I. PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Kesan populer secara sepintas tentang kehidupan masyarakat perkotaan dipahami sebagai kelompok masyarakat yang lebih beradab, pintar, terdidik, modern, lebih mudah menerima perubahan, dan lebih mudah menerima dan menyerap informasi. Kesan ini semata-mata dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan tentang masyarakat perkotaan. Padahal, masih ada sebagian besar yang bekerja di sektor informal yang kurang layak secara kemanusiaan. Beberapa berprofesi sebagai pemulung, pengemis, dan lainnya. Banyak diantara warga hidup di bawah standar kehidupan sosial yang normal.
Secara sosiologis pengertian kota memberikan penekanan pada kesatuan masyarakat industri, bisnis, dan wirausaha lainnya dalam struktur sosial yang kompleks. Oleh sebab itu, masyarakat perkotaan acap kali dianggap sebagai tempat yang cocok untuk mencari pekerjaan.
Pekerjaan atau mata pencaharian sekelompok kecil anggota masyarakat yang bekerja di sektor informal seperti pemulung, pengemis, dan pengamen. Pekerjaan sebagai pengusaha, pedagang, dan buruh biasanya menjadi mata pencaharian yang primer.
Berbicara mengenai pekerjaan atau mata pencaharian, di perkotaan banyak ditemukan orang-orang yang bekerja di sekitar pinggiran jalan raya, salah satunya adalah orang yang bekerja membuka bengkel. Dibalik mata pencaharian yang dipilihnya tentu saja diharapkan selalu mudah dan lancar guna memenuhi kebutuhan hidup. Namun, kadang kala kita tidak mengetahui bagaimana segala macam cara dilakukan agar pekerjaan mereka mendapat keuntungan.
Berawal dari penuturan yang dikemukakan seorang supir yang sering kali mengalami ban bocor dikarenakan paku di jalan dan melihat ratusan paku bertebaran. Kemudian, dia mencari penyebab dari semua itu. Fenomena yang sering dialami para pengendara di jalan raya itu, menarik perhatian untuk dikaji karena dibalik hal yang dianggap biasa ini ternyata menyimpan banyak pertanyaan, mengapa dan siapa yang ada dibalik semua ini, apakah memang ada dengan sendirinya atau memang dengan sengaja pelaku kejahatan agar pihak yang dirugikan dapat menguntungkan. Selain itu masalah ini juga menyangkut masalah ketertiban.
Cara-cara orang berbuat kriminal semakin bervariasi, salah satunya menebar paku di jalan agar para pengendara menjadi korban dan dapat menguntungkan bagi pihak tertentu. Dengan adanya fenomena ini maka munculnya sekelompok orang yang menjadi aktor atau yang mempelopori untuk mengurangi kejahatan di jalan raya, yakni Komunitas Saber (Sapu Bersih Ranjau). Komunitas ini tentu saja setidaknya memberikan dampak yang positif. Maka dalam tugas lapangan kali ini masalah yang akan diangkat adalah "Kontribusi Komunitas Sapu Bersih Ranjau terhadap Jalan di Ibu Kota."
Masalah ini mungkin bisa dikatakan tidak begitu penting di perkotaan. Namun, sebenarnya masalah ini merupakan yang benar-benar terjadi di sekitar perkotaan. Maka, jika kita melihat lebih dekat tentu saja menarik untuk dikaji.
B. Metodologi Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tugas lapangan ini dilakukan di sekitar Jalan Daan Mogot, dan selanjutnya lebih khususnya di kediaman salah satu Komunitas Saber, Abdul Rohim, Kp. Pedongkelan RT 10/13 Cengkareng Timur Jakarta Barat. Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2015.
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif berfungsi dalam mencari informasi mengenai tindakan kriminal di jalan raya dan para relawan yang mempelopori untuk mengurangi kejahatan di jalan raya. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam kepada beberapa tokoh atau pelopor "Komunitas Saber". Sedangkan, data sekunder diperoleh dari dokumen "Komunitas Saber" yang dapat menunjang penelitian. Hal ini dikarenakan pendekatan ini bersifat fleksibel, yaitu melihat dari apa adanya bukan dunia yang seharusnya.
Tahapan-tahapan dalam penelitian:
1. Mengangkat Permasalahan
Masalah yang diangkat dalam tugas lapangan ini adalah kontribusi Komunitas Sapu Bersih Ranjau terhadap jalanan di Ibu Kota.
2. Mengajukan Pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan yaitu mulai dari pertanyaan penelitian dan juga pertanyaan teknis.
3. Mengumpulkan data yang relevan
Pengumpulan data ini diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa orang atau tokoh yang cukup berpengaruh di Komunitas Saber tersebut dan juga dokumen-dokumen Komunitas Saber.
II. TINJAUAN TEORI
Max Weber mengatakan, individu manusia dalam masyarakat merupakan aktor yang kreatif dan realitas sosial bukan merupakan alat yang statis dari pada paksaan fakta sosial. Artinya, tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma, kebiasaan, nilai, dan sebagainya.
Di dalam pemetaan teori sosial, agency ini melibatkan Simmel dan Weber yang mengedepankan konstruksionisme, yaitu teori sosiologi yang berkembang di Jerman pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, mereka menyatakan bahwa perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku objek natural. Manusia selalu menjadi agen di dalam konstruksi aktif dan realitas sosial, dimana mereka bertindak tergantung kepada pemahaman atau pemberian makna pada perilaku mereka.
Pemilihan teori konstruktivis pada tugas lapangan ini karena adanya fenomena atau masalah yang terjadi bisa memunculkan aktor atau pelopor.
III. HASIL PENELITIAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, dengan mengajukan pertanyaan penelitian dan pertanyaan teknis ada beberapa hasil yang ditemukan, dan juga daat dianalisis nantinya. Diantaranya sebagai berikut.
A. Penebar Paku di Jalanan Ibu Kota
Cara orang berbuat kejahatan sudah sangat bervariasi, salah satunya adalah menebar paku di jalanan. Masalah ini mungkin tidak begitu kompleks bagi permasalahan yang di perkotaan, hanya saja masalah orang yang menebar paku ini tentu saja banyak korban yang dirugikan.
Menurut penuturan pelopor Komunitas Saber, Abdul Rohim. Ada orang yang dengan sengaja menebar paku di jalanan, wilayah sebaran paku di Jakarta semakin meluas. Berdasarkan informasi yang dilansir oleh Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya, berikut jalan-jalan di Jakarta yang banyak sebaran paku:
Wilayah | Jalan |
Jakarta Barat | Jl. S Parman dari RS Harapan Kita arah lampu merah Slipi (termasuk flyover Slipi) |
Dari lampu merah Slipi ke arah Tomang | |
Jakarta Selatan | Flyover Permata Hijau kearah Pondok Indah (Depan Mesjid Istiqomah) |
Jl. Sultan Isakandar Muda ke arah lampu merah Kostrad | |
Jl. Prof Satrio | |
Terowongan Casablanca (arah Mal Ambassador) | |
Jakarta Timur | Jl. TB Simatupang (terutama dekat flyover Lenteng Agung dan ke arah Pasar Minggu) |
Dari Menara Saidah ke arah perempatan Kuningan | |
Jl. MT Haryono (perempatan patung Pancoran dan flyover Pancoran) | |
Jakarta Pusat | Jl. Gatot Subroto hingga ke perempatan lampu merah kuningan dan arah sebaliknya |
Jl. Majapahit (dari arah Tanah Abang menuju Harmoni) | |
Jl. Gatot Subroto dari depan Bank Mandiri sebelum Polda Metro Jaya sampai Semanggi (terutama malam jika besoknya hari libur) |
Pertanyaan yang tentu saja ingin terjawab, mengapa paku disebar di beberapa jalanan Ibu Kota ini. Paku ini tidak mungkin tiba-tiba ada di jalan raya, ternyata menurut penuturan Komunitas Saber, paku yang ada di jalan Ibu Kota ini memang sengaja disebar oleh oknum tertentu. Setelah diselidiki ternyata banyak tambal ban liar di sepanjang jalan, contohnya di Jakarta Barat yang mengarah ke Cengkareng ada sekitar 8 tambal ban liar di daerah ini. Disini bukan bermaksud atau menuduh bahwa penyebar paku di jalan adalah pemilik usaha tambal ban. Karena pasti ada orang yang jujur dalam bekerja.
Berdasarkan pekerjaan yang sering dilakukan Komunitas Saber. Pertama, setiap mereka membersihkan paku sekitar 200 meter dari titik awal pati mereka menemukan tambal ban. Kedua, paku yang disebarpun bervariasi, ketika membersihkan paku di 50 meter pertama paku-paku yang disebar masih paku-paku yang kecil, paku yang biasa digunakan untuk triplek. Setelah itu, 50 meter selanjutnya paku-paku yang disebar paku berukuran 3 cm. Dan 100 meter selanjutnya paku-paku berukuran 5 cm, ternyata tak jauh dari situ ditemukan tambal ban. Ketiga, setiap satu titik 50 meter pasti ditemukan sekitar ½ kilogram paku. Keempat, apabila 10 menit saja tidak dibersihkan pasti akan ada korban yang bannya bocor.
Permasalahan ranjau paku di jalan raya tidak semata-mata mencari korban untuk menambal ban. Selain itu, ada taget semacam menjual ban dalam yang modalnya hanya sekitar Rp. 10.000 sampai Rp. 15.000, mereka bisa menjual sekitar Rp. 50.000. Karena kondisi korban dalam kedaan darurat itu maka mau tidak mau pasti mereka akan mengganti ban dalam. Begitu penuturan Abdul Rohim, pelopor Komunitas Saber.
A. Terbentuknya Komunitas SABER
Komunitas Saber merupakan singkatan dari Komunitas Sapu Bersih Ranjau. Komunitas ini merupakan relawan pembersih paku-paku di jalanan. Terbentuk pada tanggal 05 Agustus 2011 yang dipelopori oleh Abdul Rohim. Pria kelahiran Rangkas Bitung, 14 Agustus 1969 ini mendirikan Komunitas Saber berawal dari kekesalannya yang sering kali mengalami ban bocor, karena profesinya sebagai supir ini. Kemudian terbesit untuk membentuk Komunitas Sapu Bersih Ranjau.
Awalnya komunitas ini hanya terdiri dari 5 anggota, seiring berjalannya waktu kini sudah berjumlah 40 anggota. Namun, jumlah anggota yang aktif ada sekitar 27 orang. Selain itu, anggota Komunitas Saber inipun sudah menyebar di wilayah Jakarta, mulai dari Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan bahkan sudah sampai ke wilayah Bekasi.
Rohim bersama komunitasnya setiap hari menjalani aktfitasnya yang hanya mengandalkan biaya sendiri tidak menjadi masalah besar bagi dirinya dan komunitasnya. Aktifitas membersihkan paku di jalan mereka lakukan pagi hari dan malam hari. Pagi hari dimulai dari jam 06.00 sampai jam 09.00, mereka bisa menemukan paku 1-3 kg setiap dan pada malam hari bisa menemukan paku 3-5 kg.
Perbuatan baik tidak selamanya mendapat perlakuan baik pula. Semenjak berdirinya Komunitas Saber, Abdul Rohim sering kali mendapat teror, ancaman, bahkan kekerasan fisik dari oknum penebar paku. Sekarang Komunitas Saber resmi dinyatakan sebagai Organisasi Masyarakat (ORMAS) dan didukung dan dilindungi oleh Walikota Jakarta Barat, Polsek Cengkareng, Polda Metro Jaya, dan Masyarakat Cengkareng.
B. Kontribusi Komunitas SABER
Kontribusi Komunitas Saber tentu dapat dirasakan oleh para pengguna jalan, khususnya para pengendara. Selama 4 tahun berdiri Abdul Rohim sendiri sudah mengumpulkan paku sebanyak 1 ton 2 kwintal. Jika dikumpulkan dengan seluruh anggotanya bisa mencapai sekitar 3 ton paku.
Karena kontribusinya jelas dirasakan oleh para pengguna jalan, Komunitas Saber ini mendapat penghargaan dari Walikota Jakarta Barat dan Polda Metro Jaya. Namun, walaupun sering dipublikasikan media atau yang lainnya, para penebar paku tetap saja ada sampai saat ini. Walaupun sampai saat ini penebar paku tidak pernah berhenti mereka tetap menjalankan tugasnya.
C. Analisis
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kontribusi Komunitas Saber terhadap jalan di Ibu Kota. Maka dapat dilakukan analisis sesuai dengan teori yang digunakan, yaitu teori konstruktivis. Teori konstruktivis berhubungan dengan peran atau tokoh yang mempelopori.
Komunitas Saber ini terbentuk karena adanya maslah yang timbul, yaitu masalah paku-paku yang tersebar di jalan. Hal ini tentu saja merugikan bahkan membahayakan para pengguna jalan raya, khususnya para pengendara. Ternyata dibalik adanya penyebar paku merupakan usaha untuk menguntungkan pihak yang memilki pekerjaan atau mata pencaharian yang sesuai.
Jika kita amati di satu sisi ada komunitas yang menjadi relawan untuk meminimalisir efek ranjau paku, ada juga komunitas yang menyebar paku. Jadi permasalahan ini sedikit sulit untuk diselesaikan karena ada dua kelompok yang saling bertentangan, yang satu menyelesaikan dan yang satu menimbulkan. Persoalan ini mungkin hanya bisa diminimalisir saja oleh para relawan Komunitas Saber tadi, namun untuk diselesaikan itu agak sedikit sulit karena tidak ada efek jera dari para penebar paku tersebut.
Walaupun demikian pemerintah perlu turun langsung, karena pemerintah lebih memiliki wewenag untuk menertibkan tambal ban liar, karena Komunitas Saber hanya sebatas membantu meminimalisir efek dari ranjau paku itu.
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: KENCANA.
Wirawan, I. B. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial, Definisi Sosial, Dan Perilaku Sosial. Jakarta: KENCANA.
DOKUMENTASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar