Nama : Daimatul Mawaddah
NIM : 11140540000020
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM / 3
Teori Struktural Fungsional dan Studi Kasus Kemacetan di Ibu Kota
PENDAHULUAN
Teori fungsional struktural dipelopori oleh Auguste Comte yakni merupakan bapak sosiologi, di mana beliau mengemukakan bahwa sosiologi adalah studi tentang strata sosial (struktur) dan dinamika sosial (proses/fungsi). Comte di dalam membahas struktur masyarakat menyatakan bahwa "masyarakat adalah laksana organisme hidup", tetapi Comte tidak mengembangkan konsep tersebut.
Teori Fungsional-struktural adalah sesuatu yang urgen dan sangat bermanfaat dalam suatu kajian tentang analisa masalah social.Hal ini disebabkan karena studi struktur dan fungsi masyarakat merupakan sebuah masalah sosiologis yang telah menembus karya-karya para pelopor ilmu sosiologi dan para ahli teori kontemporer.
Dapat dikatakan bahwa teori ini (fungsional– struktural) menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain, sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. Dalam proses lebih lanjut, teori inipun kemudian berkembang sesuai perkembangan pemikiran dari para penganutnya.
Comte mendefenisikan struktur sebagai kesatuan organ-organ masyarakat yang sering disebut sebagai lembaga sosial . Lembaga sosial tersebut menjadi unsur struktur yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup dan pemeliharaan masyarakat. Misalnya, lembaga sosial keluarga berfungsi mereproduksi, mensosialisasi, dan memelihara anak.
Lembaga sosial masayarakat tersebut mempunyai fungsinya masing-masing dan dalam hubungannya antara yang satu dengan yang lainnya. Para sosiolog yang mempunyai perhatian utama terhadap struktur dan fungsinya masing-masing menyatukan perspektif tersebut yang disebut teori struktural-fungsional. Teori ini sangat berkembang baik pada tahun empat puluhan dengan tokoh-tokohnya Talcot Parson, Kingsley Davis, dan Robbert
Lembaga sosial masayarakat tersebut mempunyai fungsinya masing-masing dan dalam hubungannya antara yang satu dengan yang lainnya. Para sosiolog yang mempunyai perhatian utama terhadap struktur dan fungsinya masing-masing menyatukan perspektif tersebut yang disebut teori struktural-fungsional. Teori ini sangat berkembang baik pada tahun empat puluhan dengan tokoh-tokohnya Talcot Parson, Kingsley Davis, dan Robbert
PEMBAHASAN
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintasyang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi public yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk, misalnya Jakarta. Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari ditemukan di Pasar, Sekolah, Terminal bus seperti kejadian ngetem sembarangan, kebakaran di pemukiman, dll. Lampu merah dan Persimpangan jalan raya maupun rel kereta api di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Makassar, Palembang, Denpasar, Jogjakarta, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Kemacetan dapat terjadi karena beberapa alasan seperti adanya perbaikan jalan, adanya kendaraan ngetem sembarangan, adanya parkir liar dari sebuah kegiatan, kendaraan yang saling berlawanan arah, terjadinya kecelakaan, banjir yang memperlambat kendaraan, adanya bangunan-bangunan liar, adanya kendaraan keluar masuk, banyak pedagang asongan, adanya tawuran antar pelajar, banyak orang menyebrang jalan, adanya lalu lintas tikus(seperti dipasar, terminal bus, jalanraya, perlintasan sebidang, dll), adanya pasar tumpah yang secara tidak langsung memakan badan jalan sehingga pada akhirnya membuat sebuah antrian terhadap sejumlah kendaraan yang akan melewati area tersebut, pengaturan lampu lalu lintas yang bersifat kaku yang tidak mengikuti tinggi rendahnya arus lalu lintas, Kemacetan lalu lintas diperlintasan sebidang karena adanya kereta api yang lewat
Dari data yang diambil dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta, setiap tahun jumlah kendaraan di Jakarta bertambah 9 %. Setiap harinya ada sekitar 1.235 motor dan 835 mobil baru yang masuk ke jalan. Mungkin saja angka itu bisa berubah lagi. Namun, jumlah penambahan kendaraan itu tidak seimbang dengan jumlah tambahan jalan raya yang hanya 0,1& setiap tahunnya. Tentu saja jalan yang sudah ada tidak dapat mengampung kendaraan yang begitu banyaknya. Itulah penyebab utama kenacetan yang terjadi di Jakarta.
Kemacetan lalu lintas memberikan dampak negatif yang besar yang antara lain disebabkan karena kerugian waktu, karena kecepatan perjalanan yang rendah pemborosan energi, karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih rendah, keausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi, meningkatkan polusi udara karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal, meningkatkan stress pengguna jalan, mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans,pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya
Menyelesaikan masalah itu adalah tugas pemerintah. Namun, kita bisa membantu mengurangi masalah kemacetan ini dengan cara mengurangi memakai kendaraan pribadi dan menggunakan transportasi yang telah ada. Contohnya busway. Dengan menggunakan transportasi ini, tentunya kemacetan akan berkurang.
Masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta merupakan suatu masalah umum. Auguste Comte menyebut masalah umum tersebut dengan masalah sosial. Masalah ini terjadi dan dialami oleh semua orang khususnya masyarakat yang tinggal di DKI Jakarta. Kemacetan di Jakarta dikatakan sebagai masalah sosial karena situasi ini dapat mempengaruhi atau mengganggu setiap pribadi, khususnya pejalan kaki ataupun para pengendara kendaraan. Situasi ini menimbulkan kegelisahan dan ketidakbahagian serta disintegrasi di dalam kehidupan bermasyarakat. Aktivitas setiap individu terganggu karena keterlambatan memulai kegiatan, baik para mahasiswa, pegawai kantor, maupun yang telah mempunyai jadwal di dalam menjalani tugas atau kegiatan setiap pribadi.
Hubungan masalah kemacetan dengan teori struktural-fungsional Auguste Comte
Berdasarkan pandangan Comte khususnya struktural-fungsional di atas, masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta sangat relevan untuk dijelaskan dari sudut pandang struktural-fungsional tersebut. Masalah kemacetan itu dilihat dari dua konsep struktural-fungsional, yakni konsep sistem dan konsep integrasi. Berdasarkan konsep sistem bahwa masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta merupakan petunjuk adanya properti ketidakteraturan dalam bagian-bagian yang saling tergantung. Pemerintah, Dinas Perhubungan, pengurus keamanan transportasi dan pemilik transportasi, tidak memiliki koordinasi yang baik. Pihak-pihak yang bersangkutan tersebut masih menjalankan tugas secara terpisah-pisah. Pemerintah seolah-olah tidak mempunyai peran ataupun melepaskan tanggung jawab sepenuhnya kepada pengurus keamanan dan ketertiban dan sebaliknya pihak keamanan atau ketertiban dalam berlalu-lintas seolah-olah bebas dari perhatian pemerintah.
Berdasarkan pandangan Comte khususnya struktural-fungsional di atas, masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta sangat relevan untuk dijelaskan dari sudut pandang struktural-fungsional tersebut. Masalah kemacetan itu dilihat dari dua konsep struktural-fungsional, yakni konsep sistem dan konsep integrasi. Berdasarkan konsep sistem bahwa masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta merupakan petunjuk adanya properti ketidakteraturan dalam bagian-bagian yang saling tergantung. Pemerintah, Dinas Perhubungan, pengurus keamanan transportasi dan pemilik transportasi, tidak memiliki koordinasi yang baik. Pihak-pihak yang bersangkutan tersebut masih menjalankan tugas secara terpisah-pisah. Pemerintah seolah-olah tidak mempunyai peran ataupun melepaskan tanggung jawab sepenuhnya kepada pengurus keamanan dan ketertiban dan sebaliknya pihak keamanan atau ketertiban dalam berlalu-lintas seolah-olah bebas dari perhatian pemerintah.
Konsep integrasi Auguste Comte di tengah persoalan kemacetan yang terjadi di Jakarta tersebut, menunjukan adanya sikap ketidakpeliharaan terhadap integrasi sosial dalam sistem sosial. Penginternalisasi dan sosialisasi akan nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat masih sangat rendah. Rendanya penginternalisasian dan sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma kehidupan bermasyarakat tersebut disebabkan kurangnya kesadaran setiap pribadi, khususnya para pengemudi untuk menghargai berbagai kebijakan pemerintah dan rendahnya kesadaran para penumpang untuk menunggu di tempat yang cocok atau layak.
Teori struktural-fungsional yang dikemukan oleh Comte merupakan langkah yang terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Khususnya, konsep sistem dan konsep integrasi yang menekankan kesadaran setiap pribadi untuk menginternalisasikan nilai-nilai dan norma-norma di dalam kehidupan bermasyarakat. Penginternalisasian harus diimbangi dan dibuktikan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya ketaatan terhadap peraturan lalu lintas.
Di samping itu, kebijakan pemerintah yang tegas untuk membatasi jumlah kendaraan juga turut membantu mengatasi masalah kemacetan yang terjadi. Polisis lalu-lintas pun harus menjalankan tugas dengan baik demi dan adanya pengontrolan yang serius terhadap penghayatan para pengendara akan aturan berlalu-lintas.
Di samping itu, kebijakan pemerintah yang tegas untuk membatasi jumlah kendaraan juga turut membantu mengatasi masalah kemacetan yang terjadi. Polisis lalu-lintas pun harus menjalankan tugas dengan baik demi dan adanya pengontrolan yang serius terhadap penghayatan para pengendara akan aturan berlalu-lintas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar