SOSIOLOGI & AUGUST COMTE
Indah Noviyanti
(Tugas ke II)
SEBAB MUNCULNYA SOSIOLOGI
Mengapa muncul ilmu yang dinamakan Sosiologi? Menurut Berger dan Berger pemikiran sosiologi berkembang manakala masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal yang selama ini dianggap sebagai hal yang memang sudah seharusnya demikian, benar,nyata menghadapi apa yang oleh berger dan berger disebut threats to the taken-for-granted world (lihat berger dan berger,1983:30) manakala hal yang selama ini menjadi pegangan manusia mengalami krisis,maka mulailah orang melakukan renungan sosiologi.
L.Laeyendecker pun mengaitkan kelahiran sosiologi dengan serangkaian perubahan berjangka panjang yang melanda eropa Barat di Abad Pertengahan. Proses perubahan jangka panjang yang diidentifikasi Laeyendecker ialah :
1) Tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15
2) Perubahan dibidang sosial dan politik
3) Perubahan berkenaan dengan reformasi Martin Luther
4) Meningkatnya Individualisme
5) Lahirnya ilmu pengetahuan modern
6) Berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri
Laeyendecker pun menyebutkan 2 revolusi yang terjadi di abad ke-18 yaitu:
a) Revolusi industri serta b) revolusi perancis (Lihat Laeyendecker 1983:11-43)
PARA PERINTIS SOSIOLOGI
Setiap ilmu pengetahuan mempunyai tokoh tertentu yang dianggap sebagai perintis ,biasanya para ahli sosiologi membedakan antara para perintis awal yang hidup pada abad ke-18 dan 19,dan para tokoh sosiologi masa kini yang hidup di abad ke-20, orang yang dianggap oleh Lewis Coser dianggap sebagai pemuka pemikiran sosiologi-masters of sociologist thought—ialah Saint simon,comte,Spencer, Durkheim, Weber,Simmel sebagai tokoh sosiologi klasik(classical founders) dan orang seperti Mead, Goffman, Homans, Thibaut dan Kelly,Blau,Parson, Merton ,Mills, Dahrendorf,Coser,Collins sebagai penganut perspektif masa kini ( contemporary perspectives.Lihat johnson,1981)dalam kajiannya terhadap sejarah sosiologi L.Laeyendecker menyuebutkan nama sejumlah tokoh sosiologi seperti Sint Simon, Comte, Spencer, marx,durkheim,weber,Mannheim,cooley,thomas,Mead (lihat Laeyendecker,1983)Alex Inkeles berpendapat bahwa perintis utama sosiologi terdiri atas Comte,Apencer, Durkheim, dan Weber (lihat Inkeles,1965)
Pemikiran tokoh masa kini seperti milis,Dahrendorf,Coserm dan Collins ,misalnya memperlihatkan pengaruh Marx yang hidup di abad ke-19, pemikiran Homans dan Blau menampilkan pengaruh pemikiran tokoh utilitarianisme seperti Bentham, dan Pemikiran Merton dan Parsons menunjukkan pengaruh pemikiran Durkheim.
Para ahli agaknya cenderung sepaham bahwa August Comte, Herbert Spencer, Emile Durkheim, dan Max Weber merupakan perintis sosiologi, dari tulisan sejumlah ahli sosiologi seperti Kornblum (1988) Laeyendecker (1983), Coser (1977) dan Johnson (1981) nampak bahwa Karl Marx, yang lebih dikenal sebagai tokoh ideologi Marxisme, pun dianggap sebagai perintis sosiologi
- AUGUST COMTE
Dalam sosiologi , tokoh yang sering dianggap sebagai Bapak ialah August Comte, seorang ahli filsafat dari perancis. Namun mengenai hal ini pun tidak ada kesepakatan: Reiss,Jr.(1983) misalnya berpendapat bahwa comte lebih tepat dianggap sebagai godfather (wali) daripada progenitor (leluhur) sosiologi karena sumbangan comte terbatas pada pemberian nama dan suatu filsafat yang membantu perkembangan sosiologi. Menurut Reiss tokoh yang lebih tepat dianggap sebagai penyumbang utama bagi kemunculan sosiologi ialah Emile Durkheim.
Nama "sosiologi" memang merupakan hasil ciptaan Comte- suatu gabungan antara kata Romawi socius dan kata Yunani logos. Coser (1977) mengisahkan bahwa comte semula bermaksud memberikan nama social physics bagi ilmu yang akan diciptakannya itu,namun kemudian mengurungkan niatnya karena istilah tersebut telah digunakan oleh seorang tokoh lain, Saint Simon.
Salah satu sumbangan penting bagi sosiologi,sebagaimana telah dikemukakan Reiss,ialah suatu filsafat yang mendorong perkembangan sosiologi. Pemikiran ini diutarakan comte dalam bukunya :"course de philosophie positive". Dalam buku ini comte mengemukakan pandangannya mengenai " hukum kemajuan manusia" atau "hukum tiga jenjang" menurut pandangan ini, sejarah manusia akan melewati tiga jenjang uang mendaki, jenjang teologi, jenjang metafisika, dan jenjang positif.
1. Pada jenjang pertama manusia mencoba menjelaskan gejala di sekitarnya dengan mengacu pada hal yang bersifat adikodrati
2. Pada jenjang kedua manusia mengacu pada kekuatan metafisik atau abstrak
3. Pada jenjang ketiga ini jenjang tertinggi dan terakhir,jenjang positif, penjelasan gejala alam maupun sosial dilakukan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah didasarkan pada hukum ilmiah (lihat,antara lain,Beck, 1979:27-45; Coser, 1977)
karena memperkenalkan metode positif ini, maka comte dianggap sebagai perintis positivisme. Ciri metode positif ialah bahwa objek yang dikaji harus berupa fakta, dan bahwa kajian harus bermanfaat serta mengarah ke kepastian dan kecermatan. Sarana yang menurut Comte dapat digunakan untuk melakukan kajian ialah (1) pengamatan, (2) perbandingan (3) eksperimen, atau (4) metode historis (lihat Laeyendecker,1983:143-145).
Mengapa Comte berpandangan bahwa sosiologi harus menggunakan metode positif? Karena, dalam pandangannya, sosiologi harus merupakan ilmu yang sama ilmiahnya dengan ilmu pengetahuan alam yang mendahuluinya. Menurut hematnya kegiatan kajian sosiologi yang tidak menggunakan metode pengamatan, perbandingan, eksperimen ataupun historis bukanlah kajian ilmiah melainkan hanya renungan atau khayalan belaka.
Suatu pandangan menarik dari Comte ialah bahwa sosiologi menurutnya merupakan " Ratu ilmu-ilmu sosial" (Reiss, 1968:2). Dalam bayangannya mengenai herarki ilmu, sosiologi bahkan menempati kedudukan teratas di atas astronomi, fisika, ilmu kimia, biologi (Coser, 1977).
Sumbangan pikiran penting lain yang diberikan Comte ialah pembagian sosiologi ke dalam dua bagian besar: statika sosial (social statics) kajian tehadap tatanan sosial dan dinamika sosial ( social dynamics) kajian terhadap kemajuan dan perubahan sosial. Statika mewakili stabilitas, sedangkan dinamika mewakili perubahan. Dengan memakai analogi dari biologi, Comte menyatakan bahwa hubungan antara statika sosial dengan dinamika sosial dapat disamakan dengan hubungan antara anatomi dan fisiologi
DAFTAR PUSTAKA
vSunarto,Kamanto.1993.Pengantar Sosiologi.
Jakarta: Lembaga penerbit fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar