Senin, 17 Maret 2014

Nur Halimah Tugas II_Sisi Gelap Pertumbuhan


Tugas II
Nama   : Nur Halimah (PMI 6)
SISI GELAP PERTUMBUHAN
Pertumbuhan teknologi yang berlebihan telah mencipatakan suatu lingkungan dimana kehidupan menjadi tidak sehat baik secara fisik maupun secara mental. Udara yang tercemar, suara yang menggangu, kemacetan lalu lintas, bahan pencemar kimia, bahaya radiasi, dan banyak sumber stres fisik dan psikologis telah menjadi bagian kehidupan sebagian besar dari kita sehari-hari.
Teknologi manusia telah mengganggu proses-proses ekologi yang menopang lingkungan alam dan merupakan dasar dari eksistensi kita. Salah satu ancaman yang paling serius, yang hampir diabaikan hingga saat ini adalah air dan udara oleh sampah kimia beracun. Jumlah sampah kimia berbahaya yang sangat banyak ini merupakan akibat dari gabungan pengaruh pertumbuhan terknologi dan ekonomi. Untuk menghasilkan barang-barang seperti campuran bahan makanan, serat sintesis, plastik, obat-obatan, dan pestisida, dari teknologilah sumber daya tersebut dapat dikembangkan, yang semuanya tergantung pada bahan kimia yang kompleks. Dan ketika produksi dan konsumsi meningkat, maka meingkat pula sampah kimia yang merupakan efek samping yang tidak dapat dihindari dari proses-proses perusahaan.
Konsumsi kita yang berlebihan dan penekanan yang sangat kuat pada teknologi tinggi tidak hanya menciptakan jumlah sampah yang sangat banyak. Energi yang tidak dapat diperbaharui, yang berasal dari bahan bakar fosil, menggerakan sebagian besar proses produksi dan dengan menurunnya sumber daya alam, energi sendiri telah menjadi sumber daya yang langka dan mahal. Proses produksi tersebut mempunyai potensi menimbulkan gangguan-gangguan  ekologi dan penderitaan manusia.
Misalnya penggunaan minyak berlebihan menimbulkan banyak permasalahan diantaranya sejumlah besar minyak tertumpah ke laut. Tumpahan minyak ini tidak hanya telah mencemari sebagian besar pantai Eropa. Inti persoalan itu terletak pada kepicikan ekologis dan ketamakan korporasi. Selama tahun 1970-an dunia benar-benar sadar akan habisnya bahan bakar fosil global, dan dengan merosotnya sumber-sumber energi konvensional yang mulai kelihatan, negara-negara industri terkemuka mulai melakukan kampanye untuk tenaga nuklir sebagai sumber energi alternatif.
Semakin banyak energi tidak hanya mempercepat proses menghabisnya mineral, logam, hutan, dan ikan jiga akan berarti semakin banyak polusi  semakin banyak peracunan kimia, semakin banyak ketidakadilan sosial, lebih banyak kanker, dan lebih banyak kejahatan. Justru yang kita perlukan saat ini untuk mengatasi krisis yang multisegi adalah suatu perubahan besar terhadap nilai-nilai, sikap, dan gaya hidup.
teknologi nuklir kini sedang digalakkan terutama di Dunia Ketiga. Tujuannya bukanlah untuk memenuhi kebutuhan energi, tetapi kebutuhan-kebutuhan korporasi multinasional yang menggali sumber daya alam dari negar-negara ini sedapat mungkin. Potensi kerusakan global melalui perngakat nuklir yang terbesar terhadap lingkungan. Tetapi bahkan tanpa bencana nuklirpun dampak lingkungan tenaga nuklir jauh melebihi bahaya lain dari teknologi kita. Pembangunan dan perawatan pabrik tenaga nuklir menjadi semakin mahal yang disebabkan oleh banyaknya tolak ukur yang harus dipenuhi oleh industri nuklir karena protes masyarakat, kecelakaan nuklir telah mengancam kesehatan dan kecaman ratusan ribu orang, zat-zat radioaktif terus menerus mencemari lingkungan.
Bahaya-bahaya kesehatan dari tenga nuklir merupakan bahaya alam ekologis dan berlaku pada skala yang sangat besar. Coba kita perhatikan bahaya radioaktif terhadap kesehatan, tidak ada tingkat radiasi yang aman. Bahkan ilmuwan kedokteran setuju bahwa tidak ada bukti yang memungkinkan radiasi dapat dikatakan tidak berbahaya, bahkan jumlah yang terkecil sekalipun dapat menghasilkan mutasi dan penyakit. Hal ini mengkibatkan terlepasnya bahan-bahan radioaktif yang sangat beracun dalam lingkungan. salah satu kemungkinan terburuk adalah lelehnya reaktor nuklir, dimana keseluruhan raksa uranium yang leleh akan terbakar melalui tangki dan terus ke dalam perut bumi, yang mungkin akan memicu ledakan uap yang akan menghamburkan bahan radioaktif yang mematikan.akibatnya akan sama dengan yang ditimbulkan oleh bom atom. Ribuan orang akan mati, lebih banyak lagi kematian akan terjadi setelah dua atau tiga minggu karena penyakit radiasi akut, kawasan daratan yang luas akan menjadi tercemar dan tidak dapat dihuni selama ribuan tahun.
Persoalan besar tentang senjata nuklir lainnya adalah pembuangan sampah nuklir. Setiap reaktor per tahun menghasilkan berton-ton sampah radioaktif yang tetap beracun selama ribuan tahun. Plotunium, efek samping radioaktif paling berbahaya juga merupakan paling tahan lama, plutonium tetap beracun selama kurang lebih 500.000 tahun, sedangkan tidak ada teknologi manusia yang dapat menciptakan wadah yang aman selama rentang waktu yang sedemikian lama. Sekali diciptakan, plutonium harus dipisahkan dari lingkunagan selamanya, karena yang terkecilpun akan mencemarinya selam ribuan tahun yang akan datang. Penting disadari bahwa plutonium bukan sekedar lenyap bersama kematian organisme yang tercemari. Bagaimanapun juga plutonium akan tetap berada di dalam lingkungan dan melanjutkan aksinya yang mematikan, terus dan terus dari organisme ke organisme selama setengah juta tahun lamanya.
Namun berbagai pelaku utama ekonomi nuklir perusahaan umum, pengusaha reaktor, dan korporasi energi[1] semua mendapatkan keuntungan dari sumber energi yang sangat padat modal dan terpusat. Mereka telah menginvestasikan miliaran dolar dalam teknologi nuklir dan terus memperluasnya kendati terdapat masalah dan bahaya yang semakin banyak.mereka tidak dipersiapkan untuk meninggalkan teknologi itu bahkan seandainya mereka terpaksa meminta subsidi pembayar pajak besar-besaran dan menggunakan banyak polisi untuk melindunginya.
Obsesi kita dengan pertumbuhan ekonomi dan sistem nilai yang mendasarinya telah menciptakan suatu lingkungan fisik dan mental dimana kehidupan telah menjadi sangat tidak sehat. Untuk meningkatkan keuntungan mereka dalam suatu pasar, para pengusaha harus menghasilkan barang-barang yang lebih murah, dan satu cara untuk menghasilkannya adalah dengan menurunkan kualitas produksinya. Sedangkan untuk memuaskan konsumen, kendati produk berkualitas rendah. Industri makanan merupakan suatu contoh menonjol bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh kepentingan dagang. Untuk meningkatkan bisnis mereka pengusaha makanan menambahkan bahan pengawet terhadap makanan untuk meningkatkan kehidupan rakyatnya mereka mengganti makanan organik yang sehat dengan produk-produk sintesis, dan mencoba mengatasi kekurangan gizinya dengan menambahkan bahan-bahan cita rasa tiruan dan bahan-bahan pewarna. Tidak hanya dalam bahan makanan obat-obatanpun demikian.
Industri farmasi merupakan salah satu industri terbesar yang tingkat keuntungannya tetap tinggi selama dua dekade yang lalu, yang menggeser kedudukan industri-industri manufaktur yang lain dengan maigin yang signifikan. Sebagai akibatnya pasar telah dibanjiri dengan obat-obatan medis yang berlebihan, yang banyak diantaranya hanya efektif secara marjinal dan semuanya dengan efek samping yang mengganggu. Pengaruh industri farmasi pada praktik kedokteran mempunyai suatu paralel yang menarik dengan pengaruh industri petrokimia[2] pada pertanian dan pertenakan.
Sebagaimana halnya organisme hidup tanah adalah suatu sistem hidup yang harus tetap dalam kondisi keseimbangan dinamis agar tetap sehat. Ketiak keseimbangan itu terganggu, maka akan terdapat pertumbuhan patalogis komponen-komponen tertentu, bakteri atau sel-sel  kanker di dalam tubuh manusia, rerumputan, atau hama disawah dan ladang. penyakit akan muncul dan secara berangsur seluruh organisme itu akan muncul, dan secara berangsur seluruh organisme itu akan mati dan berubah menjadi materi inorganik.
Praktik pertanian ekologis yang telah kuno ini berubah secara drastis kira-kira tiga abad yang lalu, ketika para petani beralih dari produk organik ke produk sintetik. Para petani yang dapat tetap tinggal di tanah mereka terpaksa harus menerima suatu transformasi hebat dari citra, peran, dan aktivitas mereka. Dari penanam makanan, yang bangga karena memberi makanan orang lain, para petani kini berubah menjadi produsen bahan mentah industri untuk diproses menjadi komodisti yang dirancang untuk pemasaran massal. Meskipun terdapat indroktinasi dari korporasi energi, banyak petani telah melestarikan intuisi ekologis  yang diturunkan dari generasi ke generasi. Dengan demikian semakin banyak petani telah sadar akan bahaya-bahaya pertanian kimia dan mulai kembali ke metode ekologi organik.
Ketidak seimbangan ekologis yang disebabkan oleh tanaman pangan tunggal dan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Jika Revolusi Hijau telah mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang mendatangkan bencana bagi kesejahteraan petani dan kesehatan tanah, bahaya kesehatan manusia justru tidak kalah hebatnya. Namun akibat yang menakutkan tersebut hampir tidak mempengaruhi penjualan dan penggunaan pupuk dan pestisida sama sekali. Dalam penelitian yang hasilnya  menjelaskan bahwa masalah kelaparan dunia  sama sekali bukan suatu masalah teknis, melainkan lebih bersifat sosial dan politis. Kelaparan ini dapat diatasi hanya dengan mengubah hubungan sosial. Banyak negara telah membuktikannnya, dengan tidak menggunakan pertanian  sebagai alat pendapatan ekspor melainkan lebih banyak menggunakannya untuk menghasilkan makanan terlebih dahulu untuk diri sendiri.
Akibatnya dialami oleh negara dunia ketiga, dimana orang kelaparan meskipun makanan tumbuh berlimpah di tempat tinggalnya. Meskipun pemerintah mereka memberi subsidi pada produk makan tersebut bahkan mereka sendiri yang menanam dan memanennya, tetapi mereka tidak pernah memakannya karena tidak mampu membayar harga yang diakibatkan oleh kompetisi internasional.
Semakin banyak kita mempelajari persoalan-persoalan sosial semakin banyak kita menyadari bahwa pandangan dunia mekanistik dan sistem yang terkait telah menghasilkan teknologi, institusi, dan gaya hidup yang benar-benar tidak sehat. Banyak diantara bahaya kesehatan lebih jauh diperburuk oleh kenyataan bahwa sistem perawatan kesehatan tidak mampu mengahadapi secara tepat karena keterkaitannya pada paradigma yang melestarikan penyebab-penyeba penyakit. Padahal pada tujuannya industri kesehatan adalah mengubah perawatan kesehatan menjadi suatu komoditi yang dapat dijual pada konsumen menurut aturan-aturan ekonomi pasar bebas.


[1] "korporasi energi" merupakan istilah yang digunakan oleh Railph Nader untuk menggambarkan perusahaan minyak yang telah memperluaskan bisnis mereka kesemua cabang industri energi, termasuk persediaan uranium dan plutonium, sebagai upaya untuk memonopoli produksi energi.


[2] Petrokimia adalah bahan-bahan kimia yang dipisahkan atau berasal dari minyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini