Senin, 17 September 2012

Fahmi, KPI E | Tugas 2 "agama menurut pandangan August Comte & Emile Durkheim"

Nama             : Fahmi
NIM                 : 1112051000129
Jurusan          : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Mata kuliah    : Sosiologi Agama
Tugas ke        : 2
 
Apa pemikiran August Comte dan Emile Durkheim tentang Agama?
 
August Comte (1798-1857)
 
                Auguste Comte merupakan filosof dan warga negara Perancis yang hidup di abad ke-19 setelah revolusi Perancis yang terkenal itu. Ia lahir di Montpellier, Perancis, pada tanggal 19 Januari 1798. Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi. Ia membawa pengaruh besarpada beberapa orang teorisisoisologi yang lebih kemudian (Khususnya Hebert Spencer dan Emile Durkheim).
    Ia mengembangkan pandangan ilmiahnya, "positivisme", atau "filsafat positif", untuk menyerang apa yang dipandangnya sebagai filsafat negatif dan destruktif dari pencerahan. Comte sejalan, dan dipengaruhi oleh pemikir Katolik kontrarevolusi Prancis (khususnya de Bonald dan de Maistre). Namun, karyanya dapat dibedakan dari pandangan kedua orang tersebut karena dua alasan. Pertama, menurut pendapatnya, tidak mungkin kembali lagi ke zaman pertengahan; kecanggihan ilmu pengetahuan dan industri menjadikannya mustahil. Kedua, ia mengembangkan siste teoretis jauh lebih canggih daripada para pendahulunya, sebuah sistem teoretis yang cukup untuk membangun sosiologi awal.
            Jelas bahwa dalam teorinya tentang dunia, Comte memfokuskan perhatian pada faktor intelektual. Ia memang menegaskan bahwa kekacauan intelektual adalah sebab dari kekacauan sosial. Selain itu, Comte juga menegaskan pentingnya untuk terlibat dalam teorisasi abstrak dan melakukan riset sosal. Ia menyarankan agar sosiolog menggunakan observasi, eksperimentasi, dan analisis historis komparatif.
            Kemudian Auguste Comte mencoba mengembangkan Positivisme ke dalam agama atau sebagai pengganti agama. Hal ini terbukti dengan didirikannya Positive Societies di berbagai tempat yang memuja kemanusiaan sebagai ganti memuja Tuhan. Perkembangan selanjutnya dari aliran ini melahirkan aliran yang bertumpu kepada isi dan fakta-fakta yang bersifat materi, yang dikenal dengan Materialisme.
           
 
Selanjutnya, karena agama (Tuhan) tidak bisa dilihat, diukur dan dianalisa serta dibuktikan, maka agama tidak mempunyai arti dan faedah. Comte berpendapat bahwa suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu sesuai dengan fakta. Sebaliknya, sebuah pernyataan akan dianggap salah apabila tidak sesuai dengan data empiris. Contoh misalnya pernyataan bahwa api tidak membakar. Model pemikiran ini dalam epistemologi disebut dengan teori Korespondensi.
 
 
Emile Durkheim (1858-1917)
 
                Dalam bukunya Elementary Forms of The Religious Life. Durkheim mengutarakan dengan gigih bahwa kehadiran religi merupakan sesuatu yang tidak apat dielakkan dalam kehiduan satu masyarakat. Durkheim sendiri sebagai seorang seorang atheis melihat dan mengakui pentingnya religi dalam hubungannya dengan tingkah laku moral. Di antara karangan-karangan yang pertama adalah sebuah review yang panjang lebar tentang karya Marie Jean Guyau dengan judul L'Irreligion de l'avenir, menyatakan bahwa religi timbul dari dua sumber: yang pertama adalah kebutuhan intelektual untuk mengerti duniadi sekeliling kita, dan kedua kebutuhan praktis akan sosiabilitas. Religi justru timbul dari kebutuhan praktik dalam keidupan sosial.
            Kepercayaan religius terdiri atas spekulasi metafisik tentang susunan dan sifat-sifat alami, tetapi hal-hal ini dipadukan dengan bentuk-bentuk tingkah laku ritual dan disiplin moral. Religi dalam masyarakat sepeti ini merupakan sumber sikap altruistik(1) yang mempunyai dampak mengendalikan egoisme, yang mendorong manusia untuk berkorban dan tidak pamrih, dengan demikian mengikatkan dirikepada sesuatu diluar dirinya, membuat drinya tergantung pada kekuatan yang penuh melambangkan cita-cita.
            Menurut Durkheim,  bagi si penganut religinya merupakan sesuatu yang nyata dan benar. Tak ada satupun religi yang bukan kosmologi(2), dan pada saat yang sama merupakan spekulasi tentang benda-benda yang besifat Ilahi. Religi merupakan gejala yang esensial dan ia bukan saja penambah ide kepada intelek yang sudah dimiliki manusia, melainkan merupakan sumber gagasan-gagasan dasar dari kerangka pemikiran manusia seluruhnya.
           
(1)    Altruistik adalah perhatian atau sikap terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri.
(2)    Kosmologi adalah  ilmu yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar.
 
 
SUMBER :
- Teori Sosiologi, George Ritzar, Douglas J Goodman, Penerbit: Kreasi Warna
- Moral & Religi menurut Emile Durkheim & Henri Bergson, Djuretna A. Imam Muhni, penerbit: Pustaka Filsafat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini