Keluarga Besarku
A. Asal Usul
Aisyah Yuli Yanthi Siregar, dari nama saya dapat diketahui bahwa saya berasal dari suku Batak yang berada di Sumatera Utara. Ayah Ibu saya berasal dari Sumatra Utara tapi mereka sudah tinggal di Jakarta saat mereka masih dibangku sekolah. Ayah saya bermarga Siregar dan Ibu saya bermarga Hasibun. Dan karena tradisi dan aturan yang ada di masyarakat suku Batak,saya dan kedua adik saya mengikuti marga Ayah.
Didalam keluarga besar saya bukan hanya marga Hasibuan dan Siregar saja, tapi juga terdapat beberapa maarga lain seperti Lubis, Harahap, Batubara, dan Ritonga. Marga ini sangat penting bagi orang Batak, karena marga adalah identitas dan ciri khas bagi orang Batak.
Hampir semua keluarga besar saya merantau ke Pulau Jawa. Keluarga saya ada yang tinggal di Cilegon, Depok, Ciputat, dan Jakarta Selatan. Dan saya sendiri tinggal di Jakarta Selatan, tepatnya di Lenteng Agung.
Kampung asal keluarga Ayah berada di Sipirok, Sumatera Utara. Sedangkan kampung asal keluarga Ibu saya berasal dari Hutapuli, Sumatera Utara. Meski hampir semua keluarga saya tinggal di pulau Jawa tapi masih ada beberapa keluarga yang tinggal di kampung untuk menjaga rumah kakek dan nenek saya.
B. Jaringan Sosial
Keluarga dari Ibu lebih banyak berkecimpung di bidang perdagangan dan keluarga Ayah banyak yang berprofesi sebagai Polisi, Guru dan juga Bidan. Keluarga saya lebih sering membangun jaringan dengan sesama orang batak. Contohnya kami lebih sering membuat pengajian sesama orang batak, bukan bermaksud rasis tapi keluarga saya berpendapat bahwa sesama perantau harus saling membantu dan menjaga satu sama lain.
C. Nilai-Nilai Sosial dan Budaya
Setiap Keluarga punya nilai dan budaya yang dianut oleh masing-masing individunya. Begitu pun keluarga saya. Sebenarnya ada banyak sekali budaya yang ada di masyarakat suku batak. Namun karena keluarga saya sudah lama menjadi perantau, jadi tidak terlalu menerapkan budaya yang ada di suku kami.
Bukan bermaksud melupakan tradisi dan budaya hanya saja kami menerapkan kata-kata" dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung". Jadi kami lebih banyak mengikuti tradisi yang ada di masyarakat tempat kami tinggal.
Ada beberapa aturan dalam adat suku batak yang tidak boleh dilanggar, seperti menikah dengan seseorang yang memiliki marga yang sama. Misalnya saya memiliki marga Siregar, maka saya tidak boleh menikah dengan laki-laki yang bermarga Siregar juga.
Dalam keluarga besar Ibu saya juga mewajibkan setiap anak-anak untuk melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren setelah lulus SD. Di keluarga Ibu pun setiap minggu kami mengadakan pengajian keluarga. Ada juga pengajian bulanan yang diikuti oleh orang-orang batak yang sekampung dengan Ibu saya.
Di keluarga besar saya sangat melarang anggota keluarganya keluar malam apalagi sampai pergi berduaan dengan orang selain mahromnya. Karena kata keluarga saya pergi berduaan dengan seseorang yang bukan mahromnya bias menimbulkan fitnah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar