Rabu, 14 Oktober 2015

STUDY LAPANGAN ANISA SEFTRIANI JURNALISTIK 1 A

Study Lapangan "Keluarga Besarku"

1.      Asal-Usul Keluarga Besarku

 

 

 

 

 


Anisa Seftriani

 

Nuni

 

Iis Sobariah

 

Dhirman

 

Yudi Yardin

 
                                       

 

 

 

 


Kakek Ahmad adalah seorang peternak ikan gurame di Ciamis, Jawa Barat. Beliau lahir pada masa penjajahan belanda. Hidup dengan kesederhanaan, memiliki banyak balong, balong adalah sebutan untuk kolam ikan gurame dalam bahasa sunda. Pada saat itu belum banyak sekolah-sekolah, jadi beliau tidak sekolah di tempat yang resmi. Pada saat itu hanya banyak belajar kelompok saja. Beliau menikah dengan seorang perempuan yang biasa kita panggil Mama, kurang jelas siapa nama asli beliau. Beliau memiliki 5 orang anak, diantaranya adalah ayah saya. Kakek wafat pada usia 70 tahun,  5 tahun setelah meinggalnya nenek saya. Ya, orang zaman dulu memang hidup lebih lama dibanding orang-orang zaman sekarang.

            Kakek Enang dan Nenek Embrek, seorang petani dan peternak asal Gandoang, Jawa Barat. Seorang nenek dan kakek yang sangat memanjakan cucunya. Tidak jauh berbeda dengan kakek Ahmad dan mama, beliau pun lahir pada masa penjajahan, beliau tidak bisa sekolah di sekolah-sekolah resmi karna keterbatasan sekolah dan letaknya yang sangat jauh dari rumah. Nenek Embrek meninggal sebelum saya lahir, sedangkan kakek Enang meninggal saat usia saya lima tahun.

            H. Abdul Rahman, seorang ayah yang sangat bertanggung jawab dengan istri dan anak-anaknya. Beliau lahir di Ciamis, 27 Juli 1943. Meski tidak sekolah seperti sekarang pada umumnya, tapi beliau bisa menulis, membaca, mengaji, bahkan bisnis. Beliau adalah seorang pedagang yang maju pada zamannya. Seseorang yang orang segani karena beliau biasa diutamakan sebagai seorang imam di masjid. Beliau bisa menjadi orang yang sangat ditakuti ketika marah, dan bisa juga orang yang sangat lucu karena suka ceplas-ceplos ketika bicara. Namun sayang, beliau wafat pada 27 Desember 2007.

            Ibu Endeh, seorang ibu yang sangat pandai memasak. Lahir di Gandoang, 5 Mei 1955. Beliau mengikuti sekolah madrasah pada zamannya. Lalu beliau menikah pada usia 19 tahun. Dan sejak itu beliau mengabdi sebagai seorang istri dan seorang ibu. Pada tanggal 9 Agustus 2004 beliau meninggal dunia karena sakit yang dideritanya.

            Iis Sobariah, seorang kakak yang hebat. Lahir pada tanggal 10 Maret 1979, menikah pada usia 23 tahun dan memiliki 2 orang anak. Suaminya bernama Yudi Yardin, anak pertamanya bernama Adam, pelajar kelas 2 SMP. Dan adiknya bernama Alya, pelajar kelas 3 SD.

            Dhirman, anak kedua yang lahir pada tanggal 28 Desember 1989. Menikah dengan seorang guru bernama Nuni. Memiliki 1 orang anak yang masih kelas 1 SD bernama Syallum.

2.      Jaringan Sosial

Dalam sebuah keluarga juga perlu adanya jaringan sosial agar lancarnya komunikasi di dalam sebuah keluarga. Biasanya kita berkumpul setiap libur atau hari raya. Berkumpul di rumah peninggalan ayah dan ibu, yaitu di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Selain itu, karena zaman ini sudah era globalisasi, maka tidak sulit untuk kita saling berkomunikasi. Hampir setiap bulan kita pasti mengadakan pertemuan, menginap bersama atau berjalan-jalan ke suatu tempat.  

3.      Nilai-Nilai dan Sistem

Nilai dan sistem di dalam keluarga yang harus digaris bawahi adalah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Nilai agama yang harus diutamakan seperti kewajiban shalat mengaji adalah tanggung jawab diri sendiri. Adanya sistem saling mengingatkan dalam hal tolong menolong. Silaturahmi juga sebagian dari sistem utama di dalam keluarga.

4.      Sosial Budaya di Keluarga

Bicara tentang sosial budaya di keluarga berarti bicara tentang sosial dan budaya suku sunda. Bersosialisasi di sunda cukup mudah, karena suku sunda dikenal dengan pribadi yang lemah lembut. Bahasa dan gaya bicaranya tidak menyinggung orang-orang yang belum paham dengan suku sunda. Budayanya yang ramah tamah dan sangat bersahabat dengan antar tetangga atau sesama suku menjadikan suku sunda selalu rukun. Ramah dan saling berbagi sudah menjadi budaya asli suku sunda. Di sini sangat dijunjung tinggi kejujuran dan tolong menolong. Oleh karena itu, setiap anggota keluarga saling bahu membahu dalam setiap kebutuhan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini