Selasa, 07 Mei 2013

SOSIOLOGI LINGKUNGAN_Anfal

NAMA           : ANFAL
NIM                : 1110054000031

SOSIOLOGI  LINGKUNGAN
Sosilogi lingkungan merupakan kajian komunitas dalam arti yang luas ( bell 1998 ). Orang, binatang, lahan, dan tanaman yang tumbuh diatasnya, air udaran demuanya memiliki hubungan kait mengait yang sangat erat. Bersama-sama mereka membentuk semacam solideritas, yang kemudian kita sebut dengan ekologi. Seprti dalam banyak komunitas, mereke juga mengalami konflik di tengah-engah hubungan tersebut. sosiolog lingkungan mengkaji komunitas terluas tersebut dengan maksud untuk memehami asala-usul dan solusi yang diusulkan dari seluruh koflik sosial dan biofisik yang sangat nyata.
Maslah lingkungan tidak hnya berupa maslah teknologi dan industri, ekologi dan biologi, pengendalian polusi dan pencegahan polusi. Masalah lingkunga juga berupa maslah sosial. Masalah lingkungan adalah masalah bagi masyarakat merupakan masalah yang mengancam pola-pola organisasi sosial yang ada dalam masyarakat adalah manusia yang menciptakan masalah lingkungan, dan manusia juga harus mencarai jalan keluarnya. Berangkat dari hal inilah dibuthkan kehadiran teori sosiologi lingkungan.
Ekologi sering digambarkan sebagai kajian tentang komunitas alam. Sementara sosiologi digambarkan sebagai kajian tentang komunitas manusia. sosiologi lingkungan merupakan kajian keduanya secara bersama-sama, diman bumi yang satu harus kita tinggal bersama-sama. Kadang-kadang dengan reasa enggan ( tidak suka ) dengan manusia lain bentuk keidupan lain dan batu, air, tanah dan udara yang mendukung seluruh kehidupan.
KONSEPTUALISASI ALAM MENURUT SOSIOLOGI LINGKUNGAN
Van koppen (2000) mengidentifikasi dalam tiga konsepsi dalam memandangalam yang kini tengah berkembang dalam sosiologi lingkungan. Tiga konsepsi tersebut masing-masing berangkat dari pendekatan dan fokus yang berbeda dalam memandang alam, yakni :
1.      Pendekatan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan.
2.      Pendekatan interprestasi "arcadian" terhadap alam.
3.      Pendekatan kontruksi alam.
Alam Sebagai Suatu Sumber Daya
Konsep alam sebagai sumberdaya mengimplikasikan bahwa alam diterima terutamasebai suatu cara (alat) produksi. Barang untuk konsumsi, suatu kondisi awal untuk kesehatan manusia. dengan kata lain, sebagai suatu basis (pangkalan) makanan.
Konsepsi alam sebai sumber daya merupakan konsepsi yang paling banyak mendominasi kajian atau faham sosiologi lingkungan. Dalam konteks ini alam dipandang sebagai suatu alat produksi. Barang konsumsi, dan suati pra-kondisi untuk kesehatan. Konsepsi alam sebagai sumber daya ini memiliki tiga ciri utama. Pertama, alam bernilai instrumental. Maksudnya, alam baru bernilai manakala melaluinya dapat terwujud nilai-nilai yang lain. Kedua, alam berfungsi sebagai pemasok kebutuhan material manusia, seperti produksi pangan. Kesehatan, tersedianya ruang untuk kehidupan, dan pemasok energi dan materi. Ketiga, definisi alam yangumumnya lekat dengan ilmu pengetahuan alam.
Ketika alam dipandang sebagai sumber daya, maka tidak ada jurang perbedaan yang mendasar antara perlindungan lingkungan dan konservasi alam. Sebab yang menjadi pokok persoalan sebenarnya adalah bagaimana memelihara keberlnjutan fungsi alam. Terlepas masalah yang timbul adalah pencemaran udara. Penipisan ozon, kerusakan hutan tropis, atau punahnya ikan paus, atau satwa langka. Sepanjang konservasi alan menjadi perhatian, ada dua isu penting yang perlu dipertimbangkan. Pertama, memetakan potensi dan kondisi aktual daerah-daerah yang masih alamiberikut spesies yang hidup dialamnya untuk keperluan kesehata, konsumsi dan produksi. Kedua, pada kondisi macam apa dan bagaimana pemanfaatan sumber-sumber alam yang berkelanjutan dapat dilakukan ? atau denga kata lain, bagaimana menetapkan daya dukungan lingkungan dari ekosistem alam dimaksud. Jawaban diatas isu tersebut sudah barang tertentu berada dalam domain ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Sosiologi lingkungan lebih memfokuskan dirinya pada pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana produksi dan konsumsi dapat diarahkan agar dikemudian hari dapat sesuai dengan tingkatan keberlanjutan yang ingin dicapai. Sejak 1960 banyak pertanyaan mendasar diajukan berkaitan dengan teori lingkungan seperti apa faktor-faktor strultural dan budaya yang menjadi akar penyebab masalah lingkungan hidup ? Transformasi kelembagaan dan motivasi macam apa yang dibutuhkan untuk mengurangi dan mencegah timbulnya masalah lingkungan?

Alam Sebagai Suatu Yang Arcadian 
Menurut Woster (1985), pandangan acardian terhadap hubungan antara manusia dan alam adalah kesetiaan pada penemuan nilai-nilai intrinsik dan pemeliharaannya berlawanan dengan pandangan impresialis yang menyuarakan "penciptaan suatu dunia instrumental dan eksploitasi". Pendekatan acardian merupakan kritik terhadap pendekatan sumberdaya (yang memandang alam hanya sebagai instrumen yang dimanfaatkan manusia) dan pandangan reduksionis (yang mempertimbangkan alam hanya sebagai perkumpulan fenomena fisika-kimia yang dapat dikuantifikasi).
Menurut koppen (2000) trdapat empat tradisi penting dalam pendekatan acardian yang berakar pada budaya :
1.      Tradisi simpati pada binatang (thomas 1993; fisher 1992). Pengalaman emosional bersahabat dengan binatang-binatang yang lebih tinggi. Misalnya, termanifestasika denga ketidaksukaan terhadap kekerasan pada binatang. Hukum tentang kekerasan terhadap binatang mungkin pelembagaan hukum modern pertama dari nilai-nilai alam yang non instrumental.
2.      Tradisi menikmati keindahan dan kecantikan alam dan landscape. Gambaran terhadap kegembiraan musim semi, kecantikan bunga, kelucuan binatng sama tuanya dengan seni dan literatur itu sendiri. Penilaian terhadap keindahan landscape pedesaan, menurut Hargrove (1989) merupakan akar penilain alam kontemporer.
3.      Tradisi sejarah alam. Pengembangan sejarah alam dalam ilmu seperti botani. Zoologi, dan geografi terkait erat dengan tradisi estetika.
4.      Tradisi keagamaan tentang hidup dan rahasia lam ray. Tradisi keagamaan tentang nilai-nilai alam termanifestasikan dalam sejarah barat. Pengaruh supernaturalisme alan dapat diikuti pada seni modern barat.
Alam sebagai suatu kontruksi sosial
Pendekatan kontruksi sosial menjelaskan alam sebagai sesuatu yang dibentuk secara simbolik dari pada secara objektif ( eder 1996 ). Pendekatan kontruksi sosial menekankan peranan budaya dan simbolnya dalam mengkopseptualkan tentang alam. Makna alam tidak cukup dijelaskan secara karakteristik biofisik maupun nilai-nilai intrinsik.
Kelemahan dari pendekatan kontruksi sosial adalah tidak memberikan kerangka komperhensif untuk menganalisa konservasi alam. Sebagai contoh, tak ada keraguan bahwa faktor sosial-budaya dapat menjelaskan pola makan, demikian pula dalah hal food taboos hanya dapat dijelaskan melalui makna simbolik dan fungsi sosialnya ( cf eder 1996 ) namun tidaklah mungkin menjelaskan peranan penting pola makan dalam masyarakat tanpa memperhitugkan pengalaman sensual yang barkaitan dengan makanan: kelaparan, selera, rasa, dan bau demikian pula signifikan fisik makanan dengan subsitensi manusia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini