Rabu, 14 Oktober 2015

Robby Septyan Maulana_Jurnls 1 B_ Keluarga Besarku

Keluarga Besarku

 

1.    Asal usul

Aku dilahirkan di keluarga sederhana yang dikepalai oleh bapak Munawar Ghozali. Anggota keluarga yang lain ialah Ibu Kusmiati dan ketiga anaknya yang salah satunya adalah aku. Aku Robby Septyan Maulana 19 tahun adalah anak pertama di keluarga ini, kedua adikku masing-masing Muhammad Iqbal Dwi Saxena 12 tahun duduk di kelas 11 Madrasah Tsanawiyah dan Nilna Syafaatil Munawwaroh 5 tahun yang masih belajar di taman kanak-kanak. Ayah dan Ibuku sendiri dulunya sebelum menikah adalah tetangga yang sama-sama tinggal di desa Bawu kecamatan Batealit kabupaten Jepara. Ayah dilahirkan oleh nenekku yang bernama Fatonah istri dari kakek Damin, sedang Ibuku dari keluarga kakek Subur dan nenek Kasri. Keluarga besar kami seluruhnya berasal dari suku Jawa

Selayaknya penduduk lainnya di desaku, kakek nenekku baik itu dari Ayah ataupun Ibu adalah seorang petani. Mereka memiliki beberapa petak sawah yang tiap tahunnya ditanami padi, singkong maupun kacang-kacangan. Ayahku seorang tukang ukir yang bekerja di rumah sendiri. Basanya ayah mendapat job ukiran dari pabrik-pabrik meubel yang banyak tersebar di desa kami. Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga tetapi sesekali beliau juga mengajar di salah satu madrasah diniyah yang ada di usun kami. Aku dan ketiga adikku sekarang berstatus sebagai seorang pelajar di tingkatannya masing-masing.

 

2.    Jaringan Sosial

Keluargaku menjalin hubungan atau jaringan sosial dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan perusahaan-perusahaan meubel karena status ayah sebagai tukang ukir maka iapun pasti berhubungan dengan pengusaha maupun perusahaan di bidang tersebut. Selain itu kami juga mempunyai jaringan dengan lembaga pendidikan (LP) Ma'arif NU karena ibu seorang pengajar di Madrasah Diniyah. Jaringan lainnya yang kami miliki berasal dari keluarga lain di desa karena kekerabatan yang masih sangat erat menjadikan kami tidak bisa terpisahkan antara satu kekuarga dengan keluarga lainnya. Misal dari keluarga petani yang masih banyak menghuni desa kami, kami pun masih memiliki jaringan dengan nelayan karena salah satu saudara kami berprofesi sebagai pencari ikan.

 

3.    Nilai dan Sistem Sosial yang Dipergunakan di dalam Keluarga

Keluarga kami sangat menjunjung tinggi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Di dalam keluargaku diajarkan bagaimana menghormati perbedaan dan menghargai orang lain. Kami dididik untuk menjadi pribadi yang mandiri, memiliki percaya diri tinggi, tidak mudah minder, kritis, serta berani menyuarakan pendapat. Tentu ada pula hal-hal yang dilarang oleh keluargaku yaitu perbuatan yang merugikan orang lain atau menyusahkan orang lain. Menyusahkan disini bukan berarti kami tidak boleh minta bantuan kepada orang lain tapi kami tidak boleh memaksa orang untuk membantu kami dan jika kami bisa melakukannya sendiri mengapa harus merepotkan orang karena itu adalah salah satu prinsip yang telah ditanamkan tadi yaitu mandiri. Keluarga kami sangat memperhatikan aspek religi, kakekku pernah memberi nasehat yang dalam bahasa jawa berbunyi "wong sing bejo kui wong sing eling lan waspodo" jika diartikan dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya adalah "orang yang beruntung adalah orang yang ingat (kepada Tuhan) dan selalu waspada".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini