Nama : Martini
NIM : 11150510000009
Kelas : KPI 1A
KELUARGA BESARKU
A. Deskripsi Keluarga
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dengan berinteraksi antar sesama manusia. Interaksi telah dilakukan sejak adanya sosialisasi primer, yakni sosialisasi yang terjadi di dalam keluarga. Keluarga sendiri merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang disatukan dalam suatu ikatan darah, perkawinan, adopsi, dan lain sebagainya. Sekarang saya akan mendeskripsikan tentang keluarga saya sebagai tempat saya bersosialisasi untuk pertama kali.
Sekitar 25 tahun yang lalu, ibu saya menikah dengan bapak. Mereka berdua sama-sama berasal dari suku Banjar, suku yang mayoritas menghuni di Kalimantan Selatan. Dari pernikahan ini lahirlah empat orang anak, namun anak pertama meninggal beberapa bulan setelah dilahirkan. Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang tersisa.
Namun sangat disayangkan ketika saya berumur 2 tahun orang tua saya bercerai sehingga tak ada gambaran secara mendetil tentang sosok ayah bagi saya. Maka untuk tugas sosiologi kali ini saya akan lebih menyorot tentang kondisi sosial keluarga dari pihak ibu saja.
Telah disebutkan bahwa ibu saya berasal dari suku Banjar, dilahirkan dari pasangan yang juga berasal dari suku Banjar. Kakek dari ibu telah meninggal semenjak lama sehingga gambaran tentang kakek juga tidak diketahui secara pasti (menurut wawancara dengan ibu saya), sedangkan nenek saya juga terlahir dari pasangan yang berasal dari suku Banjar. Secara garis besar saya adalah turunan ke empat dari silsilah keluarga yang semuanya berakar dari suku Banjar.
Suku Banjar sendiri terbagi menjadi dua rumpun, yakni suku Banjar Hulu dan suku Banjar Kuala. Kedua rumpun ini dibedakan oleh logat bahasa dan letak geografis. Suku Banjar Hulu tersebar di daerah Hulu Sungai, sedangkan suku Banjar Kuala tersebar di kota Banjarmasin dan sekitarnya. Saya dan keluarga termasuk dalam suku Banjar Kuala, karena tinggal di daerah Barito Kuala, kurang lebih 30 kilometer dari pusat kota Banjarmasin.
B. Jaringan Sosial
Jaringan sosial adalah suatu jaringan tipe khusus dimana ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial. Membahas jaringan sosial dalam keluarga saya, ada satu hal yang unik dan patut untuk dituliskan yakni tentang letak rumah dan profesi yang dilakukan oleh mayoritas keluarga saya.
Ibu merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Rumah Ibu ada di samping jalan raya, bertetangga dengan om yang merupakan anak kedua dan tante yang merupakan anak ke tiga, lalu di seberang jalan raya adalah rumah om saya yang anak ke lima. Beberapa meter dari rumah om saya tersebut terdapat lagi rumah tante saya yang merupakan anak ke empat, sedangkan rumah nenek ada di belakang rumah Ibu saya. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga saya memiliki kedekatan secara geografis.
Hal di atas dapat dikatakan unik karena jarang ada keluarga yang memiliki kedekatan geografis seperti keluarga kami. Kedekatan seperti itu disebabkan adanya pewarisan hak tanah antar generasi dari orang tua nenek (datu) ke nenek, lalu nenek mewariskan ke anak-anaknya. Kedekatan geografis tersebut membuat ikatan silaturrahmi yang terjalin dalam keluarga kami melebihi ikatan silaturrahmi yang dialami oleh orang lain.
Satu hal lagi yang bisa disorot dari keluarga saya adalah semua keturunan nenek berprofesi sebagai pedagang. Ibu saya yang merupakan anak pertama adalah pedagang mainan anak-anak di pasar-pasar tradisional, om kedua saya adalah seorang pedagang makanan di salah satu Sekolah Dasar, dan tiga saudara lainnya masing-masing mempunyai toserba. Hal ini tentu juga merupakan warisan skill dari nenek saya yang merupakan seorang penjual makanan, dan hal itu bersumber dari warisan datu saya yang juga seorang pedagang makanan. Secara garis besar profesi ini adalah profesi yang diwariskan secara turun-temurun.
C. Budaya dalam Keluarga
Meski arus modernisasi telah jauh berkembang, namun keluarga dan masyarakat di daerah saya pada umumnya masih menganut paham mistisisme. Hal ini ditandai dengan masih dijalankannya budaya kebiasaan seperti berikut ini.
Selain berprofesi sebagai pedagang, keluarga saya juga mewarisi profesi sebagai petani. Satu budaya yang melekat pada masyarakat yang berprofesi sebagai petani di desa saya adalah tak boleh makan nasi ketika sore menjelang maghrib. Menurut masyarakat setempat, jika kita memakan nasi pada waktu demikian, maka akan terjadi kegagalan panen. Selain itu, ketika makan tak boleh menyisakan satu butir nasi pun, sebab nasi tak akan menghidupi mereka lagi jika disia-siakan walau hanya sebutir.
Hal-hal tersebut dalam segi ilmiah memang tak bisa dibuktikan secara pasti, namun patut dihargai bagaimana keluarga saya dan masyarakat setempat menghormati rezeki berupa nasi yang merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia secara umum. Dapat disimpulkan juga bahwa keluarga saya dan masyarakat lainnya adalah orang-orang agamis yang lebih mementingkan ibadah ketika maghrib daripada makan ataupun urusan dunia lainnya.
Meski demikian, keluarga saya kini telah sadar akan pentingnya pendidikan formal. Hal itu dimulai sejak tante saya berkeras ingin menjadi sarjana, sehingga ia adalah sarjana pertama dan satu-satunya dalam empat generasi keluarga yang terekam dalam memori keluarga saya. Hal itu membuat keluarga besar saya memberi dorongan penuh bagi saya untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya, hingga mengizinkan saya untuk merantau ke Jakarta demi mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Dibesarkan dalam keluarga dan masyarakat yang masih menganut paham mistisisme dan semi-modern adalah suatu kelebihan dalam diri saya, karena bisa mengikuti perkembangan zaman namun masih tetap memegang nilai-nilai luhur yang diwariskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar