Senin, 28 Desember 2015

Tugas UAS Sosiologi Fizna Sa'diyya KPI 1A, Nur Baeti KPI 1B, Adita Roro Lastamimi Jurnalistik 1A

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sosiologi sesungguhnya bukanlah semata-mata ilmu murni yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan yang menyajikan cara-cara untuk menggunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis dan masalah sosial yang perlu ditanggulangi (Horton dan Hunt, 1987:41).

Kekhususan sosiologi adalah bahwa perilaku manusia selalu dilihat dalam kaitannya dengan struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, dibagi, dan ditunjang bersama. Sosiologi mempelajari perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya. Lebih detailnya, sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal usul pertumbuhannya, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap anggotanya.

Sosiologi tidak hanya merupakan suatu kumpulan subdisiplin segala bidang kehidupan, tetapi merupakan suatu studi tentang masyarakat. Di abad ke 20 ini, perkembangan sosiologi semakin mantap dan kehadirannya yang diakui banyak pihak memberikan sumbangan yang sangat penting bagi usaha pembangunan dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Dari perkembangan masyarakat yang makin kompleks, pastilah menimbulkan berbagai macam gejala sosial baru yang sangat penting untuk dikaji. 

Dalam konteks gejala sosial ini, kami mengambil tema tentang Pengusaha Kecil Yang Tangguh. Pengusaha adalah Seorang yang mempunyai usaha dengan hasil perjuangan nya ( modal sendiri, mempunyai manajemen dan karyawan yang menjadi bantuan penggerak berjalannya usaha itu) pengusaha mempunyai nilai lebih sehingga dapat memberikan,membuat lapangan pekerjaan yang baru. Sedangkan pengusaha juga adalah orang yg mengerjakan usaha, dia relatif tidak tergantung pada orang lain, menjadi boss bagi dirinya sendiri, jatuh bangun atas kemampuannya sendiri.

Biasanya, pengusaha akan senantiasa bersifat profit oriented. Dalam bahasa kerennya, mereka disebut sebagai enterpreneur. Modal tidak menjadi bagian penting dari sifat pengusaha, yang terpenting adalah kiprahnya. Itulah sebabnya kami memilih pengusaha sebagai objek studi lapangan kali ini.

Dari tema tersebut, kemudian kami kerucutkan lagi pada PENGUSAHA SEMBAKO TANGGUH. Dari judulnya, sudah dipastikan bahwa permasalahan sosial ini pastilah berhubungan dengan masalah ekonomi. Sosiologi ekonomi ini adalah bagian dari sosiologi yang membahas dan menganalisis fenomena ekonomi, dengan bantuan konsep-konsep dan metode sosiologi.

Dalam sosiologi, konsep ekonomi mempengaruhi masyarakat karena ekonomi memenuhi kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semua manusia perlu mengkonsumsi pangan, sandang dan papan untuk bisa bertahan hidup. Oleh karena itu manusia tersebut perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dari kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja, ini menunjukkan bahwa faktor ekonomi yang mempengaruhi manusia. Jadi penting bagi kita untuk mengetahui bahwa peran pengusaha sangat penting dalam perekonomian dan hubungan sosial di masyarakat.

 

B.     Tinjauan Teoritis

Sosiologi ekonomi mengkaji bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi dan bagaimana masyarakat dipengaruhi oleh ekonomi. Dalam sosiologi ekonomi, konsep masyarakat mempengaruhi ekonomi dapat kita lihat contohnya dalam kegiatan ekonomi. Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun individu dalam melakukan kegiatan ekonomi seperti apa yang boleh diproduksi, bagaimana memproduksinya dan dimana memproduksinya. Dari kegiatan yang dilakukan masyarakat ini menunjukkan bahwa masyarakatlah yang mempengaruhi ekonomi.

Menurut Marx, konflik disebabkan oleh faktor Ekonomi. Oleh karena itu, teori Marx ini juga dikenal dengan determinisrne ekonomi. Yang dimaksud dengan faktor ekonomi disini adalah penguasaan terhadap alat produksi oleh kaum borjuis.

Sedangkan Max Weber mengatakan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatiannyya pada pemahaman interpretative atas tindakan sosial dan pada penjelasan kausal atas proses dan konsekuensi tindakan tersebut.[1]  Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Weber menganggap bahwa sosiologi harus berupa ilmu, kemudian sosiologi harus memusatkan perhatian pada kausalitas (hubungan sebab-akibat), dan yang terakhir sosiologi harus menggunakan pemahaman interpretif.

Setelah mengetahui peta dari objek kajian Weber, kini kita beralih pada apa yang dimaksudkan Weber mengenai tindakan sosial. Tindakan yang dimaksudkan disini ialah tindakan yang mempertimbangkan perilaku oranglain dan berorientasi pada perilaku oranglain itu sendiri. Dari situlah tujuan sosiologi dapat diketahui, yakni untuk memahami (verstehen) mengapa tindakan sosial mempunyai arah dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subyektif bagi pelakunya.

C.    Metode Penelitian

Secara garis besar, sosiologi membagi metode penelitiannya kedalam beberapa kategori salah satunya Metode survey lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang ada di lapangan atau masyarakat secara langsung. Data diperoleh melalui wawancara, ataupun observasi secara langsung pada objek penelitian. Wawancara dilakukan sebanyak dua kali pertemuan tatap muka dengan Pak Hj. Fauzi beserta karyawan dan masyarakat sekitar, lalu sekali tatap muka pada Pak Hj. Acun dan Bu Suminah.


 

BAB II

GAMBARAN UMUM

 

A.    Profil Umum

Warung Sembako Bu Suminah

           Warung kecil ini terletak di Perum.Mutiara Gading Timur, Tambun Selatan-Bekasi Timur  , di sekeliling warung kecil ini banyak terdapat pasar swalayan yang cukup besar , seperti Giant, SuperIndo, dan banyak pula mini market. Selain itu juga lokasi warung kecil itu dekat dengan pasar tradisional. Dan tepat di samping warung adalah Masjid An Nur. Warung ini meneyediakan kebutuhan sehari-hari masyarakat ,seperti sabun, sampo, minyak, terigu, dll. Pembelinya pun hanya dari kalangan tetangga dan anak-anak kecil. Karena lokasinya yang dekat dengan masjid, banyak pembeli yang datang ke warung itu sepulang mengaji atau setelah sholat berjamaah di masjid.

Ibu Suminah berasal dari kota Banyumas-Jawa tengah. Dia dan keluarga kecilnya merantau ke kota dari tahun 1998 hingga sekarang. Suaminya adalah seorang wiraswasta dan ibu ini memiliki dua orang putri.

Warung Sembako Pak H. Acun

Usaha warung sembako H. Acun sudah beliau rintis sejak tahun 1980 meneruskan usaha ayahnya. Pak H. Acun berasal dari Sumatera yang mana merantau pergi ke Jakarta tepatnya di Ciputat. Usaha warung sembako ini dirintis oleh Ayahnya karena keterbasaan upah sebagai dosen di IAIN Syarif Hidayatullah pada saat itu yang tidak mencukupi untuk membiayai keluarga dan alasan utama mengapa membangun usaha ini.

Pak H. Acun sebelumnya pernah bersekolah di kuliah di IKIP tahun 1980 tapi hanya sampai semester 2. Lalu memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya dan memilih meneruskan usaha Ayahnya. Saat ini, Pak H Acun memilih untuk tidak memperkejakan karyawan untuk membantu pekerjaannya karena biaya untuk karyawan saat ini mahal, segala keperluan untuk warung Pak H Acun yang melakukannya, mulai dari pengiriman barang dan 

Penghasilan yang didapat Pak H Acun jika kurang 18 juta per bulan belum bisa dikatakan untung, karena penghasilan tersebut digunakan untuk biaya sekolah, asuransi, untuk keluarga. Anak pertama pak hj. Acun kuliah di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dan yang kedua di Pondok Modern GONTOR. Dagangan yang dijual didapatkan dari sales yang menawarkan barang dagangan kebutuhan rumah tangga dipabrik lalu dikirim ke warung sembako. Menurut Pak Hj. Acun kunci utama kesuksesan dalam berbisnis adalah sholat tepat waktu dan berikhtiar.

Warung Sembako Pak H. Fauzi

Pengusaha kecil yang sukses ini bernama Bapak Haji Ro'sun Fauzi. Beliau adalah seorang pengusaha yang telor yang terkenal di kawasan pasar Ciputat dan pasar Kebayoran Lama. Pada permulaan sebelum sukses seperti sekarang ini, Bapak Fauzi bekerja di toko pamannya, sebagai penjaga toko sekaligus kuli angkut barang. Hal ini beliau jalani selama delapan tahun.  Tetapi dengan berkat  kejujuran, kegigihan, kerajinan dan tawakkalnya, beliau akhirnya bisa membuka usaha sendiri walaupun hanya bermodal 300 ribu saja. Usaha pertama beliau adalah berjualan telur di Pasar Kebayoran Lama. Usaha beliau akhirnya berkembang di beberapa tempat. Namun dalam lima tahun ini, beliau memusatkan usaha di Pasar Ciputat dan mengembangkannya menjadi toko sembako.

Toko Bapak Haji Fauzi terletak di pasar Ciputat. Toko ini menjual segala macam bahan kebutuhan sehari-hari. Mulai dari beras, telur, gula, sabun, alat kosmetik , rokok, bumbu-bumbu masak, minuman kemasan, snack, dll. Sekilas dipandang toko ini kecil, namun dia berbentuk persegi panjang dengan luas kira-kira 75 m2 di lantai satu dan dua, dan sepetak ruang 3x5 meter di lantai tiga. Lantai satu dipenuhi barang dagangan  yang biasa dijual langsung kepada konsumen, sedangkan lantai dua dan tiga digunakan sebagai gudang penyimpanan barang dagangan lainnya.

Di belakang toko terdapat beberapa kamar kontrakan yang sengaja disewa oleh Bapak Haji Fauzi sebagai tempat tinggal para karyawannya sehingga memudahkan mereka jika sedang istirahat. Saat ini, karyawan yang bekerja di toko ini ada delapan orang, dan semuanya berasal dari perantauan tanah Jawa. Mereka mengaku "betah bekerja di toko ini karena pak haji baik". Sehingga tak heran jika ada yang bertahan hingga puluhan tahun.

Toko ini dikelola langsung oleh pemiliknya, Bapak Haji Fauzi dengan dibantu oleh beberapa karyawannya. Toko buka setiap hari kecuali hari libur nasional, mulai jam tujuh pagi sampai ashar. Tetapi akan tutup pada saat waktu sholat dzuhur tiba, walaupun saat itu ramai pelanggan sekalipun. Hal ini dilakukan oleh sang pemilik dikarenakan waktu sholat lebih utama dibandingkan muamalah dalam bentuk apapun.

Di tempat ini kami belum bisa mewawancarai Bapak Haji Fauzi secara langsung dikarenakan beliau sedang sibuk dengan banyak selles. Akhirnya kami melakukukan wawancara terhadap beberapa narasumber yang terdiri dari dua karyawan dan dua pembeli. Sedangkan wawancara terhadap Bapak Haji Fauzi sendiri kami lakukan di kediamannya yang terletak di Jalan Haji Usman No.41 Rt.02/Rw.08 Ciputat, Tangerang Selatan. Rumah sederhana ini beliau beli dari seorang kepala pasar sejak beberapa tahun lalu. Disinilah beliau membesarkan tiga orang anaknya bersama seorang istri yang bernama Hj. Khusnul Khotimah. 


 

BAB III

ANALISIS HASIL

 

Objek dari sosiologi adalah masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan tersebut. Tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Sebagaimana para pengusaha yang kami pilih sebagai objek penelitian sosiologi ini kebanyakan adalah seorang perantau yang jika dilihat mereka merasakan bagaimana menyesuikn diri dengan lingkungn sosial yang berbeda dengan tempat asalnya. Pengusaha dan sosiologi sangat berhubungan karena pengusaha berperan penting di bidang ekonomi yang didalamnya terjalin hubungan sosial yang melibatkan banyak aspek. Jadi  jika dikaitkan dengan ekonomi, maka sosiologi ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat.

Pola dan sistem yang berlaku dalam mekanisme pasar (interaksi ekonomi yang dilakukan antar individu dan masyarakat) sebenarnya berawal dari hubungan yang sederhana antara individu dan masyarakat (interaksi sosial) dalam rangka mengatasi kelangkaan. Sesuai seperti warung sembako yang menyediakan barang kebutuhan rumah tangga dengan harga yang terjangkau sehingga seluruh masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan yang dibutuhkan seperti beras, telur, mie instan, sabun mandi dan lain lain.  Lebih lagi dijelaskan bahwa, ekonomi tidak dapat dipisahkan dari aspek sosial. Karena dalam pasar terjalin hubungan social antara para pedagang dengan para pedagang lainnya atau antar pembeli dan penjual. Bahkan aktivitas ekonomi selalu melekat dalam sosialitas tempat kejadian ekonomi itu berlangsung, begitupun sebaliknya.

Pengusaha sangat berkaitan dengan ekonomi seperti warung sembako yang dimana pandangan sosiologi terhadap fenomena proses produksi dan proses distribusi dengan berbagai analisa yang digunakan disiplin ekonomi ternyata masih mempunyai sisa untuk dipandang dari segi lain oleh disiplin ilmu lain yaitu sosiologi.

Proses produksi dalam pandangan sosiologis ternyata memiliki peran yang cukup vital dalam rangka mempertahankan eksistensi (keberadaan) sebuah masyarakat. Proses produksi dilihat sebagai institusi ekonomi berperan untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis sebuah masyarakat. Oleh karena itu, proses produksi tidak hanya dilihat dari segi ekonomisnya tetapi juga sosiologis yang mempunyai peran subsistem dalam sebuah struktur dalam masyarakat.

Dalam proses distribusi atau pertukaran terlihat proses relasi antara rumah tangga produksi dan rumah tangga konsumsi. Pabrik berperan sebagai distributor, warung sembako atau pengusaha sebagai yang memproduksi dan masyarakat disekitar sebagai konsumen. Sebenarnya bukan dalam hal distribusi barang hasil produksi saja proses ini terlihat tetapi ketika rumah tangga konsumsi menyediakan faktor-faktor produksi pun proses ini sudah terlihat yaitu distribusi faktor-faktor produksi yang meliputi: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal. Dengan mencermati proses distribusi kita bisa melihat secara sosiologis bagaimana kegiatan masyarakat berkegiatan dalam bidang ekonomi. Seperti halnya kegiatan dipasar yang biasa kita lihat, hubungan antar penjual dan pembeli.

Dalam proses inilah yang merupakan relasi antara permintaan dan penawaran kita semakin melihat manusia sebagai makhluk ekonomis dan juga makhluk sosial. Contohnya para sales sebuah produk dari pabrik yang menawarkan jasanya kepada pengusaha untuk menyediakan barang kebutuhan rumah tangga yang ingin dijual sehingga para pengusaha tidak perlu kerepotan mencarinya.

Pengusaha yang biasa dibantu beberapa karyawan atau menyuruh orang untuk mengelola usahanya sudah termasuk kedalam kategori pengusaha sukses. Dalam kasus ini kami mengambil contoh dari seorang pengusaha bernama Bapak Haji Fauzi yang kesehariannya mengurus toko sembakonya dengan dibantu oleh beberapa karyawan.  Beliau dilahirkan di keluarga tidak mampu, bapaknya hanyalah seorang buruh bangunan tidak tetap, sadangkan ibunya adalah seorang buruh tanam di sawah. Hal ini membuat Fauzi muda tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Beliau hanya tamat SMP saja.

Saat dulu beliau menduduki bangku Sekolah Tsanawiyah, beliau mendapat nasihat dari sang guru. Guru beliau mengatakan bahwa lulusan sekolah Tsanawiyah itu tidak dipandang oleh masyarakat, maka dari itu seluruh murid harus bisa menyesuaikan keadaan itu dengan bersungguh-sungguh belajar dan berjuang, salah satunya yakni dengan istiqomah membaca surat Al-Waqiah dan istiqomah sholat dhuha setiap hari, tentunya dengan tidak meninggalkan amalan wajibnya. Dengan kondisi yang serba kekurangan itulah yang kemudian membawanya merantau ke Jakarta pada tahun 1980an.

Seperti yang dikatakan oleh Weber, bahwa struktur sosial dan pranata sosial membantu manusia untuk melakukan tindakan sosial yang penuh arti. Yang dimaksudkan dengan tindakan sosial tersebut adalah tindakan individu sepanjang tindakannya mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain. Kondisi sosial yang ada di dalam keluarga bapak Fauzi bisa dibilang berada di urutan bawah pada waktu itu. Maka tindakan yang dilakukan oleh bapak Fauzi sehingga  tercukupinya kebutuhan dalam keluarganya adalah salah satu bentuk tindakan sosial.

Kemudian Weber mengakui bahwa ilmu-ilmu sosial harus berkaitan dengan fenomena spiritual atau ideal, yang sesungguhnya merupakan ciri-ciri khas dari manusia, yang tidak ada jangkauan bidang ilmu-ilmu alam. Hal ini terbukti dari pernyataan Bapak Fauzi tentang adanya  kekuatan Allah dibalik seluruh kekuatan alam semesta ini. Bapak Fauzi selalu meminta pertolongan dari Allah saat dalam keadaan apapun. Pernah suatu waktu Bapak Fauzi bermimpi jatuh ke jurang, kemudian ada seorang lelaki berbaju putih dengan jenggot panjang menolongnya. Lelaki itu berkata, "saya sangat senang terhadapmu, kamu selalu berdzikir kepada Allah. Saya disini untuk menolongmu, ikut mendoakan apa yang menjadi hajatmu, selama itu masih berada di jalan Allah".

Awal mula pak Fauzi datang ke Jakarta, beliau ikut bekerja di toko telor milik pamannya, Bapak Haji Ahmad Khoiruddin yang terletak di daerah Kebayoran Lama. Selama bekerja disana, beliau tidak memposisikan sebagai kuli melainkan agar beliau bisa mengambil ilmu dari majikannya dan bisa mencontoh kesuksesannya. Seperti Weber yang mendefinisikan kelas sebagai sekelompok orang yang secara ideal system kelas tersebut merupakan suatu system stratifikasi terbuka karena status di dalamnya dapat diraih melalui usaha pribadi.

Bapak Fauzi mengibaratkan tempat kerja itu seperti bersekolah di sekolah atau fakultas ekonomi. Beliau menganggap majikannya itu sebagai dosen pengajar managemennya.  Banyak ilmu yang beliau peroleh dari tempat kerjanya. Beliau bekerja dan belajar secara bersungguh-sungguh. Beliau mengandaikan bahwa seluruh dagangan itu adalah miliknya, sehingga beliau selalu mengecek barang dengan hati-hati dan teliti, kemudian laporannya beliau berikan kepada sang  majikan. Begitu kerja keras beliau selama delapan tahun lamanya.

Kemudian berkat keuletan, kerajinan, dan kejujuran beliau, akhirnya beliau bisa mandiri. Beliau mulai membuka usaha dengan hanya bermodalkan uang sisa gaji yang selalu beliau kumpulkan sebesar tiga ratus ribu. Dengan uang tersebut, beliau membeli sepetak kios berukuran 1,8x2 m2. Beliau memulai usaha dari hasil belajarnya selama delapan tahun itu dengan berdagang telur. Telur yang beliau jual tidak hanya satu jenis saja, melainkan semua tekur hasil ternak seperti telur bebek, telur ayam, dan telur puyuh.  Dalam dua tahun berjalan, beliau sudah bisa membeli sepetak rumah dengan harga 40 juta di daerah Kebayoran Lama.

Setelah mendapat modal yang lebih besar, usaha bapak Fauzi ini berkembang di beberapa tempat, seperti  di Pamulang dan di Kebayoran Lama. Beliau mempekerjakan beberapa orang di beberapa tokonya itu. Namun seiring berjalannya waktu, orang yang dipekerjakan untuk mengurus toko sulit untuk dipercaya. Hingga akhirnya beliau menikah dan menjual beberapa toko yang dikelola oleh oranglain itu.

Toko yang masih bertahan hanyalah yang sekarang ada di daerah Ciputat ini. Untuk menanggulangi kejadian yang sudah-sudah, maka bapak Fauzi memberikan pengawasan yang lebih ketat, seperti dengan memasang CCTV di tokonya. Bapak Fauzi tahu kenyataan bahwa karyawannya sering mengambil barang,bahkan uang hasil penjualan tanpa ada izin darinya. Tapi karena kesabarannya, beliau hanya memberi teguran kepada karyawan tersebut.

Beliau terkenal sebagai orang yang sangat baik, penyabar, dan pekerja keras. Hal ini terbukti dari kesanggupannya menyediakan tempat tinggal bagi karyawan-karyawan yang bekerja padanya, di dalamnya sudah disediakan berbagai macam keperluannya, seperti tv, kipas, motor, makan tiga kali sehari, dll Mereka juga diperbolehkan meminta alat-alat keperluan sehari-hari, termasuk rokok  dari toko asalkan izin terlebih dahulu. Selain itu jika ada karyawan yang sakit, bapak Fauzi juga membiayainya untuk berobat ke dokter.

Kami mendapat pernyataan bahwa bapak Fauzi adalah orang yang baik dari beberapa orang-orang yang biasa dekat dengannya. Salah satunya adalah seorang pekerja yang bernama Arifin. Dia mengatakan bahwa bapak Fauzi biasa memberi gaji lebih kepada setiap karyawannya. Gaji memang diberikan berbeda sesuai dengan tugas masing-masing karyawan. Selain itu, factor seberapa lamanya mereka sudah bekerja disanapun juga menjadi penopang agar seseorang mendapat gaji lebih. Selain mendapat gaji perbulan, mereka juga mendapat uang harian sebesar tiga puluh ribu rupiah, itupun belum uang tambahan antar barang ke pelanggan yang letaknya jauh. Jika dihitung-hitung secara total gaji bersih dari setiap karyawan sudah mencukupi UMR kota Tangerang Selatan, bahkan lebih.

Pernyataan lain kami ambil dari karyawan bernama Masnur yang mengatakan bahwa bapak Fauzi tak pernah meninggalkan sholat lima waktu. Ketika waktu sholat telah tiba, toko akan tutup sementara kemudian karyawan bergantian menjaga toko yang setengah tutup itu dengan sholat dan makan siang. Toko tetap tutup walau pelanggan sedang ramai sekalipun. Kemudian dia juga mengatakan bahwa bekerja di toko bapak Fauzi itu sangat enak. Selain mendapat tempat tinggal dengan segala akomodasinya, dia juga mendapat kebebasan untuk bertindak. Kebebasan disini dimaksudkan kebebasan yang tidak melampaui batas agama. Mereka bisa mengambil libur satu hari dalam satu minggu, terserah hari apa asalkan digilir setiap karyawannya.

Dari para pembeli, kami bisa mendapat pernyataan bahwa bapak Fauzi adalah seseorang yang sangat dermawan. Dengan dibantu beberapa karyawannya, beliau melayani para pembelinya sendiri. Bapak Fauzi mematok harga sesuai dengan harga grosiran, karna memang bapak Fauzi ini adalah tangan pertama penjualan dari setiap produk yang didistribusikan dari pabrik. Maka dari itu tak ayal jika banyak pembeli yang datang berbelanja disana. Pelayanannya juga sangat memuaskan, bapak Fauzi maupun para karyawan sangat ramah kepada pelanggan, bahkan mereka biasa memberikan lelucon di sela-sela bekerja.

Dari seluruh kerja keras yang sudah beliau lakukan sejak tahun 1980an itu akhirnya berbuah sangat masak. Kini omset tokonya mencapai dua miliar perbulannya. Setiap keberhasilan pasti ada pahit manisnya. Tokonya pernah mengalami kebakaran dengan kerugian mencapai 60 juta. Pernah juga tokonya terendam banjir, kerugian saat itu mencapai 40 juta. Lain halnya dengan yang satu ini. Orang yang diberi kepercayaan untuk mengurus toko membawa kabur uang penghasilan sebesar 400 juta. Namun semua itu beliau kembalikan kepada Sang Pemilik Alam Semesta, "tidak ada satu daunpun  yang dimakan oleh binatang kalau kamu ikhlas, maka akan menjadi pahala". Beliau pun mengutip ayat Allah dari Q.S At-Thalaq (65):3 yang artinya "……dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah  akan mencukupkan (keperluan)nya…"

Selain toko ini, bapak Fauzi juga mempunyai usaha di kampung halamannya di Purwokerto, yakni usaha tempe bongkrek yang sarat akan gizi. Beliau mengambil bahan dasar pembuatan tempe bongkrek yang berupa ampas kelapa itu dari Cilincing, Tanjung Priuk. Pabrik pembuatan tempe ini dikelola oleh saudara beliau di kampung. Keuntungan bisa mencapai 40% dari seluruh modal.

Perekonomian Indonesia yang semakin memprihatinkan, membangkitkan keinginan masyarakatnya untuk berkembang dan bangkit dari kemiskinan. Dan banyak cara untuk dapat mengubah hidup seseorang salah satunya yaitu, membangun usaha sendiri karena sempitnya lahan pekerjaan.

Dalam hal ini kelompok kami memilih untuk mengupas lebih dalam usaha yang dilakukan oleh salah satu warga Indonesia yang memiliki keinginan untuk memperbaiki ekonominya, yaitu pedagang warung kelontong sederhana. Yang berlokasi di Bekasi Tambun Selatan. Letak warung ini ditengah-tengah perumahan sederhana yaitu perumahan Mutiara Gading Timur. Warung kecil ini dikelilingi pasar-pasar swalayan yang sudah terkenal dimana-mana, seperti Giant, SuperIndo,  dan juga terdapat mini market seperti alfamart, indomart, dll. Sempitnya lahan kerja membuat masyarakat untuk mendidirikan usaha sendiri dengan mengandalkan modal dan kemampuan seadanya.  Belum lagi para perantau yang tidak memiliki tanah atau lahan untuk membangun usaha, akan lebih susah untuk membangun usaha sendiri di lahan sendiri pula.

Analisis Marx ialah bahwa hubungan kita dengan kerja berada dibawah kapitalime. Kita tidak lagi melihat kerja kita sebgai ekspresi dari tujuan kita. Tidak ada objektivasi. Kerja kita hanya untuk kapitalis yang tidak meninterpretaskan potensi dan kemampuan kita tapi hanya untuk menghasilkan uang.

Awal ibu suminah mendirikan warung adalah ketika seluruh anggota keluarganya sibuk dengan kesibukan masing-masing di luar rumah seperti kedua anaknya sibuk dengan urusan sekolah dan salah satu anaknya pun memilih sekolah asrama sedangkan suaminya sibuk dengan pekerjaannya demi menafkahi keluarganya. Ketika itu ibu suminah merasa bosan dan tidak ada pekerjaan lain selain pekerjaan rumah tangga. Dan untuk membantu perekonomian keluarganya.  Niatnya membuat warung sudah ada sejak tahun 2009 namun belum dijalani hingga pada akhirnya tahun 2013 ibu suminah membuat warung kecil didepan rumahnya.

Ketika itu belum banyak warung yang bediri di daerahnya, namun sekarang bisa dibilang setiap gang pasti terdapat warung. Maka dari itu persaingan dalam perdagangan pun sering kali terjadi, belum lagi warung ibu suminah berdiri ditengah-tengah komplek perumahan yang sudah berdiri pasar-pasar swalayan yang cukup besar dan pastinya menyediakan semua keperluan rumah tangga masyarakat.

Teralienasi dari tujuan aktivas mereka yakni Produk. . Produk yang meraka hasilkan adalah milik para kapitalis. Dan jika para pekerja ingin memiliki maka mereka harus membeli dengan uang dari aktivitas kerja meraka membuat barang tersebut. Misal ada orang yang mati kelaparan meskipun sebenarnya dia kerja di perusahaan pembuat roti. Berarti apa saja yang dipakai manusia bukan merupakan ekspresi manusia itu sendiri melainkan ekspresi orang lain, misal baju, sepatu, semua yang kita pakai adalah produk dari orang lain. Seperti arbitrer yang memiliki uang lalu membeli barang-barang.

Barang dagangan yang disediakan pun belum tergolong lengkap, karena ibu suminah hanya menyediakan yang lebih sering diperlukan orang-orang, seperti minyak, terigu, kecap, penyedap rasa, sampo, sabun, pasta gigi, dan sebagian jajanan anak-anak, dan berbagai keperluan lainnya. "Memberi harga pada barang dagangan tidak boleh sembarangan karena bisa dosa" ungkapnya. Maka ibu itu hanya mengambil untung beberapa rupiah saja dari harga aslinya.

Ibu suminah membeli langsung di toko kelontong besar yang berada di pasar Mutiara gading atau lebih sering disebut agen dan ada pula yang mengambil melalui para selles yang menawarkan dan mengirimkan langsung ke warungnya. Modal awal dari mendirikan warung ini adalah 3jt. Pendapatan setiap minggu bisa mencapai - +1 jt. Penghasilan yang demikian saja tentu tidak dapat memenuhi semua biaya hidup, namun ibu suminah hanya menggunakan uang hasil dagangnya untuk kebutuhan dapur dan keperluan yang mendesak yang ringan.

Pembeli di warung ibu suminah pun beragam dari anak kecil hingga yang nenek-kakek yaitu tetangganya sendiri. Karena lokasinya yang stategis yaitu disamping masjid menjadikan eksistensi warung ibu suminah lebih baik. Contohnya disiang hari ketika panas matahari tering ada beberapa ibu-ibu yang sering hanya sekedar ngerumpi sambil sekali-kali membeli jajan untuk kecilan, kadang kala pun ibu-ibu itu sengaja menunggu tukang bakso lewat dan makan di warung ibu suminah "biar langsung ada minum esnya dari kulkas, kaya di tukang bakso yang mangkal"celetuk ibu boby salah satu tetangganya. "Ibu sumanah baik banget sudah saya anggap kelarga sendiri"terang ibu boby ketika itu. Dan di sore hari setelah ashar anak-anak mengaji di masjid. Banyak anak-anak yang sebelum mengaji membeli jajan dahulu. Dan ibunya yang menemani anaknya pergi mengaji pun tak mau kalah dengan anaknya untuk membeli di warung ibu suminah sekedar jajan cemilan kecil.

Suatu ide- ide megenai kontrradiksi material.

Contohnya dalam Persamaan dan kebebasan. Menurut Marx kebasan adalah kemampuan individu untuk mengontrol kerja kita sendiri dan produk-produknya. Walaupun individu di dalam sistem kapitalisme terlihat bebas tetapi pada hakikatnya tidak bebas.Di bawah kapitalisme orang-orang didominasi oleh relasi kapitalis yang tampaknya objektif dan natural, dan oleh karena itu, tidak dirasakan sebagai bentuk dominasi.

Selain itu juga terkadang ada anak kecil yang hanya membeli 500 rupiah namun memilih makanan yang mau dia beli bisa memakan waktu seperempat jam. Terkadang juga ada anak kecil yang tidak hati-hati membuk pintu kulkas yang menyebabkan banyak minuman dingin yang tejatuh dari kulkas dan pecah. Bahkan ada anak-anak yang pernah mengambil makanan tanpa membayar terlebih dahulu, alasan anak itu adalah "saya numpang ngumpet ya bu (ketika bermain dengan temannya)" namun ibu itu melihat dia mengantungi makanan. Ibu suminah tidak pernah memarahi anak itu karena alasan bertetangga. Namun tindakan ibu itu adalah melarang anak-anak main didalam warung.

Selain itu suami dan anak-anak juga mendukung usaha yang dilakukan ibu suminah dengan cara  membantu menjaga warung di saat liburan sampai berbelanja kebutuhan warung. Tidak setiap dari penghasilannya selalu untung terkadang pun rugi, namun rugi disini karena ibu suminah selalu membiarkan anak-anaknya dan keponakannya yang masih kecil mengambil makanan atau jajanan tanpa membayar. Dibalik keseriusannya mengelola usaha kecilnya ini, ibu suminah tidak pernah lalai akan tanggung jawabnya sebagai seorang istri dan seorang ibu. Ketika ditanya soal karyawan, ibu suminah berkata bahwasannya penghasilan yang didapatkan tidak cukup untuk upah bagi karyawan.

Proletariat harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka sedangkan kapitalis bisa memilih untuk menggaji, mengambil tentara cadangan, atau memebeli mesin, bahkan dapat juga membiarkan pabrik hingga pekerja terpaksa''dengan bebas' menerima upah dari kapitalis. Nah inilah sebenarnya ketidaksejajaran dengan kapitalis meskipun adanya 'kebebasan''. Conthnya 'pajak seimbang''. Orang kaya dan miskin sama-sama membayar uang pajak sama. Namun jika disimak lebih mendalam itu hanyalah ciptaan para kapitalis untuk mendorong orang-orang malas bekerja untuk membayar itulah termasuk ketidak setaraan yang digambarkan kesetaraan. Dan kebebasan orang kaya menjaga keuntungan dengan mengeksploitasi kebebasan pekerja.

Istilah proletar dalam ilmu sosiologi sebenarnya bukan barang baru lagi saat Karl Marx pertama kali merujuknya sebagai salah satu kelas proletar. Kelas ini sebenarnya sudah banyak muncul sebagai sebuah rujukan kelas dengan nama-nama yang berbeda. Dalam artian Karl Marx, proletar adalah masyarakat kelas kedua setelah kelas kapitalis yang hidup dari gaji hasil kerjanya. Banyak stereotip yang memandang bahwa proletar hanya terbatas sebagai masyarakat kelas rendah. Pekerjaan mereka tak lepas dari buruh, petani, nelayan atau orang-orang yang berkutat dengan pekerjaan tangan

 

 

 


 

BAB IV

KESIMPULAN

 

Marx hanya ingin menghapus stratifikasi sosial bidang ekonomi dalam masyarakat, yaitu tidak adanya golongan pengusaha dan golongan buruh. Padahal antara keduanya itu terdapat simbiosis mutualisme, yaitu hubungan saling membutuhkan. Pengusaha membutuhkan krayawan untuk memproduksi barang, para karyawan pun membutuhkan pengusaha untuk mendapatkan gaji dalam menghidupi keluarganya. Marx hanya menginginkan tidak adanya golongan pengusaha dan buruh dalam masyarakat. Semua masyarakat harus sama tanpa adanya kelas sosial, agar tidak terjadi konflik antar keduanya.

Pada saat ini, pengusaha sepatutnya memberikan upah kepada buruh sesuai standar serta kualitas dan kuantitas pekerjaannya. Sebab buruh mempunyai tanggung jawab dalam rumah tangganya, untuk kebutuhan sehari-hari, membiayai anak sekolah dan biaya tak terduga yang lain. Begitu juga dengan buruh, jangan terlalu banyak menuntut dengan upah yang tinggi. Upah itu harus disesuaikan dengan kualitas dan kuantitas pekerjaannya. Sebab pengusaha tidak ingin rugi dalam aktivitas produksinya. Jadilah pengusaha yang memahami kondisi buruhnya, serta jadilah buruh yang memahami kondisi pengusaha. Seperti Pak Hj Fauzi yang memberikan fasilitas kepada para karyawannya.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

·         Anwar, Yesmil dan Andang, Sosiologi untuk Universitas, PT. Refika Aditama: Bandung, 2013.

·         http://www.kompasiana.com/syamsuriyanto/konflik-antara-pengusaha-dan-buruh-menurut-karl-marx

·         Prof. Dr. Bambang Pranowo. Sosiologi, suatu Pengantar. Hlm. 8

·         https://nie07independent.wordpress.com/karl-marx-vs-max-weber

·         https://nandaputukasrani.wordpress.com/2014/09/20/teori-sosiologi-klasik-karl-marx/

·         Ritzer,George , Goodman J Douglas. 2008. Teori Sosiologi Klasik. Penerbit : Kreasi Wacana


 

 




[1] Anwar, Yesmil dan Andang, Sosiologi untuk Universitas, PT. Refika Aditama: Bandung, 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini