positifisme. Sedangkan jiwa atau semangat metafisis
mengambil konsep – konsep yang abadi dan universal sebagai tempat pelarian, dan
semangat itu tidak mau tunduk pada realitas, semangat positif dengan demikian
menentang hipotesis – hipotesis didunia nyata langkah maju ini mengajak kita
untuk meninggalkan teori – teori umum demi kepentingan ilmu pengetahuan yang tepat,
bisa beroperasi dan terkait dengan aturan tindakan. Sekian banyak teori
absolute dan universal tersebut dianggap hampa dan tak berguna, dan A.Comte
menyatakan bahwa segala hal adalah relatif, dan inilah satu –satunya yang
absolut . pendeknya positifisme berupaya meninggalkan spekulasi dan konsep tak
berguna yang berasal dari imajinasi agar berpegang pada objektifitas ilmu
pengetahuan yang disusun dari pengalaman, observasi peristiwa dan penalaran
yang eksak. Demikianlah bunyi kredo positifisme, yaitu doktrin anti metafisika
yang kelak akan menjadi salah satu aliran pemikiran terpenting pada abad 20.
Semangat
positif dianggap sebagai naik tahtanya sebuah zaman baru pemikiran.
Selanjutnya, dalam cours A.Comte menyodorkan sesuatu klasifikasi umum ilmu pengetahuan.
Klasifikasi ini didasarkan pada makin kompleksnya derajat objek yang
dipelajari. Astronomi dan fisika mempelajari objek – objek tak hidup. Metodenya
abstrak dan sederhana. Sedangkan kimia dan biologi merupakan ilmu pengetahuan
tentang makhluk hidup, keduanya berurusan dengan objek – objek yang kompleks
dan bisa berubah. 45 buah pelajaran pertama disini akan mengetengahkan berbagai
metode dan hasil utama ilmu tersebut : yaitu Astronomi, fisika,kimia,dan
biologi. Ilmu pengetahuan sosial muncul terakhir dalam urut-urutan ilmu
pengetahuan. Ilmu ini harus mengintegrasikan segala yang diperoleh dari ilmu
lain untuk menghadapi objek paling kompleks yang pernah ada yaitu masyarakat.
Fisika
sosial yang kemudian dibaptis kembali menjadi sosiologi ini pada gilirannya
harus menjadi sebuah ilmu pengetahuan positif. Ilmu ini memungkinkan kita untuk
mengetahui hukum – hukum organisasi masyarakat (Statika sosial) sekaligus
evolusinya (dinamika sosial). Sosiologi A.Comte juga berusaha mencari
penyelesaian atas berbagai problema sosial. Karena tujuannya adalah untuk
memecahkan permasalahan sosial maka kita harus mengetahui agar kita bisa
mengambil tindakan pencegahan ini agar bisa menguasai "(Savoir pour prevoir,
prevoir pour pouvoir)" .


DAFTAR PUSTAKA
Giddens anthony,sosiologi,sejarah
dan berbagai pemikirannya,Yogyakarta: penerbit kreasi wacana,2004
http://wikipedia/pengertiansosiologicom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini