Senin, 17 September 2012

Pemikran agama menurut August Comte dan Emilie Durkheim, Tugas 2, Arif Syahrizal KPI 1 E


PEMIKIRAN AUGUST COMTE DAN EMILE DURKHEIM TENTANG SOSIOLOGI AGAMA
     Nama      : Arif Syahrizal
     Kelas      : 1 E
     NIM       : 1112051000133

              Menurut emile durkheim tentang agama dengan kajian aspek aspek Sacred dan Profane dalam masyarakat, kepercayaan dan simbol simbol suci pada masyarakat primitif dan pra industri. Pendek kata, agama di lihat dari berbagai prespektif dan bersinggungan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik. Namun setelah tahun 1920 mengikuti kematian Max Weber, sosiologi agama kembali mengalami kemunduran dan berlangsung sampai tahun 1950. Namun masa 30 tahun tersebut tidak berarti memberikan sumbangan apapun . Negara negara, seperti Inggris, Amerika dan Perancis dengan susah payah berhasil mencapai kecanggihan teoritis yang dapat menjadi kerangka acuan para ahli masa berikutnya.
             
Pada tahun 1960-an kembali para ahli sosiologi agama mempunyai mempunyai minat yang besar terhdap gejala keagamaan. Hal ini terlihat dari karya karya ahli, seperti Peter Berger, Thomas Lucman, Guy Swanson , dan Robet Bellah. Pendekatan dan metode yang mereka lakukan sama dan luasnya cakupan kajian semasa Max Weber, yang berbeda tentu terletak pada tema tema kajian sesuai dengan dinamika perkembangan zaman . Pada masa masa puluhan tahun terakhir banyak bermunculan kajian kajian keagamaan yang dilakukan sosiologi agama , khususnya dari negara Eropa dan Amerika dan Australia . Sebutlah seperti nama nama Roland Robertson dan Bryan S. Turner dan lain lain. Tema tema mereka sangat beragam, mulai dari yang berbau gender, pranata keagamaan, minorita-mayoritas, diskriminasi agama sampai pada persoalan hubungan etnis dan agama. Namun secara kuantitatif voleme karya karya mereka belumlah terlaqlu menggembirakan.
               Durkheim juga disibukan dengan berbagai perubahan industrial yang mencakup seluruh Eropa. Dia secara khusus fokus kepada tendensi industrialisme yang memproduksi anomie yaitu suatu kondisi sosial di mana norma norma masyarakat berbeda dalam konflik atau secara keseluruhan hilang, namun menurut Durkheim tentang anomie adalah ancaman khusus yang serius terhadap moralitas . Dia mencatat bahwa di masa lalu agama telah menjadi kekuatan penting yang mengajarkan orang untuk menahan hasrat mereka dan berusaha mencari pahala untuk pencapaian pencapaian spiritual . Namun demikian, industrialisasi telah memerdekakan nafsu tanpa membangun pencegahnya . Tanpa adanya penunjuk sosial yang kuat bagi perilaku manusia , Durkheim berpendapat bahwa manusia akan terkatung katung di masyarakat tanpa mengetahui hakikat sebenarnya mereka . Pendek kata, mereka menjadi anomik.
               Durkheim yakin bahwa anomie ini adalah penyebab dari banyak masalah sosial , dan inilah objek penelitian yang melahirkan bukunya yang terkenal bejudul Suicede.Dalam meneliti isu ini , Durkheim menganalisa bunuh diri dalam ragam kondisi dan di berbagai negara. Misalnya dia menemukan bahawa tingkat bunuh diri lebih rendah di masyarakat yang berbasis agraris ketimbang di masyarakat yang bekerja di wilayah industri . Teori ini terbukti pada penelitian Durkheim di Perancis, Italia, Prussia, dan beberapa negara Eropa yang lainnya . Menurut Durkheim, alasannya adalah orang orang dalam masyarakat agraris dilindungi dari efek efek destruktif anomie. Mereka mengikuti berbagai aktivitas di komunitas tradisionalnya dan di ikat oleh moral yang telah tertanam dari generasi ke generasi. Mereka memiliki harapan harapan yang realistis. Meski kehidupan mereka relatif tidak glamour, secara jangka panjang mereka mengambil manfaat dari stabilitas dan tiadanya anomie . Sementara Marx mengingatkan pada masa atau fenomena alienasi, Durkheim memberi peringatan akan kemungkinan anomie . Jika Marx di anggap pendiri teori konflik, Durkheim memberi pondasi klasik bagi mazhab fungsionalisme.


Pemikiran August Comte dalam Perspektif Islam
August Comte nama lengkapnya Isdore Marie August Francoisxavier Comte, dilahirkan di Moint Pellier, Perancis Selatan pada 17 Januari 1798. Setelah menyelesaikan pendidikan di Lycee Joffre dan Universitas Mont Pellier, Comte melanjutkan pendidikannya di Ecole Polytechnique[1] dijalani selama 2 tahun, antara 1814-1816. masa 2 tahun ini berpengaruh banyak pemikiran Comte selanjutnya di lembaga pendidikan ini.
Comte mulai meyakini kemampuan dan kegunaan Ilmu Alam.[2] Pada tahun 1817 Comte menjadi sekretaris dan kemudian diangkat menjadi anak angkat oleh Henri de Saint Simon, setelah Comte diusir dan hidup dari mengajarkan Matematika. Pada saat Comte tinggal bersama Saint-Simon, dia telah merencanakan publikasi karyanya tentang filsafat positivisme yang diberi judul Plan de Travaux Scientifiques Necessaires Pour Reorganiser la Society (Rencana Studi Ilmiah untuk Pengaturan kembali Masyarakat). Dari rencana judul bukunya kita bias melihat kecenderungan utama Comte adalah Ilmu Sosial.[3]
August Comte masa (1798-1857), beliau pelopor dan pemikir positivisme, dia juga sebagai Bapak Sosiologi. Selama beberpa tahun, ia juga menjadi sekretaris Tlenre de Saint-Simon, yang akhirnya dipengaruhi oleh pemikiran Saint-Simon.[4] Dalam pengetahuan ia berpandangan bahwa Comte membatasi pengetahuan pada bidang gejala-gejala saja. Pandangan tersebut didasarkan pada Hukum Evolusi Sejarah Manusia, menurut Comte sejarah manusia mengalami 3 zaman, yaitu yang dijadikan hukum tetaap.
1.      Zaman Teologis, yaitu manusia percaya bahwa di belakang gejala-gejala alam terdapat Kuasa Adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Periode pada Zaman Teologis ini dibagi menjadi 3 zaman:
a.       Zaman Anemesme (manusia percaya pada benda-benda yang berjiwa)
b.      Zaman Aolitisme (manusia percaya pada Dewa-Dewa)
c.       Zaman Monoteisme (manusia memandang Allah sebagai penguasa segala sesuatu)
2.       Zaman Metafisis, Kuasa Adikodrati diganti dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang abstrak.
3.      Zaman Positif yang mengandalkan fakta yang ada di depannya.
Dalam Islam menyebutkan pengetahuan yang diperoleh manusia itu bermacam-macam yang ada istilahnya sendiri-sendiri.
1.      Pengetahuan yang diperoleh tanpa proses upaya yang mendahuluinya, seperti pengetahuan seseorang tentang wujud dirinya sendiri, yang disebut Pengetahuan Badihi (Intuitional).
2.      Pengetahuan yang diperoleh melalui proses pengamatan inderawi, seperti pengetahuan tentang panasnya api, hijaunya daun, tingginya gunung, dan lain sebagainya. Pengetahuan ini disebut "dharury" (Necessary).
3.      Pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran, seperti pada umumnya pengetahuan modern sekarang. Pengetahuan jenis ini disebut "istidlaly" (Deduktif).[5]
4.      Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan tanpa upaya dan cara. Pengetahuan seperti ini disebut "ladunny".[6]
Diketahui bahwa aliran Positivisme menggunakan pengetahuan tingkat kedua, yakni yang diperoleh melalui proses pengamatan inderawi. Positivisme berpendapat, doktrin kesatuan ilmu mengajukan kriteria-kriteria bagi Ilmu Pengetahuan.
1.      Obyektif (bebas nilai, yakni hanya melalui fakta-fakta yang teramati, terukur dan menjadi cermin dari realitas).
2.      Ilmu Pengetahuan harus menggunakan metode verifikasi empiris.
3.      bahasa yang digunakan harus logis, bias diperiksa secara empiris, bersifat eksplanasi (Ilmu Pengetahuan yang hanya diperolehkan melakukan penjelasan yang ada dalam alam semesta dengan menjawab how and why).
Dikatakan juga selain Ilmu Pengetahuan, August Comte juga mempelajari Ilmu Sosial yang di antaranya mengemukakan "jika ingin ada masyarakat baru yang teratur, haruslah terlebih dahulu diperbaiki jiwa atau budi". Adapun budi menurut Comte mengalami 3 tingkatan/zaman, seperti yang dikatakan di atas telah disebutkan (Zaman Teologis, Metafisis, Positif).
Menurut Muhammad Thalhah dalam bukunya Islam dalam Perspektif Sosio Kultural, adalah perubahan dan perkembangan masyarakat itu terjadi karena perubahan lingkungannya, yakni Pertama: lingkungan bio-fisik, Kedua: lingkungan sosio-kultural, Ketiga: lingkungan kehidupan psychis.
Dari ketiga perubahan dan perkembangan masyarakat, yang paling menonjol adalah:
Pertama  : Agama atau keyakinan.
Kedua    :  Ilmu Pengetahuan dan teknologi.
Ketiga    :  Kemajuan ekonomi.
Keempat :  Tatanan politik.
Kelima    :  Letak geografis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini